PEMBAHASAN Iskandar Rizal, Franciscus Ginting, Armon Rahimi

BAB V PEMBAHASAN

Sepsis merupakan suatu sindroma klinis akibat komplikasi infeksi yang berat, baik yang terjadi pada pasien infeksi HIV maupun non HIV akan menyebabkan perubahan pada komposisi tubuh namun dalam tingkat keparahan yang berbeda. Perubahan komposisi tubuh tersebut dapat dievaluasi dengan menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis BIA yang merupakan suatu metode non invasiv dan mudah dilakukan. Dalam penelitian ini kami meneliti perbedaan nilai parameter BIA antara pasien sepsis HIV dengan sepsis non HIV yang berjenis kelamin pria. Dari hasil pengukuran kami mendapatkan karakteristik dasar pasien kelompok sepsis HIV rata-rata berusia lebih muda 29,5±3,8 tahun dibanding kelompok pasien sepsis non HIV 43,6±13,2 tahun. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana jumlah insiden infeksi HIV pada orang dewasa sekitar 65 terjadi pada dewasa muda yang berusia 30 tahun, sehingga hal ini berpengaruh terhadap populasi sampel infeksi HIV yang mengalami sepsis. Ludy dkk 2005 di Thailand juga mendapatkan karakteristik penderita infeksi HIV kebanyakan adalah dewasa muda. Penilaian status nutrisi orang dewasa pada dasarnya dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: 1 penilaian berdasarkan antropometri konvensional yang menggunakan parameter berat badan dan tinggi badan, seperti Indeks Massa Tubuh IMT; 2 penilaian berdasarkan komposisi tubuh, dan; 3 penilaian berdasarkan parameter biokimia. 10,18 Pada penelitian ini kami mendapatkan karakteristik dasar berat badan dan IMT secara bermakna lebih rendah pada kelompok sepsis HIV 49,2 ±6,5 kg; dan 17,8 ±2,2 dibanding sepsis non HIV 60,0 ±8,2 kg; dan 22,1 ±3,2. IMT merupakan salah satu cara penentuan status gizi secara antropometrik yang umum digunakan, dimana dihitung dengan cara membandingkan berat badan dalam kg terhadap tinggi badan kuadrat dalam meter. 9,33,34 33,35 Menurut kriteria WHO untuk wilayah Asia Pasifik, status gizi berdasarkan IMT dapat dikategorikan atas: berat badan kurang IMT 18,5, berat badan normal IMT 18,5 - 22,9, dan berat badan lebih IMT 23. 34 Pada penelitian ini rata-rata nilai IMT kelompok sepsis HIV 17,8±2,2 berada pada kategori berat badan kurang, sedangkan IMT kelompok sepsis non HIV 22,1±3,2 berada pada kategori berat badan normal. Karakteristik berat badan dan IMT yang lebih rendah pada kelompok sepsis HIV ini merupakan gambaran umum infeksi HIV stadium lanjut, dimana terjadi penurunan berat badan sampai wasting syndrome. Penurunan berat badan dan status nutrisi yang jelek pada pasien infeksi HIV dapat terjadi Universitas Sumatera Utara akibat pengaruh berbagai faktor seperti nafsu makan yang menurun, asupan makanan yang rendah, infeksi kronis, malabsorbsi, gangguan metabolisme, katabolisme otot dan jaringan, demam, mual-muntah, diare, depresi, efek samping obat-obatan, dan lain-lain. Pada penelitian ini kami mendapatkan parameter status nutrisi berdasarkan komposisi tubuh yang diukur dengan BIA dijumpai perbedaan bermakna pada nilai BCM, FFM kg, FM kg, FM , muscle, dan glikogen, dimana nilai pada kelompok sepsis HIV lebih rendah dari sepsis non HIV. Perbedaan parameter tersebut karena pada pasien infeksi HIV telah terjadi malnutrisi akibat penyakit dasarnya, yang selanjutnya diperparah oleh sepsis akibat komplikasi infeksi akut. Kondisi hipermetabolik merupakan karakteristik pada infeksi sistemik seperti sepsis dan infeksi HIV. Lemak merupakan komponen pertama yang berkurang, kemudian diikuti oleh mobilisasi protein dari BCM terutama massa otot rangka untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dan energi. Berkurangnya jumlah protein akan lebih jelas ketika cadangan lemak sudah sangat rendah. 10,33,36 9,37 BCM pada hakekatnya merupakan massa dari seluruh elemen sel dalam tubuh, pengurangan nilai BCM akan diikuti pengurangan komponen nutrisi lain. Jumlah BCM yang berkurang atau rendah berpengaruh terhadap outcome klinis yang jelek. 11,15 Hasil yang kami dapatkan ini sesuai dengan yang didapat oleh Christine dkk 1996 bahwa penderita infeksi yang lebih berat akan mengalami penurunan massa otot dan lemak yang lebih banyak. 30 Berdasarkan komposisi tubuh hanya parameter FFM yang nilainya secara bermakna lebih tinggi pada kelompok sepsis HIV 88,7±4,1 dibanding sepsis non HIV 83,1±7,8. Hal ini dijumpai karena jumlah FFM merupakan hasil pengurangan berat badan aktual terhadap jumlah FM, pada keadaan jumlah FM sangat rendah maka persentase komponen FFM akan meningkat. Namun persentase FFM yang tinggi ini tidak mencerminkan peningkatan BCM melainkan akibat berubahnya status volume cairan tubuh yaitu jumlah ECW yang bertambah. Swanson dkk 1998 mengatakan karakteristik malnutrisi pada infeksiHIVAIDS adalah berkurangnya BCM yang disertai ekspansi ECF. Meskipun pada penelitian ini kami mendapatkan nilai parameter nutrisi berbeda antar ke 2 kelompok, namun jika dibandingkan dengan hasil penelitian parameter BIA pada populasi sehat di Medan oleh Sungkar T 2010 yang mendapatkan: BCM 30,6±3,1 kg; FFM kg 54,9±4,2; FFM 76,1±5,8; FM kg 17,8±6,1; FM 23,9±5,8; protein 11,6±1,5 kg; mineral 4,1±0,5 kg; muscle 28,3±2,4 kg; dan glikogen 499,2±38 g, 15 28 maka nilai parameter nutrisi pada kelompok sepsis HIV dan sepsis non HIV semuanya lebih rendah, kecuali parameter FFM . Hal ini menunjukkan bahwa pada kedua kelompok pasien telah terjadi gangguan nutrisi namun dalam tingkat yang berbeda, dimana perubahan komposisi tubuh Universitas Sumatera Utara yang lebih parah terjadi pada kelompok sepsis infeksi HIV. Ini terjadi akibat perbedaan penyebab dan proses yang mendasarinya dimana pada sepsis infeksi HIV telah didahului oleh infeksi kronis, sedangkan sepsis non HIV umumnya merupakan suatu proses bersifat akut. 3,6,8,9,10 Pada penelitian ini juga terlihat meskipun pada kelompok sepsis non HIV nilai IMT masih dalam kisaran normal namun gambaran nutrisi berdasarkan komposisi tubuh telah mulai berubah atau berkurang. Hasil ini sesuai dengan yang didapat oleh Tsoroz dkk 2005, dimana pasien SIRS dan sepsis mengalami pengurangan nilai BCM dan parameter nutrisi BIA lainnya. 17 Beberapa peneliti lain seperti Lindsay 1998, Finn 1996, serta Plank dkk 2006 juga mendapatkan pada pasien sepsis akan terjadi perubahan komposisi tubuh. Resting metabolic rate RMR adalah jumlah energi dalam tubuh yang dibutuhkan setiap hari untuk melakukan fungsi dasar hidup. RMR akan semakin tinggi pada pasien dengan penyakit infeksi berat. 38,39,40 25,26 Pada penelitian ini kami tidak mendapatkan perbedaan bermakna nilai RMR kelompok sepsis HIV 1446,2 ± 129,8 kkal dibanding non HIV 1449,3 ± 156,5 kkal. Kemungkinan hal ini terjadi karena selain faktor infeksi, RMR juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti: jenis kelamin, usia, suhu lingkungan, genetik, hormonal, dan komposisi tubuh FFM dan FM. FFM merupakan tempat utama berlangsung proses metabolisme yang paling aktif, sehingga jumlah FFM yang rendah akan menyebabkan pemakaian energi basal menjadi relatif berkurang. Cairan tubuh secara garis besar terdiri dari cairan yang berada dalam sel yang disebut sebagai intracellular water ICW dan yang berada di luar sel yang disebut extracellular water ECW. Gabungan antara ICW dan ECW menghasilkan total cairan tubuh atau disebut total body water TBW. Di dalam sel juga terdapat elektrolit, dimana kalium merupakan elektrolit utama di intrasel dan natrium diekstrasel. Pada kondisi tubuh yang normal, jumlah dan komposisi cairan tubuh berada dalam perbandingan yang ideal. Infeksi merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan perubahan pada jumlah, komposisi, dan perbandingan cairan tubuh. 41,42,43,44 Pada parameter status volume cairan tubuh yang diukur dengan BIA, parameter TBW Liter, ICW Liter, ICW , dan TBK g didapatkan secara bermakna lebih rendah pada kelompok sepsis HIV dibanding kelompok sepsis non HIV, sedangan TBW tidak berbeda bermakna. Hanya parameter ECW yang nilainya lebih tinggi pada kelompok sepsis HIV. Salah satu faktor yang mempengaruhi volume total cairan tubuh TBW adalah berat badan, dimana jumlah kandungan rata-rata TBW berkisar 50-60 berat badan. 25,26 25,26 Pada penelitian ini karakteristik berat badan rata-rata penderita sepsis pada infeksi HIV lebih rendah sehingga berpengaruh pada pada nilai volume TBW Liter, sedangkan nilai TBW Universitas Sumatera Utara tidak dijumpai perbedaan bermakna. Selain berat badan, jumlah TBW juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, massa otot, status hidrasi, dan infeksi. Pada kondisi normal jumlah ICW berkisar 60 dari TBW, sedangkan sisanya 40 adalah ECW. ICW terutama terdapat dalam BCM dan mengandung sebagian besar ion kalium, magnesium, dan fosfat. Kerusakan sel dan peningkatan permeabilitas akibat inflamasi pada sepsis akan mendorong terjadinya pergeseran komposisi cairan tubuh dari intraselular dan intravascular ke intertisialinterselular. Malnutrisi pada penderita infeksi HIV juga menyebabkan ekspansi cairan ke ekstraselular, dan pergeseran cairan ini akan semakin diperparah oleh komplikasi sepsis. Hal ini akan menyebabkan perbandingan cairan tubuh intraselular ICW dan ekstraselular ECW berubah, dimana cairan intraselular menjadi berkurang namun cairan ekstraselular makin bertambah. 25,26 15,35 Hal ini sesuai dengan yang didapatkan oleh Schwenk dkk 1998 serta Finn dkk 1996. 29,39 Kami mendapatkan nilai TBK lebih rendah pada kelompok sepsis HIV 94,5±13,5 g dibanding sepsis non HIV 115,9±17,7 g dengan p0,001. Hal ini kemungkinan karena pada pasien sepsis HIV telah terjadi kehilangan ion kalium yang lebih banyak akibat penyakit diare kronis yang sering menyertai pasien tersebut. Pada penelitian ini kami mendapatkan nilai rata-rata ECW pada kelompok sepsis HIV adalah 63,1 ±11 dan pada sepsis non HIV 56,4 ±10,8 , sedangkan nilai rata-rata ICW pada kelompok sepsis HIV adalah 36,8 ±11,0 dan pada sepsis non HIV 43,6 ±10,8 . 33 Sungkar T 2010 mendapatkan nilai rata-rata TBK pria pada populasi sehat di Medan adalah 145,9±14,7 g. 28 Jika hasil tersebut dibandingkan dengan hasil penelitian ini maka menunjukkan nilai TBK pada kedua kelompok sepsis di atas berada dibawah nilai normal, dimana pada kelompok sepsis non HIV juga telah terjadi penurunan jumlah total kalium tubuh. Penurunan TBK ini sesuai dengan studi oleh Finn dkk 1996 yang mendapatkan pada pasien sepsis terjadi penurunan TBK sekitar 20 selama perawatan, yang berkorelasi dengan proteolisis dan dehidrasi progresif intraselular. Parameter phase angle merupakan refleksi hasil perhitungan nilai reaktan dan resistan yang dapat diinterpretasikan sebagai indikator dari integritas membran dan distribusi cairan antara ruang intrasel dengan ekstrasel. Phase angle juga digunakan untuk memprediksi body cell mass, oleh karena itu phase angle juga sebagai indikator status nutrisi. Phase angle yang tinggi terdapat pada keadaan dimana banyak jumlah membran sel dan body cell mass yang masih baik, sedangkan phase angle yang rendah timbul pada keadaan adanya kerusakan membran sel dan kematian sel. Nilai phase angle dapat bervariasi berkisar antara 3 39 - Universitas Sumatera Utara 12 . 11,14,26 Sungkar T 2010 mendapatkan nilai rata-rata phase angle pria sebesar 6,6 ±0,8 pada populasi sehat di Medan. Phase angle dapat menggambarkan kondisi kesehatan dan keparahan penyakit. 28 14 Ampel dkk 1998 mendapatkan nilai phase angle berhubungan dengan keadaan status nutrisi pasien infeksi HIV, sedangkan Swaraz dkk 2003 mengatakan phase angle dapat memprediksi survival pada pasien SIRSsepsis, dimana nilai awal phase angle 4 berhubungan bermakna dengan angka survival 28 hari yang lebih tinggi. 16,32 Batasan nilai phase angle dengan prognosis jelek sedikit bervariasi antara beberapa penelitian, namun umumnya mendapatkan phase angle 5 berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk. 45,46,47,48 Pada penelitian ini kami mendapatkan perbedaan nilai phase angle antara kelompok sepsis HIV dengan sespsis non HIV, dimana pada kelompok sepsis HIV lebih rendah 3,4 ±1 dibanding dengan kelompok sepsis non HIV 4,4 ±1,9 . Perbedaan ini terjadi karena pada pada kelompok sepsis HIV telah terjadi kerusakan sel dan gangguan nutrisi yang lebih parah akibat penyakit kronis yang mendasarinya. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN