2.7 APLIKASI BIA PADA PASIEN INFEKSI HIVAIDS
Pada malnutrisi pasien infeksi HIVAIDS, salah satunya terjadi mobilisasi protein dari BCM terutama massa otot rangka untuk memenuhi kebutuhan glukoneogenesis,
menyebabkan wasting klasik seperti yang terlihat pada infeksi HIV stadium lanjut. Malnutrisi pada pada HIVAIDS pada akhirnya ditandai oleh berkurangnya BCM namun disertai
ekspansi ECF. Karena berkurangnya BCM bersamaan dengan bertambahnya ECF, maka FFM dan berat badan bisa hanya sedikit berubah. Oleh karena itu penilaian antropometrik
konvensional sering tidak bisa mendeteksi perubahan komposisi tubuh terutama pada stadium awal infeksi HIV. Pada stadium lanjut infeksi HIV perubahan komposisi tubuh ini lebih
jelas. Pada pasien dengan penyakit infeksi HIV juga terjadi peningkatan RMR, namun pada
pasien infeksi HIV nilai RMR yang berubah tidak begitu berpengaruh terhadap total pengeluaran energi harian karena umumnya telah terdapat pengurangan aktivitas harian.
Pasien HIV dengan infeksi sekunder memiliki RMR yang lebih tinggi daripada tanpa infeksi sekunder.
15
Adanya kerusakan jaringan dan organ akibat kematian sel yang patologis, difus, dan dipercepat, infeksi sekunder serta gangguan nutrisi akan menyebabkan perubahan pada nilai
phase angle. Nilai phase angle pada pasien infeksi HIV dapat mencerminkan keparahan penyakit secara umum, serta juga dapat mengambarkan keadaan status nutrisi. Nilai phase
angle yang rendah mengambarkan keadaan penyakit yang lebih parah.
9
Christine dkk 1996 menilai komposisi tubuh pasien laki-laki dengan infeksi HIV yang secara klinis kondisinya stabil mendapatkan data bahwa pasien dengan infeksi yang lebih
berat mengalami penurunan massa otot dan lemak lebih banyak.
14.15
30
Barbara dkk 2000 yang menilai komposisi tubuh pada pasien wanita dengan infeksi HIV mendapatkan korelasi
bermakna antara fat mass dan BCM dengan jumlah CD4
+
absolut, namun antara parameter komposisi tubuh dengan viral load tidak berkorelasi secara bermakna.
Sedangkan Ampel dkk 1998 yang meneliti hubungan antara komposisi tubuh dengan status nutrisi dan keadaan infeksi HIV mendapatkan bahwa phase angle berhubungan dengan
status nutrisi, namun tidak berhubungan dengan status imunologik CD4, virologik, ataupun status klinis.
31
32
Kemudian Ludy dkk 2005 yang menilai komposisi tubuh pasien infeksi HIV di Thailand menyimpulkan parameter BIA dapat digunakan dalam menilai status nutrisi
pasien-pasien dengan infeksi HIV, dan status nutrisi ini berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas.
18
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI
3.1 Desain Penelitian
Penelitian observasional dengan jenis pengukuran secara cross-sectional.
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik, Medan mulai bulan Juli 2011 sd September 2011.
3.3 Subjek Penelitian
Pasien sepsis pada infeksi HIV dan pasien sepsis pada non HIV, jenis kelamin pria, yang dirawat di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam, RSUP H. Malik, Medan.
3.4 Kriteria Inklusi
Pasien sepsis pada HIV, pasien sepsis pada non HIV yang dirawat di Ruang Rawat Penyakit Dalam, jenis kelamin pria, berusia 20 - 60 tahun, dan bersedia ikut serta dalam
penelitian.
3.5 Kriteria Eksklusi
Pasien sepsis pada HIV dan non HIV yang disertai dengan edema anasarka, atau asites permagna.
3.6 Sampel
3.6.1 Metode pengambilan sampel
Sampel diambil dengan menggunakan metode consecutive sampling.
3.6.2 Besar Sampel
Rumus yang digunakan :
[ ]
2 d
Sd Z
Z n
β α
+ ≥
Dimana : n
Z = besar sampel minimal
α
Z = deviat baku alpha, untuk
α = 0,05 → Zα = 1,96
β
Sd = standar deviasi BCM pada penderita sepsis = 6,28 kepustakaan
= deviat baku beta, untuk β = 0,10 → Zß = 1,282
d = beda rata-rata yang bermakna = 4,5 ditetapkan peneliti
17
[ ]
2 5
, 4
28 ,
6 282
, 1
96 ,
1 +
≥ n
Universitas Sumatera Utara