PERUMUSAN MASALAH HIPOTESIS MANFAAT PENELITIAN KERANGKA KONSEPSIONAL

sepsis dengan jumlah sampel 30 orang mendapatkan nilai awal phase angle 4 o berhubungan bermakna dengan survival pasien selama 28 hari. 16 Tsoros dkk 2005 melakukan evaluasi perbandingan extracellular mass ECM dan body cell mass BCM pada pasien SIRS dan sepsis berat dengan jumlah sampel 12 orang pasien SIRS dan 18 orang pasien sepsis berat, mendapatkan BCM berkurang pada kedua kelompok namun tidak berbeda bermakna. 17 Ludy dkk 2005 yang menilai komposisi tubuh pasien infeksi HIV di Thailand menyimpulkan parameter BIA dapat digunakan dalam menilai status nutrisi pasien-pasien dengan infeksi HIV, dan status nutrisi ini berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas. Berdasarkan uraian di atas sampai saat ini sepanjang pengetahuan penulis, penelitian tentang parameter BIA pada pasien sepsis dan infeksi HIVAIDS masih sangat sedikit, dan data tentang perbandingan parameter BIA antara pasien sepsis pada HIV dengan pasien sepsis pada non HIV belum pernah diteliti. Oleh karenanya penulis berminat untuk meneliti hal tersebut. 18

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat perbedaan nilai parameter BIA antara pasien sepsis pada infeksi HIV dengan sepsis pada non HIV?

1.3 HIPOTESIS

Terdapat perbedaan nilai parameter BIA antara pasien sepsis pada infeksi HIV dengan pasien sepsis pada non HIV.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan nilai parameter BIA antara pasien sepsis pada infeksi HIV dengan pasien sepsis pada non HIV.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik BIA pasien sepsis pada infeksi HIV dengan pasien sepsis pada non HIV. b. Mengetahui perbandingan nilai BIA antara pasien sepsis pada infeksi HIV dengan pasien sepsis pada non HIV. Universitas Sumatera Utara

1.5. MANFAAT PENELITIAN

a. Dengan mengetahui nilai parameter BIA pasien sepsis pada infeksi HIV dan pasien sepsis pada non HIV, maka para klinisi dapat menggunakan nilai parameter BIA untuk menentukan beratnya penyakit pada pasien yang menjalani perawatan tersebut. b. Dengan memperhatikan kondisi cairan tubuh, status nutrisi, dan elektrolit, diharapkan parameter BIA dapat bermanfaat untuk tatalaksana ke depan pasien sepsis pada infeksi HIV dan pasien sepsis pada non HIV secara konferehensif. c. Parameter BIA ke depan dapat menjadi data indikator prognostik untuk pasien sepsis pada infeksi HIV dan pasien sepsis pada non HIV yang menjalani perawatan.

1.6. KERANGKA KONSEPSIONAL

Pasien sepsis pada HIV dan pasien sepsis pada non HIV Perubahan komposisi tubuh, status volume cairan tubuh, status nutrisi, dan kerusakan organ Perbedaan nilai parameter BIA, yaitu : Total Body Water TBW, Extracellular Water ECW, Intracellular Water ICW, Body Cell Mass BCM, Fat Free Mass FFM, Fat Mass FM, Resting Metabolic rate RMR, Total Body Kalium TBK,Total Protein, Mineral dan Glikogen, dan Phase angle.  Diagnosa sepsis: SIRS + Kultur PCT.  Diagnosa infeksi HIV: Elisa 3 metode reaktif Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI SEPSIS

Infeksi adalah istilah untuk menamakan keberadaan berbagai kuman yang masuk ke dalam tubuh manusia. Bila kuman berkembang biak dan menyebabkan kerusakan jaringan disebut penyakit infeksi. Pada penyakit infeksi terjadi jejas sehingga timbul reaksi inflamasi. Meskipun dasar proses inflamasi sama, namun intensitas dan luasnya tidak sama, tergantung luas jejas dan reaksi tubuh. Inflamasi akut dapat terbatas pada tempat jejas saja atau dapat meluas serta menyebabkan tanda dan gejala sistemik. Manifestasi klinik inflamasi sistemik disebut systemic inflamation respons syndrome SIRS, sedangkan sepsis adalah SIRS ditambah tempat infeksi yang diketahui. Meskipun sepsis biasanya berhubungan dengan infeksi bakteri, namun tidak harus terdapat bakteriemia. Berdasarkan konferensi internasional tahun 2001 memasukkan petanda procalcitonin PCT sebagai langkah awal dalam mendiagnosa sepsis 3 3 . Purba D 2010 di Medan, pada penelitian prokalsitonin sebagai petanda sepsis mendapatkan nilai PCT 0,80 ngml sesuai untuk sepsis akibat infeksi bakteri dan kadarnya semakin meningkat berdasarkan keparahan penyakit. Ketika jaringan terluka atau terinfeksi, akan terjadi pelepasan faktor-faktor proinflamasi dan anti inflamasi secara bersamaan. Keseimbangan dari sinyal yang saling berbeda ini akan membantu perbaikan dan penyembuhan jaringan. Ketika keseimbangan proses inflamasi ini hilang akan terjadi kerusakan jaringan yang jauh, dan mediator ini akan menyebabkan efek sistemik yang merugikan tubuh. Proses ini dapat berlanjut sehingga menimbulkan multiple organ dysfunction syndrome MODS. 19 Sitokin sebagai mediator inflamasi tidak berdiri sendiri dalam sepsis, masih banyak faktor lain non sitokin yang sangat berperan dalam menentukan perjalanan penyakit. Respon tubuh terhadap patogen melibatkan berbagai komponen sistem imun dan sitokin, baik yang bersifat proinflamasi maupun antiinflamasi. Termasuk sitokin proinflamasi adalah tumor necrosis factor TNF, interleukin-1 IL-1, dan interferon- γ IFN-γ yang bekerja membantu sel untuk menghancurkan mikroorganisme yang menginfeksi. Termasuk sitokin antiinflamasi adalah interleukin-1 reseptor antagonis IL-1ra, IL-4, dan IL-10 yang bertugas 1 Universitas Sumatera Utara