Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep

kurang mendapat perhatian baik dari birokrat kampus maupun mahasiswanya sendiri. Meski demikian para pegiat radio kampus tetap berusaha menjalankan kegiatan mereka meski dengan dana, alat dan waktu yang terbatas. Bahkan banyak di antara radio-radio kampus di Indonesia yang telah lama vakum namun ada yang masih tetap bertahan meski banyak mengalami kendala. Dalam melihat permintaan pasar, radio mahasiswa akan mementingkan keberadaan dirinya di antara media radio lainnya disamping media cetak dan televisi, seperti halnya Radio USUKOM 107,7 FM yang beralamat di Jln. Dr. Sofyan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara FISIP USU. Dengan dilatarbelakangi oleh beragam uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Radio USUKOM 107,7 FM sebagai stasiun radio berbasis kampus dengan meneliti opini para peserta Audisi Penyiar Radio USUKOM 107,7 FM yang merupakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Bagaimanakah Opini Peserta Audisi Penyiar Tentang Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti melakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang diteliti adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Penelitian ini bersifat kualitatif, yang hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. 2. Penelitian ini dilakukan terbatas pada opini Peserta Audisi Penyiar terhadap Radio USUKOM 107,7 FM sebagai radio kampus. 3. Objek penelitian ini adalah Peserta Audisi Penyiar Radio USUKOM FM yang merupakan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara. 4. Penelitian mulai dilakukan pada bulan Maret sampai selesai.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah sudah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya tujuan akan mendorong seseorang untuk melakukan usaha sedapat mungkin agar tujuan tersebut dapat dicapai.

I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui opini Peserta Audisi Penyiar Radio tentang siaran Radio USUKOM 107,7 FM sebagai stasiun radio berbasis kampus. 2. Untuk mengetahui alasan Peserta Audisi Penyiar Radio dalam mendengar siaran-siaran Radio USUKOM 107,7 FM. 3. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang diterima oleh Peserta Audisi Penyiar Radio setelah mendengar siaran-siaran Radio USUKOM 107,7 FM. Universitas Sumatera Utara

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, serta menambah cakrawala pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap dunia penyiaran radio. 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di bidang Ilmu Komunikasi, khususnya Komunikasi Massa. 3. Secara praktis, data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen Radio USUKOM 107,7 FM dan perangkatnya yang berkompeten dalam merumuskan kebijaksanaan siarannya.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti Nawawi, 1995: 39-40. Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk konsep, definisi, dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala- gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2004: 6. Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah Teori Komunikasi, Teori Komunikasi Massa, Pola Penyiaran Radio, Opini Publik, dan Teori Uses and Gratifications. Universitas Sumatera Utara

I.5.1 Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilangsungkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The structure And Function Of Communication In Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect “. Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni Effendi, 2004: 10: a. Komunikator Communicator, Source, Sender. b. Pesan Message c. Media Channel d. Komunikan Communicant, Communicate e. Efek Impact, Influence Wibur Schramm, seorang ahli komunikasi, dalam karyanya, “Communication Research in the United States”, menyatakn bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan frame of reference, yakni paduan pengalaman dan pengertian Universitas Sumatera Utara collection of experiences and meanings yang pernah diperoleh komunikan Effendy, 2000: 13. Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang komunikator kepada orang lain komunikan. Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, atau opini yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa merupakan keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, kegairahan dan sebagainnya yang timbul dari lubuk hati. Jadi komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan dengan tujuan unuk memberitahu atau mengubah sikap atau pendapat dari si komunikan.

I.5.2 Komunikasi Massa

Komunikasi Massa sebagai bagian dari komunikasi memiliki definisi sederhana yang dikemukakan oleh Brittner, yakni; komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang Ardianto, 2004: 3. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berdasarkan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri Dalam Ardianto, 2004: 4. Joseph A. Devito dalam bukunya, Communicology: An Introduction To The Study Of Communication, menampilkan definisinya mengenai komunikasi massa dengan lebih tegas, yakni sebagai berikut Dalam Ardianto, 2004: 3: Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa Universitas Sumatera Utara khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang mebaca atau semua orang yang menonton TV, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: TV, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita. Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard, komunikasi massa adalah keterampilan, seni, dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Ciri- cirinya adalah sebagai berikut Dalam Effendi, 2004: 22-25: - Komunikasi Massa Berlangsung Satu Arah - Komunikator Melembaga - Pesan Yang Bersifat Umum - Media Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan. - Komunikan Komunikasi Massa Bersifat Heterogen Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media massa yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.dalam pembicaraan sehari- hari istilah ini sering disingkat menjadi media. Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan Universitas Sumatera Utara tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumberahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu www.wikipedia.comwikimedia_massa Media massa terdiri dari media massa cetak, elektronik, dan media online seperti dibawah ini Ardianto, 2004: 104-144: a. Surat Kabar b. Majalah c. Radio siaran d. Televisi e. Film f. Komputer dan Internet Selain memiliki ciri-ciri, komunikasi massa juga memiliki fungsi. Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveillance pengawasan, interpretation penafsiran, linkage ketertarikan, transmission of values penyebaran nilai, dan entertainment hiburan Ardianto, 2004: 16 – 20. Gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses merupakan suatu peristiwa yang berlangsung secara kontinyu, tidak diketahui kapan mulainya dan kapan akan berakhirnya. Dalam operasionalnya, proses memerlukan berbagai komponen elemen penunjang. Demikian pula dengan komunikasi yang pada hakikatnya merupakan suatu proses, berlangsungnya komunikasi sudah pasti memerlukan berbagai komponen elemen. Pengertian Universitas Sumatera Utara komponen di sini adalah bagian-bagian yang terpenting dan mutlak harus ada pada suatu keseluruhan atau kesatuan Ardianto, 2004: 32. Willbur Schramm mengatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi, minimal diperlukan tiga komponen yaitu source, message, destination atau komunikator, pesan, komunikan. Apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut tidak ada, maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Namun demikian, selain ketiga komponen tersebut masih terdapat komponen lainnya yang berfungsi sebagai pelengkap. Artinya, jika komponen tersebut tidak ada, maka tidak berpengaruh terhadap komponen lainnya. Oleh karena itu, komponen- komponen utama komunikator – pesan – komunikan mutlak harus ada pada proses komunikasi. Pengertian proses komunikasi massa pada hakikatnya merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran channel, biasanya dikenal dengan media printed press, media auditif radio, media visual gambar, lukisan atau media audio visual televisi dan film. Yang dimaksud dengan media di sini adalah alat yang digunakan untuk mencapai massa sejumlah orang yang tidak terbatas. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan suatu proses yang melukiskan bagaimana komunikator menggunakan teknologi media massa secara proporsional guna menyebarluaskan pesannya melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak. Harold D. Lasswell seorang ahli politik di Amerika Serikat mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam Universitas Sumatera Utara menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi massa dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: who siapa, says what berkata apa, in which channel melalui saluran apa, to whom kepada siapa, with what effect dengan efek apa?

I.5.3 Radio

Radio merupakan media komunikasi massa periodik yang memiliki kemampuan menjangkau khalayak yang luas dalam waktu bersamaan. Disamping itu, harga pesawatnya yang relatif murah sehingga khalayak banyak yang memilikinya. Berdasarkan data pemilikan radio, selama dua dasawarsa terakhir ini terus berkembang. Dengan jumlah yang cukup besar itu radio akan memiliki potensi yang besar dalam menyebarluaskan informasi. Persoalannya adalah bagaimana memanfaatkan semaksimal mungkin kemampuan yang dimiliki radio, agar setiap program yang disajikan memberikan manfaat. Salah satu aspek yang dapat menentukan keberhasilan radio adalah berkaitan dengan program-program acara yang disiarkan. Rangkaian acara yang menarik diformulasikan kedalam program yang meliputi waktu pagi, siang dan malam. Program tersebut merupakan suatu rangkaian yang dikemas dalam satu format. Setiap stasiun pada pada dasarnya harus mempunyai format yang jelas. Format setiap stasiun dapat menjadi ciri khas dari stasiun yang bersangkutan. Dengan demikian format menjadi penting bagi suatu stasiun pemancar radio, karena akan berkaitan juga dengan segmentasi khalayak. Dalam hal ini radio Universitas Sumatera Utara Bahana Kusuma mengkhususkan target pendengarnya pada anak muda, namun pada prakteknya radio ini juga dikonsumsi oleh khalayak yang heterogen, yaitu: a. Kalangan dunia usaha b. Ibu rumah tangga c. MahasiswaPelajar d. PetaniBuruh

I.5.4 Opini Publik

Opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini tersebut timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial yang menimbulkan pendapat berbeda-beda Sastropoetro, 1990: 41. Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Subyek dari suatu opini biasanya adalah masalah baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertahankannya Djoenarsih, 1984: 31. Sedangkan perkataan publik melukiskan sekelompok manusia yang berkumpul secara spontan yang memiliki syarat-syarat: a. Dihadapi oleh suatu persoalan issue b. Berbeda pendapatnya mengenai persoalan ini dan berusaha untuk menanggulangi persoalannya. c. Sebagai akibat keinginan mengadakan diskusi dengan mencari jalan keluar Susanto, 1985: 47. Universitas Sumatera Utara Disini publik masih merupakan bentuk spontan yang tidak berbentuk, yang tidak diorganisasikan. Pokok persoalan dari pembentukan publik demikian ini adalah bahwa mereka menghadapi persoalan, diikat sementara oleh persoalan yang minta pemecahan Susanto, 1985: 48. Maka dapat disimpulkan bahwa opini publik atau dikenal dengan pendapat umum adalah kesatuan pendapat yang muncul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan, membicarakan issue yang kontroversial, mendiskusikannya dan berusaha untuk mengatasinya. Ketika isu atau opini itu keluar maka jelas sekali bahwa komunikasi yang dilakukan oleh komunikator melalui media menghasilkan efek dan efek komunikasi massa inilah yang dikenal dengan sebutan opini publik. Dan proses munculnya opini ini harus melalui beberapa tahap, yaitu; efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif. Efek kognitf berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel dan sebagainya. Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari pemberitaan di media itu yang akhirnya menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak, dan perasaan ini hanya bergejolak didalam hati saja. Dan yang terakhir adalah efek konatif, dimana efek ini berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang memiliki kecenderungan memunculkan sebuah tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung muncul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan harus melalui efek kognitf dan efek afektif terlebih dulu. Dan opini publik Universitas Sumatera Utara merupakan hasil akhir dari proses tersebut dan masuk pada efek konatif Effendy, 2003: 318-319. Jika kita lihat lebih dalam lagi yang namanya opini publik itu sangat berkaitan erat dengan sikap dari individu, baik secara pribadi maupun kelompok. Dan pada dasarnya yang membentuk opini publik itu adalah sikap pribadi seseorang maupun sikap kelompoknya, karena itu sikap akan ditentukan oleh pengalaman individu dan kelompoknya. Leonard W. Doob merumuskan opini publik yang kompeten atau memenuhi syarat adalah: 1. Fakta yang dipakai sebagai titik tolak dari perumusan opini publik, diberi nilai baik oleh masyarakat luas. 2. Dalam penggunaan fakta atau keadaan dimana suatu sikap justru diambil karena tidak adanya fakta, orang sampai pada kesimpulan dan kesepakatan akan tindakan yang harus diambil untuk memecahkan masalah Susanto, 1985: 101. Doob menyebut pendapat harus dinyatakan sebagai actual publik opinion. Pendapat harus dinyatakan sebelum dinilai karena segala sesuatu yang belum melalui proses komunikasi masih merupakan proses yang ada pada diri seseorang. Dalam hubungannya dengan hal ini perlu diperhatikan pendapat Irish dan Protho mengenai pendapat yaitu, bahwa pernyataan yang telah mengalami proses komunikasi disebut opinion sedangkan bila perasaan tadi belum dinyatakan, maka ia masih merupakan attitude sikap. Selanjutnya sebagai unsur ketiga disebutkan bahwa diperluksn adanya issue atau masalah agar sesuatu dapat Universitas Sumatera Utara dinilai sebagai pendapat umum. Issue bahkan harus merupakan issue sosial Susanto, 1985. Suatu pendapat akan menjadi issue apabila ia mengandung unsur memungkinkan pro dan kontra suatu pendapat tentang suatu kejadian yang telah dinyatakan. Dengan sendirinya, pendapat memiliki obyek dan tujuan tertentu dan karena menggandung unsur pro dan kontra maka dengan demikian ia akan menimbulkan adanya pendapat baru yang menyenangkan atau tidak baginya Susanto, 1985.

I.5.5 Teori Uses And Gratification

Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori kegunaan dan kepuasan ini dikenal pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses of Mass Comunications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori uses and gratifications milik Blumer dan katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kebutuhannya, artinya teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya Nurudin, 2003: 181. Pada awal kemunculan media massa, khalayak dianggap sebagai korban dari kekuatan media. Dengan kata lain, khalayak akan menerima setiap informasi yang disajikan oleh media massa, tanpa ada selektivitas. Teori ini dikenal dengan Teori Magic Bullet. Pandangan ini kemudian digantikan oleh Teori Limited Universitas Sumatera Utara Effect, yang menyebutkan efek perorangan anggota individu berbeda dan kehidupan sosial meminimalkan efek media. Di dalam pandangan individu yang berbeda, kekuatan media dibentuk oleh faktor perorangan seperti tingkat inteligensia dan penghargaan diri, dimana kekuatan media dibatasi oleh organisasi khalayak dan keanggotaan dalam kelompok. Namun demikian, teori ini tetap memandang bahwa khalayak bersifat pasif. http:www.mhhe.commayfiledpub.westturnerinstructor. Di tahun 1942, teori ini dikritik oleh Herta Herzoa dan Paul Lazasfield. Ketika itu mereka mempelajari bahwa pendengar radio memiliki kebutuhan yang berbeda dan mempunyai selektivitas dalam penggunaan radio. Penilitian inilah merupakan reaksi terhadap Teori Magic Bullet, yang kemudian digunakan sebagai dasar Teori Uses and Gratification. Penelitian ini menegaskan khalayak media aktif, meghancurkan ketentuan paradigma efek media yang dominant pada tahun 1950-an. Tidak ada lagi yang berkata “apa yang dilakukan media kepada khalayak what media do it the people”, tertapi “apa yang dilakukan khalayak kepada media what people do to the media”. Teori ini sendiri diperkenalkan oleh Ellihu Katz akhir tahun 1950. http:www.ascusc.orgjcmcvo16issue1eberseldhtml. Uses and Gratifications Model merupakan pengembangan dari jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi ini memusatkan perhatian pada penggunaan uses media untuk mendapatka kepuasaan gratifications atas kebutuhan seseorang. Sebagian besar Universitas Sumatera Utara perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan dan kepentingan individu. Model ini meneliti asal mula kebutuhan manusia secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan. Penelitian yang menggunakan uses dan gratification memusatkan pehatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan Ardianto dkk, 2004: 70. Model Uses and Gratifications membahas juga motif-motif dan alternatif fungsional untuk memenuhi kebutuhan. Sebagaian besar individu mempunyai kebutuhan dasar untuk mengadakan interaksi sosial, yang kemudian berharap bahwa konsumsi dan penggunaan media massa tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya. Hal ini menuntun pada kegiatan menonton program televisi, membaca majalah atau surat kabar dan juga mendengarkan radio. Kegiatan ini menghasilkan gratifikasi kebutuhan, tetapi dapat pula menimbulkan ketergantungan dan perubahan kebiasaan pada individu. Dalam hal ini penggunaan media dapat dikatakan merupakan alternative fungsional bagi interaksi yang sesungguhnya. Teori uses dan Gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya manusia mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini bahwa individu sebagai mahluk supra- rasional dan sangat selektif. Menurut para pendirinya, Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch dalam Jalaluddin Rakhmat, 1984, uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan Universitas Sumatera Utara harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan atau keterlibatan pada kegiatan lain, dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan. Katz, Blumer dan Gurevitch dalam Ardianto, 2004: 71 menjelaskan mengenai asumsi dasar dari pendekatan Uses and Gratifications: 1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebahagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. 2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak. 3. Media massa harus saling bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhannya yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. 4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu. 5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak. Sementara Schramm dan Porter dalam bukunya Men, Women, Message and Media 1982 pernah memberikan formula untuk menjelaskan bekerjanya teori uses and gratifications. Janji Imbalan ------------------------------------ = Probabilitas Seleksi Upaya yang Diperlukan Universitas Sumatera Utara Imbalan disini bisa berarti imbalan yang saat itu juga diterima segera atau imbalan yang tertunda. Imbalan itu memenuhi kebutuhan khayalak. Upaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat bergantung pada tersedia tidaknya media dan kemudahan memanfaatkannya. Bila membagi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, maka akan memperoleh probabilitas seleksi dari media massa tertentu Nurudin, 2003: 182.

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai. Untuk itu kerangka konsep dapat berupa teori-teori baru yang akan diuji atau pengembangan teori-teori yang sudah ada dan bahkan berupa kemungkinan- kemungkinan implementasi hasil penelitian bagi kehidupan nyata. Perumusan kerangka konsep itu merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian Nawawi, 2001: 40. Kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang akan dicapai, secara dianalisa secara kritis berdasarkan bahan persepsi pengamatan yang dimiliki dan kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang dicapai. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel, yaitu opini Peserta Audisi Penyiar Radio terhadap siaran Radio USUKOM 107,7 FM sebagai radio berbasis kampus. Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan sebelumnya maka ada beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan: Universitas Sumatera Utara 1. Siaran Radio USUKOM 107,7 FM sebagai radio berbasis kampus 2. Opini Peserta Audisi Penyiar Radio.

I.7 Model Teoritis

Dokumen yang terkait

Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz) Dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe)

4 88 132

Radio Er-Dammah 107,7 FM sebagai media dakwah Islam

0 14 62

PROFESIONALISME PENYIAR PADA RADIO JARINGAN SWASTA(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Profesionalisme Penyiar di Trijaya FM PROFESIONALISME PENYIAR PADA RADIO JARINGAN SWASTA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG PROFESIONALISME PENYIAR DI TRIJAYA FM YOGY

0 3 12

Peran Rapma FM sebagai Radio Komunitas Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 10 20

MOTIF DAN KEPUASAN PENDENGAR RADIO GAPURA KLEWER 107,7 FM Motif Dan Kepuasan Pendengar Radio Gapura Klewer 107,7 FM (Studi Komparatif Kesenjangan antara Motif dan Kepuasan Pendengar Radio Gapura Klewer 107,7 FM Surakarta).

0 2 14

MOTIF DAN KEPUASAN PENDENGAR RADIO GAPURA KLEWER 107,7 FM Motif Dan Kepuasan Pendengar Radio Gapura Klewer 107,7 FM (Studi Komparatif Kesenjangan antara Motif dan Kepuasan Pendengar Radio Gapura Klewer 107,7 FM Surakarta).

0 1 14

PENDAHULUAN Motif Dan Kepuasan Pendengar Radio Gapura Klewer 107,7 FM (Studi Komparatif Kesenjangan antara Motif dan Kepuasan Pendengar Radio Gapura Klewer 107,7 FM Surakarta).

1 9 46

RADIO KOMUNITAS SEBAGAI RADIO DAKWAH Radio Komunitas Sebagai Radio Dakwah (Analisis Deskriptif Kualitatif Radio Bani Adam FM sebagai Radio Komunitas Dakwah di Boyolali).

0 1 14

PENDAHULUAN Radio Komunitas Sebagai Radio Dakwah (Analisis Deskriptif Kualitatif Radio Bani Adam FM sebagai Radio Komunitas Dakwah di Boyolali).

0 2 25

STRATEGI KOMUNIKASI RADIO KOMUNITAS USUKOM FM DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSINYA

0 0 16