Lembaga penyiaran radio Indonesia sesuai Undang-undang No.32 tahun 2002 tentang penyiaran, terdiri atas lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran
komersial, lembaga penyiaran komunitas, dan lembaga penyiaran berlangganan. a. Lembaga Penyiaran Publik
Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independent, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan
pelayanan untuk kepentingan masyarakat. b. Lembaga Penyiaran Komersial
Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya khusus menyelenggarakan siaran radio.
c. Lembaga Penyiaran Komunitas
Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya
pencar rendah, luas wilayah jangkauan terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.
d. Lembaga Penyiaran Berlangganan
Merupakan lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia,yang bidang usahanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan melalui satelit,
melalui kabel dan melalui terrestrial Djuroto, 2007: 64-66.
II.3.1 Pola Penyiaran Radio
Menurut yang tertera di dalam Undang-Undang No.32 tahun 2002, penyiaran adalah kegiatan pemancar luasan siaran melalui sarana pemancaran dan
Universitas Sumatera Utara
atau sarana transmisi darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekwensi radio melalui udara, kabel atau media lainnya untuk dapat
diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran Riswandi, 2009: 1.
Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka,
berupa program yang teratur dan berkesinambungan Riswandi, 2009: 1. Ketika para pengelola stasiun penyiaran radio merencanakan untuk
beroperasi, salah satu faktor yang menjadi kajian khusus adalah cara menetapkan target pendengar. Apalagi dimasa sekarang ini kompetisi sedemikian tinggi
sehingga target pendengar menjadi prioritas Prayudha, 2004: 23. Dari target pendengar dapat ditentukan suatu pola penyiaran.
Pada umumnya terdapat dua metode penggolongan bahan siaran yang dianut oleh badan-badan radio siaran di dunia. Yang pertama adalah metode
menurut “unsur acara siaran”, yang kedua menurut “tujuan acara siaran” Effendi, 1990: 114-117.
Berdasarkan unsur acara siaran, bahan siaran dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Pembagian menurut unsur acara siaran
1. Siaran kata 2. Siaran seni suara
Yang dimaksud dengan siaran kata adalah segala bahan siaran yang pokok isinya dilukiskan dengan kata-kata spoken words. Sedang yang dimaksud
Universitas Sumatera Utara
dengn seni suara adalah segala bentuk kesenian yang pokok isinya dilukiskan dengan musik.
Seperti halnya dengan negara-negara lain yang tergabung dalam Asian Broadcasting Union ABU dan European Broadcasting Union EBU, dalam
menentukan penggolongan acara siaran, Indonesia mengikuti pola yang dianut oleh UNESCO. Berikut ini adalah penggolongan jenis-jenis acara siaran:
b. Pembagian menurut tujuan acara siaran
1. Siaran pemberitaan dan penerangan a. Warta Berita
b. Reportase c. Penerangan Umum
d.Pengumuman 2. Siaran Pendidikan
a. Siaran Kanak-Kanak b. Siaran Remaja
c. Siaran Sekolah d. Siaran Pedesaan
e. Siaran Keluarga f. Siaran Agama
g. Siaran Wanita h. Pengetahuan Umum
3. Siaran Kebudayaan a. Kesusasteraan
Universitas Sumatera Utara
b. Kesenian Daerah c. Apresiasi Seni
4. Siaran Hiburan a. Musik Daerah
b. Musik Indonesia c. Musik Asing
d. Hiburan Ringan 5. Siaran Lain-lain
a. Ruangan Iklan b. PembukaanPenutup Siaran
Tujuan utama memproduksi acara siaran radio adalah untuk menarik minat masyarakat agar mau mendengarkan atau menjadi pendengar setianya.
Dalam membuat atau menyusun siaran radio, harus berpedoman pada tiga fungsi medium radio, yaitu:
1. Siaran radio sebagai media penerangan information. 2. Siaran radio sebagai sarana pendidikan education.
3. Siaran radio sebagai tempat hiburan entertainment. Selain memperhatikan tiga fungsi siaran radio tersebut, pembuat atau
penyusun acara siaran harus memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh medium radio. Keterbatasan itu antara lain:
1. Radio hanya bisa dikonsumsi oleh indera pendengarantelinga ear catching 2. Radio tidak dapat dipertontonkan visual tingkah lakuaction dari orang-orang
yang menyiarkannya.
Universitas Sumatera Utara
3. Pendengar radio sifatnya perseorangan individual dan hidup dalam psycolically independen yang kompleks. Itu sebabnya pendengar radio
senantiasa berubah-ubah. Disamping memperhatikan keterbatasan-keterbatasan radio, hal lain yang
perlu diperhatikan adalah sifat pendengar radio. Pendengar adalah sasaran komunikasi massa melalui media radio siaran. Komunikasi dapat dilakukan
efektif, apabila pendengar terpikat perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengerti, tergerak hatinya dan melakukan kegiatan apa yang diinginkan si pembicara.
Berikut ini adalah sifat-sifat pendengar radio siaran yang turut menentukan gaya bahasa radio Effendi, 1990: 85-86 :
a. Heterogen Pendengar adalah massa, sejumlah orang yang sangat banyak yang
sifatnya heterogen, terpencar-pencar di berbagai tempat. Dan mereka berbeda dalam jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan kebudayaan. Dan selain itu
pendengar berbeda dalam pengalaman dan keinginan, tabeat, dan kebiasaan, yang kesemuanya itu menjadi dasar pola bagi gaya bahasa sebagai penyalur pesan
kepada pendengar. b. Pribadi
Karena pendengar berada dalam keadaan heterogen, terpencar-pencar di berbagai tempat dan umumnya dirumah-rumah maka sesuai isi pesan akan dapat
diterima dan dimengerti, kalau sifatnya pribadi personal sesuai dengan situasi dimana pendengar itu berada. Sesuatu uraian disampaikan kepada pendengar yang
berada di rumahnya itu secara pribadi. Pembicara radio seolah-olah bertamu dan memberikan uraian kepada seseorang dalam suatu rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
c. Aktif Pada mulanya para ahli komunikasi mengira bahwa pendengar radio
sifatnya pasif. Ternyata tidak demikian. Hal ini telah dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilbur Schramm, Paul Lazarsfeld dan Raymond
Bauer, ahli-ahli komunikasi di AS. Mereka semua berpendapat bahwa pendengar radio sebagai sasaran komunikasi massa jauh daripada pasif. Apabila mereka
menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun radio, mereka aktif berpikir, aktif melakukan interpretasi, mereka bertanya-tanya pada dirinya, apakah yang
diucapkan oleh penyiar atau seorang penceramah radio atau pembaca berita, benar atau tidak.
d. Selektif
Pendengar sifatnya selektif. Ia dapat dan akan memilih program radio siaran yang disukainya. Pabrik pesawat radio menyadari hal itu, maka setiap
pesawat radio dilengkapi dengan alat yang memungkinkan mereka melakukan pilihannya itu. Dengan memutar knop jarum gelombang pada pesawat radionya,
pendengar dapat mencari apa yang disenanginya, baik program musik maupun uraian atau drama siaran dalam negeri maupun luar negeri.
Begitu banyak stasiun radio siaran, tidak terhitung sudah, dengan aneka jenis acara siarannya yang masing-masing berlomba-lomba untuk memikat
perhatian pendengar. Yang tidak memenuhi selera pendengar, sudah tentu akan sia-sialah isi siaran yang diancarkannya itu. Oleh karena itulah maka dalam proses
komunikasi massa, unsur pendengar banyak diteliti, karena sasaran yang kompleks ini menyangkut berbagai segi sosiologis, psikologis, edukatif, kultural,
dan bahkan juga politis dan ekonomis.
Universitas Sumatera Utara
Dikarenakan sifat pendengar yang aktif dan selektif maka setiap stasiun radio berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meraih sebanyak mungkin
pendengar. Sambil terus membina hubungan baik dengan pendengar setia, satu stasiun berusaha merebut pendengar stasiun lain. Inilah perang stasiun radio, yang
hanya dibekali oleh acara sebagai senjatanya.
II.3.2 Manajemen Siaran