76
BAB IV PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN
MELALUI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL BPJS
A. Kepesertaan Masyarakat Miskin dalam Pelayanan Jaminan Kesehatan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya
dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
66
Pemenuhan hak dasar khususnya pelayanan kesehatan merupakan salah satu kebijakan yang diluncurkan oleh Pemerintah yang tercakup dalam strategi
nasional penaggulangan kemiskinan. Saat ini keluarga miskin menjadi sasaran program kesehatan yang utama, apalagi dengan keadaan ekonomi yang memburuk
jumlah keluarga miskin atau kurang mampu makin meningkat. Keadaan tersebut ternyata juga mengakibatkan penurunan frekuensi konsumsi pangan, barang dan
jasa termasuk didalamnya kesehatan. Penurunan tersebut mencakup kualitas dan kunjungan ke rumah sakit, Puskesmas dan bidan. Krisis ekonomi memang telah
66
Wikipedia.com, diakses tanggal 25 Mei 2014
Universitas Sumatera Utara
banyak menimbulkan dampak terhadap pembangunan Kesehatan termasuk pelayanan Kesehatan masyarakat. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan akses
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan sebagai langkah awal pengembangan SJSN maka sejak Januari tahun 2005 Departemen Kesehatan
meluncurkan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin yang telah berlangsung sebelumnnya seperti Jaring Pengaman Sosial bidang Kesehatan
JPSBK dan Program Dampak Pengurangan Subsisi Energi PDPSE atau Bahan Bakar Minyak yakni Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar
Minyak PKPSBBM. Perbedaan prinsip PJKMM dengan program sebelumnya adalah pengelola
dan mekanisme pengelolaannya. Jika sebelumnnya pengelolaan langsung dan Pemberi layanan Kesehatan PPK yakni Rumah Sakit dan Puskesmas atau tidak
langsung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat yang berorientasi non-profit pada program PJKMM ini dikelola
seragam dan tersentralisir oleh PT Askes berdasarkan SK Menkes RI No 1241 Menkes dan SK Menkes RI No 56MenkesSKI2005. Dengan bahasa yang
singkat bahwa pada PJKMM ini seluruh dana yang dialokasikan Pemerintah untuk pemeliharaan rakyat miskin dikelola secara tersentralistik oleh PT. Askes
Persero. Dalam rangka pengimplementasian Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Askeskin ini, maka diperlukan kerjasama dari semua pihak
yang terkait agar program ini tepat sasaran dan berjalan secara optimal. Baik dari pendataan masyarakat miskin sampai dengan sosialisasi. Karena hal itu
merupakan langkah awal dari keberhasilan program ini. Sehingga kebijakan yang
Universitas Sumatera Utara
diambil oleh Pemerintah ini dapat benar-benar tepat sasaran, yang pada akhirnya peningkatan derajat kesehatan gakin dapat tercapai. Secara garis besar tahapan
yang dilalui program ini adalah manajemen kepesertaan, manajemen pelayanan, serta manajemen keuangan.
67
B. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS
Hak-hak dasar atau hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau Negara, jadi
bukan berdasarkan hokum positif yang berlaku, melainkan berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Pada umumnya dikenal dua jenis hak asasi atau hak
dasar manusia yaitu hak dasar sosial dan hak dasar individual.”Dua asas hokum yang melandasi hukum kesehatan yaitu the right to health care atau hak atas
pelayanan kesehatan bukan hak atas kesehatan dan the right of self determination atau hak untuk menentukan nasib sendiri merupakan hak dasar atau
hak primer di dalam bidang kesehatan”.
68
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kita tidak dapat lepas dari Kebijakan Publik. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat kita temukan dalam bidang
Yang disebut pertama umumnya dianggap merupakan hak dasar social sedangkan yang kedua merupakan hak dasar
individual, meskipun batasan atara keduanya agak kabur. Hal ini disebabkan karena hak dasar individual atau hak menentukan nasib sendiri juga ada pada hak
dasar social.
67
Ibid
68
Nasution, Bader Johan, Hukum Kesehatan : Pertanggungjawaban Dokter.Jakarta : Rhineka cipta, 2005, hlm 36
Universitas Sumatera Utara
kesejahteraan sosial, bidang kesehatan, perumahan rakyat, pendidikan nasional dan bidang-bidang lainnya yang menyangkut hajat hidup masyarakat.
Kebijakan publik public policy adalah tindakan yang diterapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan
atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat pada hakikatnya kebijakan publik mendasarkan pada paham bahwa kebijakan publik
harus mengabdi kepada kepentingan masyarakat.
69
Implementasi kebijakan sebagai: “Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk
perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang
ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk men-strukturkan atau mengatur proses implementasinya
70
Secara garis besar model implementasi kebijakan menjadi empat yaitu: Untuk menganalisis bagaimana proses implementasi kebijakan itu
berlangsung maka dapat dilihat dari berbagai model implementasi kebijakan. Pandangan mengenai model teori implementasi kebijakan banyak kita temukan
dalam berbagai literatur.
71
5 The Analysis of failure model analisis kegagalan,
6 Model rasional top-down untuk mengidentifikasi faktor-faktor mana yang
membuat implementasi sukses,
69
Islamy, Irfan. M. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta, Bumi Aksara, 2001, hlm 20
70
Agustino, Leo. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung, Alfabeta, 2008 hlm 139
71
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
7 Model pendekatan bottom-up kritikan terhadap model pendekatan top-down
dalam kaitannya dengan pentingnya faktor-faktor lain dan interaksi organisasi, 8
Teori-teori hasil sintesis hybrid theories. Model yang digunakan sebagai dasar tema penelitian ini ialah turunan
model implementasi top-down yang disebut Direct and Indirect Impact on Implementation yaitu Model teori yang dikembangkan oleh George C.Edwards
III. Menurut pandangan Edwards III dalam Subarsono, implementasi kebijakan di- pengaruhi oleh empat variabel yang saling berhubungan satu sama lain, di
antaranya: a Komunikasi, b Sumber daya, c Disposisi dan d Struktur Birokrasi
72
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
73
BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 lima belas hari sejak dokumen klaim
Lingkungan pelayanan kesehatan me-liputi sistem pembiayaan kesehatan, peraturan perundang-undangan, kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan,
kebijakan pembiayaan dan peraturan ke-uangan, serta sistem regulasi kesehatan. Seluruh sistem yang berlaku di masyarakat sangat berpengaruh terhadap sistem
organisasi pelayanan kesehatan dan sistem mikro pelayanan kesehatan.
72
Subarsono, AG. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, hlm 90
73
Azwar, Asrul. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, hlm 35
Universitas Sumatera Utara
diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan
di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran,
Menteri Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN yang diberikan. Asosiasi Fasilitas Kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat tambahan berupa manfaat yang bersifat non medis berupa akomodasi. Misalnya: Peserta yang menginginkan
kelas perawatan yang lebih tinggi daripada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih
antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan, yang disebut dengan iur biaya additional
charge. Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi peserta PBI. Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, BPJS
Kesehatan wajib menyampaikan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan periode 1 Januari sampai
dengan 31 Desember. Laporan yang telah diaudit oleh akuntan publik dikirimkan kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni
tahun berikutnya. Laporan tersebut dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 dua media
Universitas Sumatera Utara
massa cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.
74
74
Ada 2 dua jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu berupa pelayanan kesehatan manfaat medis serta akomodasi dan ambulans
manfaat non medis. Ambulanshanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Bila Peserta
memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan
kegawatdaruratan medis. Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi
syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang tunai, pengiriman
tenaga kesehatan atau penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.
Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui proses kredensialing dan rekredensialing.
http:mustaqimjnet.blogspot.com201402makalah-bpjs.html , diakses tanggal 1 Mei
2014
Universitas Sumatera Utara
Jaminan Kesehatan Nasional diselenggarakan oleh BPJS yang merupakan badan hukum publik milik Negara yang bersifat non profit dan bertanggung jawab
kepada Presiden. BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi.
75
3 Fungsi Dewan Pengawas adalah melakukan pengawasan atas pelaksanaan
tugas BPJS. Dewan Pengawasterdiri atas 7 tujuh orang anggota: 2 dua orang unsur
Pemerintah, 2dua orang unsur Pekerja, 2 dua orang unsur Pemberi Kerja, 1 satu orang unsur Tokoh Masyarakat. Dewan Pengawas tersebut diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden. Direksiterdiri atas paling sedikit 5 lima orang anggota yang berasal dari
unsur profesional. Direksi sebagaimana dimaksud diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Dewan Pengawas mempunyai fungsi, tugas, dan wewenangpelaksanaan tugas BPJS dengan uraian sebagai berikut:
4 Dewan Pengawas bertugasuntuk:
e. melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan kinerja
Direksi; f.
melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan Dana Jaminan Sosial oleh Direksi;
g. memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi mengenai
kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS; dan
75
Ibid
Universitas Sumatera Utara
h. Menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jaminan Sosial
sebagai bagian dari laporan BPJS kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Kesehatan memang baru saja bergulir awal 2014. Badan ini merupakan sebuah transformasi dari PT Askes
Persero yang diamanatkan sesuai amanat Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-undang Nomor 24 tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
C. Sengketa dalam Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
76
76
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Nasional
Dewan Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disingkat DJSN adalah dewan yang berfungsi untuk
membantu Presiden dalam perumusan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional. Dewan Pengawas adalah organ
BPJS yang bertugas melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengurusan BPJS oleh direksi dan memberikan nasihat kepada direksi dalam penyelenggaraan
program Jaminan Sosial. Direksi adalah organ BPJS yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan BPJS untuk kepentingan BPJS, sesuai
dengan asas, tujuan, dan prinsip BPJS, serta mewakili BPJS, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD1945.
Apabila peserta program jaminan sosial yang telah melaksanakan kewajibannya tidak mendapatkan hak sebagaimana diatur dalam undang-undang
maka hal itu akan mengakibatkan peserta danatau anggota keluarganya dapat menuntut haknya melalui pengaduan kepada BPJS. Timbulnya sengketa dalam
penyelenggaraan jaminan sosial dapat terjadi antara perserta dengan BPJS, apabila peserta telah memenuhi kewajibannya berupa iuran yang adalah sejumlah uang
yang dibayar secara teratur oleh Peserta, baik untuk program jaminan kesehatan maupun program jaminan sosial ketenagakerjaan ternyata tidak mendapatkan
haknya. Demikian juga dengan fakir miskin dan orang tidak mampu yang iuran sebagai peserta telah dibayar oleh pemerintah dalam bentuk bantuan iuran.
Sebagaimana diketahui dalam Pasal 11 dinyatakan: Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, BPJS berwenang untuk mengenakan
sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi Kerja yang tidak memenuhi kewajibannya;
77
melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam memenuhi
kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
78
Jaminan sosial tenaga kerja adalah hak setiap tenaga kerja adalah hak setiap tenaga kerja baik pekerja tetap maupun pekerja kontrak. Jika ada pengusaha
yang oleh undang-undang menetapkan wajib untuk menyertakan para pekerjanya dalam program Jamsostek, namun pengusaha tersebut tidak mengikutsertakan
77
Pasal 11 huruf f
78
Pasal 11 huruf g
Universitas Sumatera Utara
pekerjanya maka hal tersebut oleh undang-undang dianggap sebagai kejahatan. Perlu diketahui bahwa Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan
yang dialami oleh tenaga kerja berupa: kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. Kebijakan memberlakukan Jamsostek tersebut
diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
79
Beberapa peraturan perundang-undangan tentang ketenagakerjaan yang berlaku selama ini, termasuk sebagian yang merupakan produk kolonial,
menetapkan pekerja pada posisi yang kurang menguntungkan dalam pelayanan penempatan tenaga kerja dan sistem hubungan industrial yang menonjolkan
perbedaan kedudukan dan kepentingan, karena itu, dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini dan tuntutan masa yang akan datang.
80
Ketetuan tentang jaminan perlindugan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dijabarkan
lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, kemudian dijelaskan juga dalam undang-undang Nomor 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan Pasal 86 ayat 1 bahwa, setiap pekerjaburuh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dam kesusilaan; dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
81
79
Libertus Jehani, Hak-Hak Karyawan Kontrak, Jakarta:Forum Sahabat, 2008, hal. 31
80
Ibid.
81
Ibid
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting
Universitas Sumatera Utara
sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dangan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembagunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan
kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam pembangunan, serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai harkat dan martabat
kemanusiaan.
82
Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerjaanburuh dan menjamin kesamaan kesempatan, serta
perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apa pun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerjaburuh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan
kemajuan dunia usaha.
83
1. Pencegahan Perselisihan: a terbuka dalam infromasi; b lurus dalam
meluruskan infromasi; c membangun diri dan lingkungan; d mencegah adanya tumpang tindih komunikasi.
Berdasarkan uraian di atas penyelesaian sengketa yang ditempuh oleh para pihak pada umumnya dilakukan dengan cara:
1. Menyelesaikan sendiri sengketa yang terjadi angka 3; 2. Memintah pihak ketiga sebagai perantara angka 3; atau
3. Melalui campur tangan hakim. Untuk mencegah dan menyelesaikan perselisihan diperlukan sikap khusus
yaitu:
2. Penyelesaian Perselisihan: a sama-sama mempunyai nilai baik; b sama-
sama meyakini adanya masalah merupakan problem bersama-sama; c sama-sama bertanggung jawab, tidak ada yang merasa kalah atau
82
Ibid., hal 10
83
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dikalahkan; d sama-sama menahan diri dan saling menghormati; e sama- sama tidak menggunakan jalur luar aturan dan melepas tanggung jawab; d
sama-sama mengambil hikmah dalam meningkatkan kemampuan untuk menghindarkan adanya perselisihan mendatang.
84
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN. Pasal 2 menyatakan BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional
berdasarkan asas: a.
kemanusiaan; b.
manfaat; dan c.
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pasal 3 menyatakan: BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya
pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap Peserta danatau anggota keluarganya. Penjelasan Pasal 3 yang dimaksud dengan
“kebutuhan dasar hidup” adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pasal
4: BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip: a kegotongroyongan; b nirlaba; c keterbukaan; d kehati-hatian; e akuntabilitas; f
portabilitas; g kepesertaan bersifat wajib; h dana amanat; dan i hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan Peserta. Penjelasan Pasal 4 yang dimaksud dengan:
84
Pitoyo Whimbo, Panduan Praktis Hukum Ketenagakerjaan, Cetakan Pertama, Jakarta:Visimedia, 2010, hlm 75
Universitas Sumatera Utara
a. “prinsip kegotongroyongan” adalah prinsip kebersamaan antar Peserta
dalam menanggung beban biaya Jaminan Sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap Peserta membayar Iuran sesuai dengan tingkat Gaji,
Upah, atau penghasilannya. b.
“prinsip nirlaba” adalah prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan Manfaat
sebesar-besarnya bagi seluruh Peserta. c.
“prinsip keterbukaan” adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap Peserta. Huruf d: Yang dimaksud
dengan “prinsip kehati-hatian” adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.
d. “prinsip akuntabilitas” adalah prinsip pelaksanaan program dan
pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. e.
“prinsip portabilitas” adalah prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun Peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. f.
“prinsip kepesertaan bersifat wajib” adalah prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi Peserta Jaminan Sosial, yang dilaksanakan
secara bertahap. g.
“prinsip dana amanat” adalah bahwa Iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari Peserta untuk digunakan sebesar-besarnya
bagi kepentingan Peserta Jaminan Sosial.
Universitas Sumatera Utara
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, menjelaskan Pembangunan sosial
ekonomi sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan pembangunan nasional telah menghasilkan banyak kemajuan, di antaranya telah meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Kesejahteraan tersebut harus dapat dinikmati secara berkelanjutan, adil, dan merata menjangkau seluruh rakyat
85
Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan berikut 1untutan penanganan berbagai persoalan yang belum terpecahkan. Salah
satunya adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat, yang diamanatkan dalam Pasal 28H ayat 3 mengenai hak terhadap jaminan sosial dan
Pasal 34 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jaminan sosial juga dijamin dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hak Asasi Manusia Tahun 1948 dan ditegaskan dalam Konvensi ILO Nomor 102 Tahun 1952 yang menganjurkan semua negara untuk memberikan perlindungan
minimum kepada setiap tenaga kerja. Sejalan dengan ketentuan tersebut, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dalam TAP Nomor XMPR2001
menugaskan Presiden untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu.
86
Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program Negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang
85
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
86
Ibid
Universitas Sumatera Utara
dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau
pensiun. Selama beberapa dekade terakhir ini, Indonesia telah menjalankan
beberapa program jaminan sosial. Undang-Undang yang secara khusus mengatur jaminan sosial bagi tenaga kerja swasta adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK, yang mencakup program jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari
tua dan jaminan kematian. Untuk Pegawai Negeri Sipil PNS, telah dikembangkan program Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri ASPEN
yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981 dan program Asuransi Kesehatan ASKES yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 yang bersifat wajib bagi PNSPenerima PensiunPerintis Kemerdekaan Veteran dan anggota keluarganya. Untuk prajurit
Tentara Nasional Indonesia TNI, anggota Kepolisian Republik Indonesia POLRI, dan PNS Departemen PertahananTNIPOLRI beserta keluarganya,
telah dilaksanakan program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ASABRI sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 67 tahun 1991
yang merupakan perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1971. Berbagai program tersebut di atas baru mencakup sebagian kecil
masyarakat. Sebagian besar rakyat belum memperoleh perlindungan yang memadai. Di samping itu, pelaksanaan berbagai program jaminan sosial tersebut
belum mampu memberikan perlindungan yang adil dan memadai kepada para
Universitas Sumatera Utara
peserta sesuai dengan manfaat program yang menjadi hak peserta. Sehubungan dengan hal di atas, dipandang perlu menyusun Sistem Jaminan Sosial Nasional
yang mampu mensinkronisasikan penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara agar dapat menjangkau
kepesertaan yang lebih luas serta memberikan manfaat yang lebih besar bagi setiap peserta.
Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, maka dibentuk 2 dua BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan
program jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan
jaminan kematian, sehingga akan terjadi transformasi kelembagaan PT Askes Persero, PT Jamsostek Persero, PT TASPEN Persero, dan PT ASABRI
Persero menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan
liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban. Dengan terbentuknya kedua BPJS tersebut jangkauan kepesertaan program jaminan sosial akan diperluas secara
bertahap
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN