d. Menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jaminan Sosial
sebagai bagian dari laporan BPJS kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Kesehatan memang baru saja bergulir awal 2014. Badan ini merupakan sebuah transformasi dari PT Askes
Persero yang diamanatkan sesuai amanat Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-undang Nomor 24 tahun
2011 tentang BPJS.
C. Kedudukan Hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Dalam Jaminan Sosial Nasional
Jaminan kesehatan yang mendapat prioritas untuk diselenggarakan untuk seluruh penduduk sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang tentang SJSN
guna memenuhi hak konstitusional rakyat Indonesia untuk “memperoleh pelayanan kesehatan” dan “jaminan sosial yang memugkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”, “belum berjalan sebagaimana yang diharapkan”.
40
Akibatnya tentu, tanggung jawab Negara untuk mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 34 ayat 2 UUD 1945, semakin jauh dari harapan. Padahal apabila
para petinggi di Republik ini secara serius, terarah dan terencana menangani berbagai perangkat yang diperlukan untuk implementasi undang-undang tentang
40
Sekretariat PSMJAKI, Kerangka Acuan Diskusi Terbuka, hlm 1
Universitas Sumatera Utara
SJSN, waktu 5 tahun dalam ketentuan peralihan Undng-undang Tentang SJSN, untuk meyesuaikan semua ketentuan yang mengatur mengenai Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial yang ada sekarang ini adalah cukup. Namun sayang, waktu yang tersedia tidak dimanfaatkan secara efekif dan
efisien untuk mensinkronisasikan penyelenggaraan program jaminan sosial yang dilaksanakan selama ini dengan jiwa dan semangat Undang-Undang SJSN.
41
Para penentu kebijakan malah terjebak dalam polemik yang berkepanjangan tanpa arah
penyelesaian yang jelas. Selain itu “syndrome last minute” telah menghinggapi mereka, sehingga pada saat-saat terakhir mencoba menyelesaikan “pekerjaan
rumah”yang sebetulnya jauh-jauh hari bisa dikerjakan dengan cermat, penuh pertimbangan untuk kepentingan bersama dan dengan agenda kerja yang
terencana dengan baik.
42
Tugas pokok BPJS sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang SJSN adalah:
Sebelum membicarakan kedudukan BPJS dalam SJSN, terlebih dahulu perlu diketahui apa yang dimaksud dengan BPJS, tugas dan kewajibannya
sebagiamnan diatur dalam Undang-Undang tentang SJSN. Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-undang tentang SJSN yang dimaksud dengan BPJS adalah : Badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Kemudian dalam Pasal 5 ditentukan bahwa BPJS harus dibentuk dengan Undang-
undang. Dari kedua ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa BPJS adalah Badan Hukum yang bersifat khusus
41
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, Pasal 52 ayat 2
42
Ibid
Universitas Sumatera Utara
1. Mengelola dana jaminan sosial untuk pembayaran manfaat kepada peserta
dan pembiayaan operasional penyelenggaraan jaminan.
43
2. Menerima pendaftaran pemberi kerja dan pekerjanya sebagai peserta
program jaminan sosial, yang dilakukan secara bertahap oleh pemberi kerja.
44
3. Menerima pendaftaran penerima bantuan iuran sebagai peserta yang
dilakukan secara bertahap oleh Pemerintah
45
4. Menerima pembayaran iuran secara berkala dari pemberi kerja dan
Pemerintah.
.
46
5. Mengelola pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
47
Kewajiban BPJS sebagaimana diatur dalam Undang-undang SJSN adalah: 1.
Memberikan nomor identitas tunggal kepada setiap peserta dan anggota keluarganya.
48
2. Memberikan informasi tentang hak dan kewajiban kepada peserta untuk
mengikuti ketentuan yang berlaku.
49
3. Mengelola dan mengembangkan dana jaminan sosial secara optimal
dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai.
50
43
Udang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, Op.Cit, Pasal 1 angka 7
44
Ibid, Pasal 13 ayat 1
45
Ibid, Pasal 14 ayat 1
46
Ibid, Pasal 14 ayat 2 dan 4
47
Ibid, Pasal 49 ayat 1
48
Ibid, Pasal 15 ayat 1
49
Ibid, Pasal 15 ayat 2
50
Ibid, Pasal 47 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
4. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktek aktuaria yang
lazim dan berlaku umum.
51
Kedudukan BPJS dalam implementasi Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN, terlebih dahulu perlu dikemukakan pengertian SJSN. Pasal 1
angka 2 Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 menentukan yang dimaksud dengan SJSN adalah “suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial
oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial”. Pengertian SJSN seperti
tersebut diatas menitikberatkan pada metode atau tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial, tidak menekankan pada suatu keseluruhan atau satu unsur
yang saling bergantung untuk mewujudkan tujuan
52
Secara etimologi pengertian sistem selain sebagai metode, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah “perangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas”. Pengertian yang senada mengenai sistem atau sistem yang merupakan kata benda dalam bahasa Inggris, dapat
ditemukan dalam Oxford English Refrence Dictionary, sebagai berikut: “Sistem 1a. a complex whole; set of connected things or parts”.
53
Secara teoritis, pengertian sistem menurut Tatang M. Amirin dapat digolongkan pada dua golongan pemakaian saja, yaitu yang menunjuk pada
sesuatu “entitas”, sesuatu wujud benda abstrak maupun konkrit, termasuk juga
51
Ibid, Pasal 20
52
Ibid
53
Balai Pustaka, Departemen pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta, 2005, hlm 107
Universitas Sumatera Utara
yang konseptual dan sebagai suatu metode atau ata cara”. Sistem dalam arti wujud entitas bersifat preskriptif.
54
Kedudukan BPJS dalam implementasi Undang-Undang SJSN yaitu sebagai salah satu bagian atau unsur atau sub sistem SJSN. BPJS merupakan sub
sistem SJSN yang tugas pokoknya adalah menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS menyelenggarakan fungsi :
55
a. Memungut dan menghimpun iuran menjadi Dana Jaminan Sosial
b.
Mengelola dan mengembangkan Dana Jaminan Sosial
c. Melakukan pembayaran manfaat program jaminan sosial kepada peserta.
Kedudukan BPJS dalam implementasi Undnag-Undang SJSN sangat penting, karena dari kinerja BPJS, baik buruknya penyelenggaraan
program jaminan sosial secara nyata dirasakan oleh para peserta. BPJS merupakan motor penggerak penyelenggaraan program jaminan sosial,
berdasarkan prinsip-prinsip yang ditentukan dalam Undang-Undang SJSN.
Pilar kelembagaan SJSN lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah : Pemerintah dengan fungsi pokok sebagai regulator, DJSN dengan fungsi sebagai
penentu kebijakan umum penyelenggaraan SJSN, dan Pemberi Kerja sebagai pengumpul iuran dari pekerjanya dan menambah iuran sesuai ketentuan yang
berlaku untuk dibayarkan kepada BPJS.
56
54
Tatang M. Amirin, Kumpulan Pertauran Pemerintah Mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jakarta, Graha Kencana, 2004, hlm 39
55
Ibid
56
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Dalam pertimbangannya Mahkamah Konstitusi antara lain menyatakan sebagai berikut:”terdapat rumusan yang saling bertentangan serta berpeluang
menimbulkan ketidakpastian reehtsonzekherheid karena pada ayat 1 dinyatakan bahwa BPJS harus dibentuk dengan Undang-undang, sementara pada
ayat 3 dikatakan bahwa Persero Jamsostek, Persero Taspen, Persero ASABRI, dan Persero ASKES adalah BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat 1, padahal
tidak semua badan-badan tesebut dibentuk dengan Undang-undang”. Selanjutnya dikemukakan : “Mahkamah berpendapat bahwa ketentuan Pasal 52 UU SJSN
justru dibutuhkan untuk mengisi kekosongan reehtsvacuum dan menjamin kepastian rechtszekerheid karena belum adanya badan penyelenggara jaminan
sosial yang memenuhi persyaratan agar UU SJSN dapat dilasanakan” Dalam hal tertampung dalam pasal 52 ayat 1 Undang-Undang tentang
SJSN yang pada intinya menentukan bawa ke 4 Persero tersebut “tetap berlaku sepanjang belum disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini” kemudian
dalam Pasal 52 ayat 2 ditentukan : “Semua ketentuan yang mengatur mengenai BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disesuaikan dengan Undang-undang
ini paling lambat 5 lima tahun sejak Undang-undang ini diundangkan”. BPJS mengelola dana amanat dan bersifat nirlaba. Tujuan utamanya adalah untuk
memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana amanat, hasil pengembangannya dan surplus anggaran akan
diamnfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Sebagai badan penyelenggara yang bersifat nirlaba BPJS berorientasi pada aktivitas pelayanan
kepada pesertastakeholders, sebagai dasar untuk perlakuan akuntansinya.
Universitas Sumatera Utara
Filosofi Persero sebagai badan usaha adalah mengejar keuntungan dan berorientasi kepada pemegang saham sebagai pemilik perusahaan
57
Bentuk badan hukum BPJS tidak secara tegas ditentukan dalam Undang- Undang No. 40 Tahun 2004. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 hanya
menentukan BPJS mengelola dana amanat dan bersifat nirlaba. BPJS tidak mengelola dana pemegang saham. BPJS mengelola dana amanat yang terkumpul
dari iuran peserta dan merupakan titipan kepada BPJS untuk dikelola sebaik- baiknya untuk kesejahteraan peserta. Oleh karena itu badan hukum BPJS adalah
badan hukum khusus yang ditetapkan dalam Undang-Undang BPJS atau badan hukum Trust fund.
58
Masing-masing BPJS yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang BPJS masih menyelenggarkan program jaminan sosial seperti apa yang diselenggarakan
oleh Persero Jamsostek, Taspen, ASABRI dan Persero ASKES dengan pertimbangan praktis, efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan program jaminan
sosial. Peneyesuaian spesifikasi masing-masing program yang diselenggarakan oleh masing- masing BPJS secara efektif akan terlaksana apabila peraturan
Undang-Undang No. 40 tahin 2004 yang berkaitan dengan masing-masing program jaminan sosial sudah ditetapkan.
59
BPJS sebagai badan hukum pengelola dana amanat yang bersifat nirlaba, bukan merupakan pesekutuan modal, karena iu dalam BPJS tidak ada pemegang
saham. Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tidak menentukan struktur organisasi
57
http:kebijakansosial.wordpress.com20100209jaminan-sosial-merupakan-tanggung- jawab-kita-semua diakses 1 Mei 201 4
58
Sony Yuwono, Petunjuk Praktis Penyusunan UU BPJS Organisasi Yang Berfokus Pada strategi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003 hlm 58.
59
Ibid
Universitas Sumatera Utara
BPJS. Karena itu dalam UU BPJS, struktur BPJS disesuaikan dengan kedudukan BPJS sebagai badan hukum pengelola dana amanat yang bersifat nirlaba. Struktur
organisasi BPJS terdiri dari rapat TahunanAkhir Masa Jabatan, Direksi dan Dewan Pengawas. Dalam UU BPJS perlu diatur secara jelas pembagian tugas,
kewenangan dan tanggung jawab dari masing-masing organ yang membenuk struktur BPJS dan mekanisme kerja dan interaksi aktual diantara organ-organ
tersebut
60
Fungsinya adalah merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN dan berwenang melakukan monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan program jaminan sosial. Selain itu DJSN bertugas : Salah satu institusi yang penting dalam penyelenggaraan SJSN menurut
Undang-Undang No. 40 tahun 2004 adalah Dewan Jaminan Sosial Nasional DJSN. DJSN bertanggung jawab kepada Presiden.
61
1. Melakukan kajian dan penelitian yang berkaitan dengan penyelenggaraan
jaminan sosial 2.
Mengusulkan kebijakan investasi Dana Jaminan Sosial,dan 3.
Mengusulkan anggaran jaminan sosial bagi penerima bantuan iuran dan tersedianya anggaran operasional kepada Pemerintah.
Hubungan kerja dan mekanisme interaksi antara DJSN dengan BPJS perlu diatur secara jelas dalam Undang-Undang BPJS. Peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang Persero di bidang jaminan sosial mengatur hubungan
60
Ibid
61
Purwoko, Bambang, Membangun sistem jaminan sosial yang insklusif”, Makalah disampaikan dalam acara kuliah umum pada Program Studi MKM FKMUI, Kampus Depok UI,
pada tanggal 29 Oktober 2009,
Universitas Sumatera Utara
DJSN dengan Persero, karena DJSN memang merupakan instansi baru yang ditentukan dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2004.
BPJS sebagaimana dikehendaki oleh Undang-Undang tentang SJSN tampaknya belum akan menjadi kenyataan sampai dengan berakhirnya masa
peralihan yang ditentukan dalam Pasal 52 ayat 2 Undang-Undang tentang SJSN. Apabila asumsi tersebut benar maka pembentuk Undang-undang dianggap tidak
mampu melaksanakan perintah Pasal 52 ayat 2 Undang-Undang tentang SJSN. Selain itu Jamsostek yang diberi hak untuk bertindak sebagai Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial guna mengisi kekosongan hukum, karena belum adanya badan penyelenggara jaminan sosial yang memenuhi persyaratan agar
Undang-Undang SJSN dapat dilaksanakan, statusnya semakin mengembang. Kondisi seperti ini tentu tidak bisa di biarkan berkepanjangan.
Sumbangan pemikiran yang jernih dari para pakar dan stake holder termasuk dari Diskusi Terbuka sekarang ini agar dijadikan bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan, sehingga Undang-Undang tentang BPJS yang dihasilkan nanti benar-benar aspiratif, taat asas dan responsif dalam memenuhi
hak setiap orang atas jaminan sosial dan memenuhi tanggung jawab negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat, sebagaimana
diamanatkan dalam UUD 1945.
62
62
Ibid
Universitas Sumatera Utara
D. PT. ASKES sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan