6. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu,
misalnya tidak bisa membaca, menulis, berhitung, berbahasa inggris menjadi bisa semuanya, dari tidak mengetahui keadaan di bulan jadi
mengetahui dan sebagainya. Ilmu pengetahuan terus berkembang tanpa mengenal batas. Karena itu setiap orang, besar, kecil, tua-muda,
diharuskan untuk belajar terus agar dapat mengikuti perkembangan teknologi yang semakin maju dan canggih.
Jadi pengertian belajar menurut para ahli psikologi, khusunya ahli psikologi pendidikan, yaitu ciri-ciri suatu perubahan perilaku berupa: 1
perubahan yang terjadi secara sadar, 2 perubahan dalam belajar bersifar kontinyu dan fungsional, 3 perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, 4
peribahan dalam belajar bukan bersifar sementara, 5 perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan 6 perubahan mencakup seluruh aspek perilaku.
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasi belajar tersebut menurut Slameto dan Suryabrata Hadis, 2006:63 dibagi atas dua faktor utama,
yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik dan faktor yang bersumber dari luar peserta didik. Faktor yang bersumber dari diri individu
tersebut faktor intern dan yang bersumber dari luar diri individu disebut faktor ekstern. Yang termasuk ke dalam faktor internal, misalnya faktor jasmaniah,
faktor kelelahan dan faktor psikologis. Yang termasuk ke dalam faktor jasmaniah, misalnya faktor kesehatan dan cacat tubuh. Sedangkan yang termasuk faktor
Universitas Sumatera Utara
psikologis, misalnya faktor intelegensi, minat, perhatian, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan.
Menurut Smith dalam Khodijah, 2014:58, ada tiga faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu: 1 aktivitas individu pada saat berinteraksi
dengan lingkungan; 2 faktor fisiologis individu; dan 3 faktor lingkungan yang terdiri dari semua perubahan yang terjadi di sekitar individu tersebut. Masrun dan
Martaniah berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar di antranya adalah: 1 kemampuan bawaan anak; 2 kondisi fisik dan fsikis anak;
3 kemauan belajar anak; 4 sikap murid terhadap guru dan mata pelajaran serta pengertian mereka mengenai kemajuan mereka sendiri; dan 5 bimbingan.
Secara garis besar, Suryabrata menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar, yang meliputi: a
faktor-faktor fisiologis, dan b faktor-faktor psikologis. 2.
Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pembelajar, yang meliputi: a faktor-faktor sosial, dan b faktor-faktor non sosial.
Menurut Hemawati 2014: 199-205, faktor yang mempengaruhi belajar setidaknya dibagi dalam tiga bagian, yaitu: faktor internal yang terdiri dari faktor
fisiologis dan psikologis intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi; faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan sosial kondisi rumah dan non sosial; dan
faktor pendekatan belajar yang efektif, efisien pendekatan tinggipsekulatif dan achieving
, pendekatan sedanganalitical dan deep, pendekatan rendahreproduktif dan surface.
Universitas Sumatera Utara
Secara jelas, faktor yang mempengaruhi belajar menurut Hemawati dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah kondisi umum jasmani yang menandakan tingkat kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan yang
baik dapat mempengaruhi semangat dan intensitas seseorang dalam mengikuti proses pembelajaran. Kondisi organ tubuh seseorang yang
lemah dapat menurunkan kualitas kecerdasan atau intelegensinya sehingga penguasaan materi yang dipelajarinya kurang bahkan
mungkin tidak optimal. Kondisi organ-organ khusus seseorang pun, seperti indra
penglihatan dan indra pendengaran sangat memengaruhi kemampuan orang tersebut dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Anak atau
peserta didik yang memiliki keterbatasan atau kekurangan dalam kesehatan kondisi fisik terutama dalam hal penglihatan dan
pendengaran, tentu saja harus mendapat perlakuan yang lebih intesitas dan pendidik hendaknya memiliki kesabaran yang lebih. Pemahaman
yang komprehensif terhadap faktor fisik anak akan membantu pendidik mengembangkan anak sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Peserta didik yang mengalami gangguan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan akan tidak dapat belajar dengan maksimal dan optimal. Sebagai contoh, peserta didik yang sedang menjalani ujian dalam
kondisi tidak sehat akan berbeda kondisi belajarnya dan hasil belajarnya dengan peserta didik yang menjalani ujian dalam kondisi
kesehatan yang prima. b.
Faktor Psikologis 1
Intelegensi Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang
bersifat umum yang dapat digunakan untuk membuat atau mengadakan analisis, memecahkan masalah, menyesuaikan diri,
dan menarik kesimpulan, serta merupakan kemampuan berpikir seseorang. Orang yang memmiliki inteligensi tinggi akan cedpat
dan menyesuaikan diri, bertindak atau bereaksi terhadap suatu stimulus.
Sebaliknya jika intelegensi seseorang rendah, orang tersebut tidak akan cepat dalam menganalisis, memecahkan
masalah, mengambil keseimpulan, kesulitan dalam menyesuaikan diri, bertindak atau bereaksi terhaap suatu stimulus. Tentu saja
cepat atau lambatnya intelensi atau daya pikir seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajarnya. Untuk mengetahui
seseorang cepat atau lambat dalam intelegensi dapat diukur dengan alat-alat tes intelegensi.
Universitas Sumatera Utara
Seseorang yang memiliki inteligensi baik IQ-nya tinggi umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik.
Sebaliknya orang yang inteligensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga
prestasi belajarnya pun rendah. Dengan demikian, sangatlah bijak jika para pendidik dapat mendeteksi kelebihan apakah yang
dimiliki anak atau peserta didik sehingga dalam proses pembelajaran pendidik dapat benar-benar membantu anak atau
peserta didik tersebut agar berkembang seluruh potensi yang dimilikinya.
2 Sikap
Sikap secara etimologi dalam bahasa Inggris disebut attitude
, memiliki pengertian perilaku. Secara terminologi sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecendrungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik
secara positif maupun negatif. Sikap anak atau peserta didik yang menyukai pelajaran tentu akan berdampak positif terhadap
peningkatan kemampuannya. Sebaliknya sikap tidak menyukai suatu pelajaran akan berdampak negatif yaitu berupa kurang
optimalnya atau minimnya kemampuan anak atau peserta didik dalam pelajaran tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3 Bakat
Secara umum bakat memiliki pengertian sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang Chaplin, 1972; Reber, 1988. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa setiap
anak memiliki potensi atau kemampuan yang mungkin tidak dimiliki oleh anak yang lainnya. Oleh karena itu, setiap pendidik
harus cermat melihat potensi atau bakat apa yang dimiliki sehingga bakat itu dapat dikembangkan secara optimal.
Pengembangan bakat secara optimal tentu akan menjadi aset atau kunci bagi keberhasilan anak di masa mendatang karena ia dapat
menggunakan kemampuan atau bakatnya untuk dapat bertahan dalam kehidupannya survive. Dengan kata lain, bakat dapat
dijadikan sebagai modal untuk penghidupan. 4
Minat Memiliki arti ketertarikan atau kecenderungan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor internal seperti pemusatan
perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan. Sampai saat ini, dalam proses pembelajaran minat dapat memengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar anak atau peserta didik dalam bidang studi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau
memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan
prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.
5 Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi juga dapat dikatakan
sebagai pemasok gaya untuk bertingkah laku secara terarah Gleitman, 1986; Reber, 1988. Motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal
dari dalam diri anak yang dapat mendorongnya melakukan suatu tindakan. Salah satu bentuknya bagi pelajar yaitu menyenangi
untuk mempelajari suatu materi kebutuhan untuk belajar. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
diri anak yang mendorong untuk melakukan suatu kegiatan. Salah satunya yaitu pendidik yang mendorong anak untuk selalu rajin
belajar. Selain itu, pujian, hadiah, tata tertib, hukuman juga termasuk dalam contoh motivasi ekstrinsik.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Sosial
1 Keluarga
Keluarga yang pada umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan saudara merupakan tempat pembelajaran yang pertama dan utama
bagi anak. Dari orang tua ayah dan ibu anak belajar tentang nilai-nilai keyakinan, etika norma-norma ataupun keterampilan
hidup. Dengan saudara anak dapat belajar berbagi, bertenggang rasa, saling menghormati, dan menghargai.
Dalam keluarga anak dapat belajar berbagai macam hal, seperti ilmu pengetahuan. Gotong royong, nilai-nilai kehidupan,
keterampilan dan masih banyak lagi. Untuk itu, orang tua hendaknya memiliki ilmu pengetahuan yang cukup sehingga anak
dapat dibimbing dalam keluarga baik dari segi jasmani, rohani, maupun wawasan pengetahuannya akal. Selanjutnya, orang tua
yang memberikan teladan dan arahan yang baik akan berdampak positif terhadap perkembangan kepribadian anak. Kelalaian orang
tua dalam membentuk anak menjadi manusia seutuhnya akan berdampak buruk pada diri anak itu sendiri.
2 Sekolah
Hasibuan Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru,
metode pengajarannya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitasperlengkapan di sekolah, keadaan ruangan,
Universitas Sumatera Utara
jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar
anak. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib disiplin, maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah para
guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah maupun di rumah.
Dalam lingkungan sekolah anak akan sering berinteraksi dengan guru-guru dan teman-temannya. Dari merekalah anak
belajar banyak hal. Jika anak berinteraksi dengan para guru dan teman-teman yang baik, maka anak akan belajar banyak hal yang
positif. Namun jika lingkungan di sekolah tidak memberikan dampak belajar yang positif, anak akan memiliki perilaku yang
cenderung menyimpang. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah. Demikian pula jika jumlah murid per kelas
terlalu banyak 50-60 orang, dapat mengakibatkan kelas kurang tenang, hubungan guru denga murid kurang akrab, kontrol guru
menjadi lemah, murid menjadi kurang acuh terhadap gurunya, sehingga motivasi belajar menjadi lemah.
3 Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi
kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan, dal lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar
seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis,
Universitas Sumatera Utara
buku bacaan, dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak
terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa kurang
percaya diri dengan teman lainnya, hal ini pasti akan mengganggu belajar anak. Bahkan mungkin anak harus bekerja mencari nafkah
untuk membantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, hal itu juga akan mengganggu belajar
anak. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita
akibat ekonomi keluarga yang lemah justru menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya menjadi sukses.
4 Lingkungan Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri dari
orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, tentu akan mendorong anak
unntuk mengikuti dan menjadikan anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang
nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak
menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.
Universitas Sumatera Utara
b. Lingkungan Non-sosial
1 Lingkungan T empat TinggalBelajar
Lingkungan tempat tinggal seperti tempat tinggal keluarga rumah, dan tempat belajar di sekolah ruang kelas, sekolah
berpengaruh pada proses belajar anak. Kondisi rumah yang nyama ruang yang luas, bersih, ventilasi cukup berpengaruh
pada belajar anak. Sedangkan rumah dengan ruangan yang sempit, kotor, gelap akan membuat anak kurang optimal dalam
belajar. Begitu juga dengan ruang sekolah yang sudah hampir roboh misalnya, kondisi tersebut akan membuat anak khawatir
ketika berada di ruang kelas. Kekhawatiran anak pada saat belajar tentu akan berdampak pada kurang optimalnya pencapaian
kualitas belajar. 2
Alat-Alat Belajar Alat-alat belajar merupakan instrumen-instrumen yang
dapat membantu mengoptimalkan proses belajar anak. Anak yang dilengkapi dengan alat-alat belajar yang cukup dibandingkan
dengan anak-anak yang tidak atau kurang dilengkapi alat-alat belajar yang cukup, hasilnya tentu akan berbeda. Terlebih proses
pembelajaran yang perlu diiringi dengan praktik, ketiadaan alat- alat belajr itu akan menghambat anak menjadi tidak terampil.
3 Keadaan Cuaca Alam
Cuaca yang cerah dan bersahabat tentu akan menambah anak semangat untuk belajar. Kondisi cuaca pada saat turun hujan
Universitas Sumatera Utara
besar di pagi hari, adanya badai, banjir, atau terjadinya musibah gunung meletus tentu akan menghambat anak untuk melakukan
aktivitas belajarnya. Meskipun tekat kuat seseorang untuk belajar dapat menghalau keadaan apapun, tetapi jika kondisi cuaca dan
mengganti waktu belajar yang hilang di waktu yang lain. 4
Waktu Ada waktu-waktu yang tepat untuk anak dapat belajar
maksimal. Mungkin semua waktu dapat dijadikan momen-momen untuk belajar. Namun ada waktu-waktu yang paling tepat
sehingga hasil belajar akan optimal. Pemilihan waktu belajar dapat dipertimbangkan sesuai dengan faktor psikologi. Misalnya,
waktu yang tepat untuk belajar anak adalah pada pagi hari karena kondisi fisik dan pikiran anak masih segar dan bersih.
Selanjutnya, sore hari pada saat anak telah istirahat dari rutinitas sekolah juga dapat dijadikan sebagai waktu belajar yang tepat.
Ada juga yang merasa waktu yang tepat untuk belajar selain waktu belajar di sekolah adalah pada waktu malam atau dini hari
karena pada waktu-waktu tersebut suasana tidak terlalu ramai hening. Setiap anak tentu akan memiliki perbedaan kebiasaan
mengenai waktu yang tepat untuk belajar. 3.
Faktor Pendekatan Dalam Belajar Pendekatan dalam belajar merupakan keefektifan segala cara atau
bagian dari strategi yang digunakan dalam menunjang efektivitas dan
Universitas Sumatera Utara
efisiensi dalam proses pembelajaran. Faktor pendekatan dalam belajar hendaknya diperhatikan oleh para pendidik dan peserta didik itu sendiri.
Faktor pendekatan belajar juga diyakini sebagai salah satu cara yang berpengaruh terhadap taraf keberhasilan belajar atau prestasi, baik yang
dicapai oleh pendidik maupun peserta didik itu sendiri. Pendekatan dalam belajar yang dicontohkan oleh para pendidik
terdahulu yaitu mendahulukan pelajaran dasar sebelum masuk pada materi yang lebih berat. Pendekatan belajar lain yang juga dapat berpengaruh
terhadap keberhasilan belajar peserta didik yaitu semakin sering belajar semakin bisa sehingga strategi 5x3 lebih baik dari 3x5. Artinya: lima kali
belajar satu kali belajar selama tiga jam dalam satu minggu lebih baik darpada tiga kali belajar satu kali belajar selama lima jam dalam satu
minggu. Seringnya waktu belajar meskipun tidak terlalu lama akan lebih baik daripada anak belajar satu kali meskipun waktunya lama. Seringnya
anak bertemu dengan suatu materi akan membuat memorinya kembali terpanggil sehingga ingatan anak akan kuat pada materi tersebut.
Sedangkan anak yang hanya satu kali mempelajari suatu materi kemudian jarang atau tidak pernah diulang lagi tentu tidak akan berbekas lama dalam
memorinya. Inilah yang membuat anak lupa akan materi tersebut.
2.3.3 Prinsip-Prinsip Dalam Belajar