Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan

(1)

SOSIAL EKONOMI KELUARGA

DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SMK TELKOM SANDHY PUTRA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

OLEH: PONIMAN

110902070

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Poniman

Nim : 110902070

Judul : Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya dengan Prestasi

Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan

Medan, Juli 2015

PEMBIMBING

(Dra. Tuti Atika, M.S.P) NIP.19630117 198803 2 001

KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

(Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P) NIP. 19710927199801 2 001

DEKAN

FAKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Prof Dr. BADARUDIN, M.Si NIP. 19680525 199203 1 002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Poniman

Nim : 110902070

ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 127 halaman, 34 kepustakaan, 6 tabel, serta lampiran)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu

Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Sosial Ekonomi Keluarga dan

Hubungannya dengan Prestasi Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan”.

Dalam belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, salah satunya adalah latar belakang sosial ekonomi orang keluarga anak. Semakin tinggi latar belakang sosial ekonomi keluarga anak, semakin tinggi pula prestasi belajar yang dicapai. Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) Untuk mengetahui prestasi belajar anak (siswa) di SMK Telkom Sandhy Putra Medan. (2) untuk mendeskripsikan dan menganalisis latar belakang sosial ekonomi keluarga anak (siswa) di SMK Telkom Sandhy Putra Medan. (3) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hubungan yang terjadi diantara sosial ekonomi keluarga dan hasil prestasi belajar anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan. Analisis dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan, menganalisis, dan menafsirkan data dari informan penelitian, yaitu Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga dan Prestasi Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan.. Informan dalam penelitian ini adalah 6 orang siswa kelas XI SMK Telkom Sandhy Putra Medan yang dipilih berdasarkan prestasi disekolah baik dari nilai akademik (raport) maupun hasil olimpiade yang pernah diikuti oleh siswa tersebut. Maka ditentukan yaitu siswa-siswi yang berstatus juara umum dari masing-masing jurusan.

Hasil penelitian ini adalah: (1) Latar belakang sosial ekonomi keluarga anak (siswa) SMK Telkom Sandhy Putra Medan sebagian besar tergolong dalam kategori menengah keatas. (2) Prestasi belajar siswa SMK Telkom Sandhy Putra Medan tergolong dalam kategori tinggi. (3) terdapat hubungan yang signifikan antara latar belakang sosial ekonomi keluarga dengan prestasi belajar anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan.


(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name: Poniman

Nim: 110902070

ABSTRACT

(This thesis consists of 6 chapters, 127 pages, 34 libraries, 6 tables, and attachment)

This thesis put forward in order to qualify a bachelor's degree of Social Welfare, with the title " The Socioeconomic of Families and The Relation to the Child Study Achievement in Vocational High School of Telkom Sandhy Putra Medan".

In learning a lot of factors that affect student achievement, one of which is socio-economic background the child's family. The higher the socio-economic background of the child, the higher the achievement of learning achieved. The purpose of this study are: (1) To determine the learning achievement of children (students) at SMK Telkom Medan Putra Sandhy. (2) to describe and analyze the socio-economic background of children (students) at SMK Telkom Medan Putra Sandhy. (3) To describe and analyze the relationship between the family and the socio-economic results of learning achievement of children in SMK Telkom Medan Putra Sandhy.

Analysis of the research used in this research is descriptive qualitative data analysis. Descriptive analysis is used to describe, analyze, and interpret data from research informants, the Socio-Economic Background Family and Children's Achievement in SMK Telkom Medan Putra Sandhy .. informants in this study were 6 class XI student of SMK Telkom Medan Putra selected Sandhy better school achievement based on academic grades (report cards) as well as the results of the Olympics have been followed by the student. Then determined that students with the status of the overall winner of each department.

Results of this study are: (1) socio-economic background of children (students) SMK Telkom Medan Putra Sandhy mostly belonging to the middle and upper categories. (2) Student achievement SMK Telkom Medan Putra Sandhy classified in the high category. (3) there is a significant relationship between socio-economic background and academic achievement of children in SMK Telkom Medan Putra Sandhy.


(5)

KATA PENGANTAR

Bissmillahhirrahmanirrahim...

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rakhmat dan anugerah-Nya penulis mendapat kesempatan untuk menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU dan atas pertolongan-Nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai jadwal. Serta Shalawat dan salam ke pangkuan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke jalan yang benar. Adapun judul skripsi ini adalah “Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan”. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Skripsi ini saya persembahkan terkhusus untuk kedua orang tua yang sangat saya cintai. Yaitu Ayahanda Sapon dan Ibunda Tukini, serta Keluarga Besar H. Endang Supriyanto, BBA yang telah menjadi semangat untuk saya dan


(6)

memberikan dukungan berupa motivasi dan materi, serta keluarga yang telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus penulis menghanturkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Tuti Atika, M.S.P, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, serta telah bersedia mendidik dan membagi ilmunya kepada saya.

4. Seluruh Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang telah memberikan ilmu kepada penulis baik dalam perkuliahan dan kehidupan sehari-hari.

5. Seluruh staff pendidikan dan administrasi FISIP USU terkhusus buat Bu Zuraidah dan Kak Debby.

6. Seluruh jajaran SMK Telkom Sandhy Putra Medan, Bpk. Ir. Januar

selaku Kepala Sekolah, Bpk. M. Yusuf, S.Kom selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan yang sangat membantu saya selama proses penelitian, dan seluruh Wakil Kepala Sekolah SMK Telkom Sandhy Putra Medan lainnya. Tak lupa saya ucapkan


(7)

terima kasih juga kepada seluruh guru SMK Telkom Sandhy Putra Medan karena telah membimbing saya sejak berstatus sebagai siswa di sekolah tersebut hingga saya menjadi sarjana.

7. Para informan yang sudah bersedia meluangkan waktunya

melakukan wawancara dalam penelitian skripsi untuk penulis. Kepada Madnur Syahri Hasibuan, Amalia Tamarizka Sihombing, Gracia Cristanty D. Situmorang, Sarah Bianca Pradini, Ribka Elisabeth Sihotang, dan Eka Arapenta Ginting.

8. Sahabat saya sejak masa SMK dulu hingga sekarang yang selalu setia berteman dengan saya. Terkhusus Agus Syahputra, M. Syafrin Hamdani Nasution, dan Ridwansyah. Juga sahabat baru yang tak kalah setianya kepada saya Satria Oktavia dan Dicky Ramadhan. Semoga kalian cepat nyusul ya broo..!

9. Terima kasih buat sahabat yang tidak akan tergantikan

PASKOMDA (Paskibra SMK Telkom Medan) mulai dari Angkatan I hingga Angkatan IX. Dari Paskomdalah saya mengetahui seluruh isi Kota Medan, terima kasih atas pengalaman yang telah diberikan, dan yang pasti Paskomda yang terus memberikan support kepada saya untuk bersemangat mengerjakan skripsi ini.

10.Terkhusus saya ucapkan terima kasih kepada adik-adik junior saya

di Paskomda M. Wira Yudha Tama, Rizky Caturiantono C, M.Rifky Adrian, Luthfi Haikal, Alwi Arfizein, M. Suwanda, dan semuanya pokoknya I Love You.


(8)

11.Terima kasih buat sahabat IPM (Ikatan Paskibra Medan) yang terus setia membuat gebrakan baru untuk kepaskibraan di Kota Medan.

12.Buat teman TERDEKAT dan TERBAIK selama perkuliahan di

KesSos Alm. Nur Ajie, Diella Almira Nasution, Dina Rahmiana, Siti Mahyardani Nst, Dina Rizky Triyanti, Adistilia Pradita, Adelina Puspita Devi, M. Iqbal, Ecko Syahputra, Teuku M. Haikal Chalik, Amar Yusuf Nasution, dan Fajar Hasibuan yang setia setiap saat untuk menghibur penulis dalam cara apapun.

13.Buat teman seperjuangan sesama stambuk 2011 di KesSos Neysa

Rasenta Munthe, Stephanie Dwiyanti Siahaan, Mesya Ayu Ningsih, Dadan Nasution, Cindy Charina Sembiring, Herianna Bangun, Anugerah Mubarak Dalimunthe, Halim, Pipin Kesuma Wardanie, Chairi Firnanda, Elvana Togatorop, Muhammad Fikri, Noni Gulo, Ria Sapta, Tika Juntak, William Sonalawa, Gabriel Manalu, Reno Pumadiansyah, Indra Fauji Hasibuan, Erlia Puji Astuti, dan teman-teman KesSos lainnya yang tidak tersebutkan

namanya, terimakasih atas waktu kebersamaannya dan

memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Viva KesSos~

14.Buat teman-teman di SMK Telkom Medan dulu, terkhusus alumni

TKJ 1 Angkatan XVII terima kasih tetap saling mendukung walaupun kita sudah saling berjauhan keberadaanya.

15.Buat teman-teman di SMPN 1 Bagan Sinembah, terkhusus buat sahabat tercinta Bongsu Simanjuntak, Mayla Khairiyah, Yusnila


(9)

Halawa, Aditya Jesica, dan lainnya semoga kita bisa jumpa kembali..amin.

16.Buat teman-teman di SDN 004 Bukit Datuk, terkhusus Agus

Susanto, Aisyah, Arsi Susanti, Fitriyanti, Sri, Saenah, dan lainnya semoga kita bisa reunian lagi ya di kampung kita tercinta.

17.Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak dan sukses buat kita semua. Amin ya Allah.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya agar kedepan penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih.

Medan, Juli 2015


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 ... Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 ... Peru musan Masalah ... 9

1.3 ... Tujua n dan Manfaat Penelitian... 10

1.3.1 ... Tujua n Penelitian ... 10

1.3.2 ... Manf aat Penelitian... 10

1.4 ... Siste matika Penulisan ... 11


(11)

2.1 ... Kons

ep Sosial Ekonomi ... 12 2.1.1 ... Peng

ertian Sosial Ekonomi ... 12 2.1.2 ... Fakto

r Penentu Sosial Ekonomi ... 14 2.1.3 ... Fakto

r Penghambat Sosial Ekonom ... 21 2.2 ... Kons

ep Keluarga ... 22 2.2.1 ... Peng

ertian Keluarga ... 22 2.2.2 ...

Ciri-Ciri Keluarga ... 25 2.2.3 ... Fung

si Keluarga ... 26 2.3 ... Kons

ep Belajar ... 30 2.3.1 ... Peng

ertian Belajar... 30 2.3.2 ... Fakto

r-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Belajar ... 34 2.3.3 ... Prinsi


(12)

2.3.4 ... Prest

asi Belajar ... 49

2.4 ... Hubu ngan Sosial Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Belajar Anak ... 51

2.5 ... Kera ngka Pemikiran ... 53

2.6 ... Defin isi Konsep ... 57

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

3.1 ... Tipe Penelitian ... 58

3.2 ... Loka si Penelitian ... 58

3.3 ... Infor man ... 59

3.3.1 ... Infor man Utama ... 59

3.3.2 ... Infor man Kunci ... 60

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.5. Teknik Analisis Data ... 61


(13)

4.1 ... Profi

SMK Telkom Sandhy Putra Medan ... 62 4.2 ... Sejar

ah Berdirinya SMK Telkom Sandhy Putra Medan ... 63 4.3 ... Letak

Geografis ... 64 4.3.1 ... Pema

nfaatan Pekarangan Sekolah ... 65 4.3.2 ... Pema

nfaatan Gedung Sekolah ... 66 4.4 ... Kead

aan Sekolah ... 69 4.4.1 ... Visi

dan Misi Sekolah ... 70 4.4.2 ... Depa

rtemen/Bidang Keahlian ... 70 4.4.3 ... Tena

ga Pengajar... 71 4.5 ... Kead

aan Siswa... 73 4.1.1 ... Prest

asi Siswa-Siswi SMK Telkom Sandhy Putra Medan ... 76


(14)

5.1 ... Hasil

Penelitian ... 80 5.1.1 ... Infor

man Utama ... 81 5.1.2 ... Infor

man Kunci ... 112 5.2 ... Anali

sis Sosial Ekonomi Keluarga ... 118 5.3 ... Anali

sis Faktor-Faktor Anak Berprestasi dalam Belajar... 121

BAB VI PENUTUP ... 124 6.1 ... Kesi

mpulan ... 124 6.2 ... Saran

... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 126


(15)

Tabel 4.1 Distribusi Pekarangan SMK Telkom Sandhy Putra Medan ... 66 Tabel 4.2 Pemanfaatan Gedung Sekolah ... 68 Tabel 4.3 Sarana/Fasilitas Pendukung Pembelajaran di Sekolah ... 69 Tabel 4.4 Data Diri Pengajar/Guru di SMK Telkom Sandhy Putra Medan .. 72 Tabel 4.5 Distribusi Siswa Menurtu Jenis Kelamin dan Agama... 75 Tabel 4.6 Prestasi Siswa SMK Telkom Sandhy Putra Medan Tahun

2014/2015 ... 77


(16)

Bagan Alur Pikiran ... 56 Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Baru... 78


(17)

1) Daftar Pertanyaan Wawancara

2) Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Proposal Peneltian/ Peneltian

Skripsi

3) Surat ACC Judul Proposal/ Penulisan Skripsi

4) Berita Acara Seminar Proposal Peneltian

5) Surat Izin Penelitian

6) Surat Balasan Izin Penelitian dari Kepala SMK Telkom Sandhy Putra Medan

7) Lembar Kegiatan Bimbingan Proposal Penelitian/ Penulisan Skripsi

8) Dokumentasi


(18)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Poniman

Nim : 110902070

ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 127 halaman, 34 kepustakaan, 6 tabel, serta lampiran)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu

Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Sosial Ekonomi Keluarga dan

Hubungannya dengan Prestasi Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan”.

Dalam belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, salah satunya adalah latar belakang sosial ekonomi orang keluarga anak. Semakin tinggi latar belakang sosial ekonomi keluarga anak, semakin tinggi pula prestasi belajar yang dicapai. Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) Untuk mengetahui prestasi belajar anak (siswa) di SMK Telkom Sandhy Putra Medan. (2) untuk mendeskripsikan dan menganalisis latar belakang sosial ekonomi keluarga anak (siswa) di SMK Telkom Sandhy Putra Medan. (3) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hubungan yang terjadi diantara sosial ekonomi keluarga dan hasil prestasi belajar anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan. Analisis dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan, menganalisis, dan menafsirkan data dari informan penelitian, yaitu Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga dan Prestasi Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan.. Informan dalam penelitian ini adalah 6 orang siswa kelas XI SMK Telkom Sandhy Putra Medan yang dipilih berdasarkan prestasi disekolah baik dari nilai akademik (raport) maupun hasil olimpiade yang pernah diikuti oleh siswa tersebut. Maka ditentukan yaitu siswa-siswi yang berstatus juara umum dari masing-masing jurusan.

Hasil penelitian ini adalah: (1) Latar belakang sosial ekonomi keluarga anak (siswa) SMK Telkom Sandhy Putra Medan sebagian besar tergolong dalam kategori menengah keatas. (2) Prestasi belajar siswa SMK Telkom Sandhy Putra Medan tergolong dalam kategori tinggi. (3) terdapat hubungan yang signifikan antara latar belakang sosial ekonomi keluarga dengan prestasi belajar anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan.


(19)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name: Poniman

Nim: 110902070

ABSTRACT

(This thesis consists of 6 chapters, 127 pages, 34 libraries, 6 tables, and attachment)

This thesis put forward in order to qualify a bachelor's degree of Social Welfare, with the title " The Socioeconomic of Families and The Relation to the Child Study Achievement in Vocational High School of Telkom Sandhy Putra Medan".

In learning a lot of factors that affect student achievement, one of which is socio-economic background the child's family. The higher the socio-economic background of the child, the higher the achievement of learning achieved. The purpose of this study are: (1) To determine the learning achievement of children (students) at SMK Telkom Medan Putra Sandhy. (2) to describe and analyze the socio-economic background of children (students) at SMK Telkom Medan Putra Sandhy. (3) To describe and analyze the relationship between the family and the socio-economic results of learning achievement of children in SMK Telkom Medan Putra Sandhy.

Analysis of the research used in this research is descriptive qualitative data analysis. Descriptive analysis is used to describe, analyze, and interpret data from research informants, the Socio-Economic Background Family and Children's Achievement in SMK Telkom Medan Putra Sandhy .. informants in this study were 6 class XI student of SMK Telkom Medan Putra selected Sandhy better school achievement based on academic grades (report cards) as well as the results of the Olympics have been followed by the student. Then determined that students with the status of the overall winner of each department.

Results of this study are: (1) socio-economic background of children (students) SMK Telkom Medan Putra Sandhy mostly belonging to the middle and upper categories. (2) Student achievement SMK Telkom Medan Putra Sandhy classified in the high category. (3) there is a significant relationship between socio-economic background and academic achievement of children in SMK Telkom Medan Putra Sandhy.


(20)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya di dunia yang ditandai dengan melimpahnya Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusia (SDM). Dilihat dari letak geografisnya, Indonesia terletak pada posisi yang sangat strategis, yang seharusnya sebagai modal untuk menjadi bangsa yang maju dan sejahtera. Untuk mewujudkan suatu bangsa yang maju dan sejahtera dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan dan kualitas.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah melalui jalur pendidikan. Pendidikan membentuk karakter kepercayaan diri yang pada akhirnya melahirkan individu-individu yang berkualitas. Pendidikan diyakini mampu meningkatkan daya produktifitas individu sehingga setiap individu mampu melahirkan daya fikir yang kreatif dan inovatif.

Lebih lanjut, pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan kesejahteraan dan martabat bangsa. Tak salah jika pendidikan kita sebut sebagai pilar pokok dalam pembangunan bangsa. Tinggi-rendah derajat suatu bangsa bisa dilihat dari mutu pendidikan yang diterapkannya. Pendidikan yang tepat dan efektif akan melahirkan anak-anak bangsa yang cerdas, bermoral, memiliki etos kerja dan inovasi yang tinggi.

Sebagaimana tujuan pendidikan berdasarkan UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa: tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.


(21)

Tujuan pendidikan nasional juga tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa: Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Mengingat pentingnya pendidikan dalam kehidupan, maka seluruh komponen pendidikan seperti : kurikulum, guru, siswa, sarana sekolah dan fasilitas sekolah, lingkungan keluarga dan peran orang tua menjadi sangat strategis dalam pencapaian prestasi belajar anak. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah: (1) Prestasi yang dinilai dari hasil ranah kognitif (akal) yaitu berdasarkan nilai yang diperoleh oleh anak dalam belajar seperti nilai raport dan hasil perlombaan dan olimpiade ataupun cerdas cermat; (2) prestasi yang dinilai dari ranah afektif (rasa/sikap/perilaku/akhlak), dan; (3) ranah psikomotorik (keterampilan) seperti prestasi di bidang olahraga, seni, dan lain-lain.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini, pendidikan banyak mengalami berbagai hambatan. Salah satu hambatan yang sangat menarik yaitu berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan yang disebabkan rendahnya prestasi belajar generasi bangsa Indonesia. Sistem pendidikan Indonesia kurang memperhatikan potensi anak secara dominan. Sistem pendidikan Indonesia menekankan agar anak yang bersekolah harus memiliki kemampuan yang sama. Padalah setiap individu memiliki potensi yang berbeda yang seharusnya memanfaatkan potensi tersebut sesuai dengan kemampuan anak, agar anak


(22)

menjadi individu yang luar biasa dalam prestasinya. Dengan begitu tidak ada pengelompokan anak-anak bodoh, melainkan anak-anak yang berpotensi sesuai dengan bidang keahlian.

Berdasarkan harian Kompas.com - Indonesia sejak zaman kemerdekaan berusaha memberikan layanan pendidikan yang baik untuk masyarakat. Semua itu terbukti dari prestasi yang sudah diraih hingga saat ini. Namun, di balik itu banyak masalah belum terselesaikan. Selain berita baik mengenai prestasi Indonesia sejak dulu, ada pula berita buruknya,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan pada acara Silaturahmi dengan kepala Dinas Pendidikan, Senin (1/12/2014) di kantor Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Melihat kondisi di lapangan, prestasi yang dihasilkan siswa-siswa Indonesia yang berlomba di dunia internasional maupun nasional belum sebanding dengan jumlah anak-anak Indonesia yang bersekolah, baik dari tingkat SD, SMP, DAN SMA/SMK. Keburukan itu terlihat dari rendahnya prestasi anak didik Indonesia yang berdasarkan nilai Ujian Nasional. Berdasarkan pada harian kompas tertanggal 24 Mei 2013, nilai rata-rata ujian nasional tingkat SMA/MA tahun 2012/2013 dibandingkan dengan tahun 2011/2012 turun dari 7,7 menjadi 6,35. Tingkat kelulusan juga turun dari 99,50% menjadi 99,48%. Adapun untuk tingkat SMK dari 1.106.140 siswa peserta terdapat 601 siswa yang tidak lulus. Siswa tidak lulus tersebut sebagian besar berasal dari Provinsi Aceh, Maluku, Papua, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Selain itu, pada tahun 2013 terdapat 24 sekolah yang semua siswanya tidak lulus. Jumlah


(23)

siswanya 849 orang. Sebaliknya, terdapat 15.000 sekolah yang siswanya 100% lulus, dengan jumlah siswa 1,3 juta orang.

Data yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan

(Balitbang) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

menyebutkan “tahun ini nilai rata-rata UN mengalami penurunan dari 6,35 di tahun ajaran 2012/2013 menjadi 6,12 di tahun ajaran 2013/2014. (http://m.beritasatu.com/pendidikan/nilairata-rataujiannasional.html, diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 10.31 WIB).

Berbeda dengan kondisi di Provinsi Sumatera Utara kelulusan siswa untuk Ujian Nasional tingkat SMA/MA/dan SMK se-Sumut sebanyak 561 siswa dari 203.309 peserta ujian dinyatakan tidak lulus. Sumut pada tahun ajaran 2013/2014 hanya mampu mencapai nilai rata-rata UN dengan total 7,70. Dari 33 Kabupaten/Kota se-Sumut, daerah yang paling banyak tidak lulus UN SMA/MA adalah Kabupaten Batubara sebanyak 225 orang dari 3.031 peserta dan disusul Dairi 118 orang dari 2.824 peserta. Untuk tingkat SMK daerah terbanyak tidak lulus UN adalah Kabupaten Nias 89 orang dari 117 peserta dan Mandailing Natal 89 orang dari 188 peserta ujian (http://hariansib.co/mobile/, diakses pada tanggal 10 Maret 2015 Pukul 10.49 WIB).

Tingkat kelulusan UN siswa SMA dan SMK Kota Medan tahun 2014 cukup tinggi, dimana kelulusan SMA mencapai 99.95%, sedangkan tingkat kelulusan SMK mencapai 99.89%. Dari total siswa SMA yang mengikuti Ujian Nasional yakni 24.648 orang siswa yang tidak lulus sebanyak 13 orang atau 0.05%. Untuk siswa SMK yang mengikuti ujian sebanyak 17.514 yang tidak lulus


(24)

sebanyak 19 orang atau 0.11% (http://disdik.pemkomedan.go.id/web/berita/100. Diakses pada tanggal 10/03/2015 pukul 20.18).

Untuk perwakilan sekolah dari Kota Medan sendiri, peneliti menyajikan data dari SMK Telkom Sandhy Putra Medan. Sekolah ini selalu menjadi barometer pendidikan untuk tingkat SMK di Kota Medan. Untuk bidang Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) SMK Telkom Sandhy Putra Medan menjadi sekolah yang terbaik. Hal ini dibuktikan dengan konsistensi pihak sekolah dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas sehingga sekolah ini memiliki prestasi yang gemilang. Tak jarang siswanya selalu menjadi perwakilan olimpiade tingkat SMK baik se-Kota Medan, se-Sumut dan bahkan hingga tingkat nasional. Bukan sekedar di bidang akademik saja, sekolah ini juga memiliki beragam ekstrakurikuler dengan prestasi yang membanggakan.

Selain itu SMK Telkom Sandhy Putra Medan selalu meluluskan 100% siswanya setiap tahunnya. Sekolah ini juga medapatkan nilai rata-rata UN yang bagus. Di tahun 2010, SMK Telkom Sandhy Putra Medan menjadi sekolah kejuruan dengan nilai rata-rata Ujian Nasioanal Tertinggi di Kota Medan. Begitu pula pada tahun 2012, yaitu dengan rincian nilai rata-rata untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia (7,32), Bahasa Inggris (8,59), Matematika (9,09), dan Produktif (8,47). Tidak hanya itu saja, sekolah ini juga sangat memberikan kontribusi kepada siswanya yaitu dengan meluluskan siswanya di berbagai perguruan tinggi di Indonesia seperti USU, UNAN, UNBRAW, UNSIYAH, UNRI, dan lain-lain. (http://id.m.wikipedia.org/wiki/SMK_Telkom_Medan. Diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 22.02).


(25)

Namun dibalik prestasi yang membanggakan tersebut, belum mewakili siswa seluruhnya. Masih banyak beberapa masalah yang ada dan belum mampu teratasi dengan baik. Contohnya saja masih ada siswa yang Drop Out (DO). Hal ini dadasarkan karena siswa tersebut tidak mampu mengikuti peraturan sekolah yang ketat dan banyak pelanggaran lain yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar, seperti melawan guru, tidak masuk sekolah tanpa keterangan, dan lain sebagainya.

Membahas masalah pendidikan dan prestasi belajar tentunya ada kunci keterikatan didalamnya. Dalam pendidikan tentu prestasi belajar itu ada faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri anak yang menyangkut psikologis dan fisiologis, serta faktor eksternal yang berasal dari luar diri anak yang menyangkut kondisi lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial . Faktor eksternal salah satunya yaitu sosial ekonomi keluarga. Sosial ekonomi keluarga berperan penting dalam pemenuhan sarana dan prasarana pembelajaran. Dengan begitu, anak yang berasal dari keluarga sosial ekonomi tinggi dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan tersebut sehingga akan menjadi motivasi dalam belajar yang pada akhirnya anak dapat meningkatkan prestasi belajar. Dan ini tentu menjadi kebalikan dari anak yang berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah rentan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Status ekonomi orang tua berpengaruh terhadap perbedaan perilaku peserta didik. Anak didik yang berasal dari keluarga yang memiliki harta yang berlimpah akan berbeda perilakunya dengan anak didik yang berasal dari keluarga yang tergolong miskin. Anak didik yang berasal dari keluarga yang tergolong mampu pasti memiliki fasilitas belajar yang lengkap dan sebaliknya. Namun perlu


(26)

dipahami bahwa fasilitas belajar yang lengkap hanya merupakan salah satu faktor penunjang bagi anak didik dalam melakukan proses pembelajaran. Dalam kenyataannya, terjadi kesenjangan yang semakin sulit dipertemukan di negeri ini, khususnya kesenjangan dalam bidang kemampuan ekonomi keluarga.

Pada zaman modern sekarang ini, ekonomi menjadi faktor penentu apakah seorang anak berprestasi atau tidak. Anak yang memiliki keluarga dengan ekonomi tinggi akan bergantung pada kemampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi fasilitas belajarnya. Berbeda dengan anak pada zaman dahulu, banyak anak berprestasi tanpa latar belakang ekonomi keluarga yang tinggi. Anak pada zaman dahulu banyak berprestasi karena memiliki daya dorong dalam diri untuk bisa maju dengan fasilitas seadanya dan tidak menjadi ketergantungan kepada keluarga.

Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya mengenai hubungan keterkaitan antara sosial ekonomi keluarga dengan prestasi belajar anak adalah sebagai berikut:

1. Skripsi karya Sri Wahyuni dengan judul “Hubungan Status Sosial Ekonomi

Orang Tua dan Pemanfaatan Media Belajar dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”, menyatakan bahwa: Status sosial ekonomi orang tua secara empiris memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan prestasi belajar yang dicapai seorang anak. Untuk meningkatkan prestasi belajar maka status sosial ekonomi orang tua harus dinaikan. Semakin tinggi pendidikan orang tua semakin tinggi pula kemampuan untuk membimbing dan mengarahkan


(27)

anaknya untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu di dalam masyarakat maupun lingkungan sekolah selain itu Orang tua yang memiliki status sosial ekonominya berkecukupan akan cenderung menyekolahkan anak-anaknya sampai keperguruan tinggi. Disamping itu pemberian fasilitas belajar juga cukup. Sebaliknya keluarga yang mempunyai status sosial ekonomi rendah mereka mempunyai kecenderungan kurang memperhatikan anak-anaknya, apalagi memberikan fasilitas belajar yang memadai. Jadi dengan adanya fasilitas yang memadai ataupun sarana dan prasarana yang memadai dalam belajar, akan mendorong anak untuk lebih giat belajar sehingga akan mencapai prestasi belajar yang tinggi.

2. Skripsi karya Frengky D. Hutajulu dengan judul “Pengaruh Kondisi Sosial

Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XI

IPS SMS Negeri 1 Siantar Narumonda T.A 2012/2013”, menyatakan

bahwa: terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar geografi siswa dengan hasil perhitungan koefisien korelasi seherhana yaitu korelasi produk moment antara variabel X terhadap variabel Y diketahui bahwa r (hitung) sebesar 0,601. Apabila nilai ini dibandingkan dengan r (tabel) pada taraf signifikan 5% dengan sampel 100 untuk mencari r (tabel) maka r (tabel) sebesar 0,195. Berdasarkan ketentuan apabila nilai r (hitung) lebih besar dari nilai r (tabel) atau 0,601 > 0,195 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara sosial

ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar.

(http://digilib.unimed.ac.id/pengaruh-kondisi-sosial-ekonomi-terhadap-


(28)

prestasi-belajar-geografi-kelas-xi-ips-di-sma-n-1-siantar-narumonda-kabupaten-toba-samosir-ta-20122013-28896.html diakses pada tanggal 20 Maret pukul 10.30 WIB).

Namun, kenyataan berbeda telah terjadi terhadap anak didik pada zaman sekarang. Dalam suatu kondisi tertentu ada anak yang berprestasi tetapi berasal dari keluarga dengan ekonomi keluarga yang rendah, ada anak yang tidak berprestasi dan bahkan menjadi preman disekolah padahal anak tersebut berasal dari keluarga dengan ekonomi tinggi. Serta ada seorang anak yang tidak begitu berprestasi dan cenderung memiliki nilai standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan sebagian dari mereka juga memiliki catatan hitam di sekolah. Hal tersebut tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi setiap insan pendidikan di negeri ini. Bentuk loyalitas terus dituntut dan harus ditanamkan untuk mendukung dan memajukan pendidikan Bangsa Indonesia

Atas dasar uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana hubungan keterkaitan antara sosial ekonomi keluarga dengan pendidikan anak yang dituangkan dalam tulisan berbentuk skripsi dengan judul: “Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan.”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana hubungan sosial ekonomi keluarga dengan prestasi belajar anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan?”


(29)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui prestasi belajar siswa-siswi di sekolah SMK Telkom Sandhy Putra Medan.

b. Mengetahui hubungan sosial ekonomi keluarga dengan prestasi belajar anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka:

a. Sebagai bahan referensi dalam rangka pengembangan konsep-konsep dan

teori-teori sosial ekonomi masyarakat, konsep belajar, masalah-masalah dalam belajar, serta penurunan minat belajar siswa di sekolah.

b. Sebagai bahan pemecahan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang

berhubungan dengan prestasi belajar siswa di sekolah dan pengembangan model pembinaan terhadap siswa di sekolah.

c. Sebagai bahan referensi dalam pelaksanaan penelitian dalam bidang yang berkaitan dengan hubungan antara sosial ekonomi dengan prestasi belajar anak.


(30)

1.4 Sistematika Penulisan

Rencana dan hasil penelitian ini akan dilaporkan menurut sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek penelitian, kerangka pemikiran, dan definisi konsep.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, informan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaraan umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisinya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah dilakukan.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sosial Ekonomi 2.1.1 Pengertian Sosial Ekonomi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 2002:1454). Menurut Departemen Sosial, kata sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komunitas, sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat. Sehingga dengan demikian, sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang terikat pada satu kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang individu berarti terdapat hak dan kewajiban dari masing-masing individu yang saling berfungsi saru dengan lainya (http://www.depsos.go.id/ diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 21.15 WIB).

Santrock (2007:282), status sosial ekonomi sebagai pengelompokan orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan dan pendidikan ekonomi. Status sosial ekonomi menunjukan ketidaksetaraan tertentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki (1) pekerjaan yang bervariasi prestisenya, dan beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus lebih tinggi dibanding orang lain; (2) tingkat pendidikan yang berbeda, ada


(32)

beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain; (3) sumber daya ekonomi yang berbeda; (4) tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi masyarakat. Perbedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara.

Menurut Soekanto, sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya. Menurut Abdulsyani sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.

Untuk mengukur kondisi rill sosial ekonomi seseorang atau sekelompok rumah tangga, dapat dilihat dari kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh.

Dalam laporan PBB I berjudul Report on International Definition and

Measurement of Standart and Level Living, badan dunia tersebut menetapkan 12 jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia, meliputi:

1. Kesehatan

2. Makanan dan gizi

3. Kondisi pekerjaan

4. Situasi kesempatan kerja

5. Konsumsi dan tata hubungan aggregative


(33)

7. Perumahan, termasuk fasilitas-fasilitas perumahan

8. Sandang

9. Rekreasi dan hiburan

10.Jaminan sosial

11.Kebebasan manusia (siagian, 2012:74)

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian status sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah kondisi suatu keluarga atau orang tua yang diukur dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis pekerjaan.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Menentukan Sosial Ekonomi

Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya sosial ekonomi orang tua di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tinggal, pemilikan kekayaan, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Dalam hal ini uraiannya dibatasi hanya 4 faktor yang menentukan yaitu tingkat pendidikan, pendapatan, dan kepemilikan kekayaan, dan jenis pekerjaan.

1. Tingkat Pendidikan

Sejak masa kolonialisme, pendidikan dianggap sebagai faktor penting untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Masyarakat Indonesia yang biasa dikenal dengan penduduk pribumi pada masa kolonial mendapat kesempatan untuk menyekolahkan anak-anaknya, meskipun masih banyak keterbatasan karena adanya pembedaan perlakuan dalam masyarakat, adanya perbedaan jenjang pendidikan pada masa kolonial pada umumnya membuat peluang masyarakat


(34)

untuk memperoleh pekerjaan lebih sedikit sehingga berdampak pada pendapatan yang mempengaruhi kesejahteraan (http://id.m.wikipedia.org/wiki/sosial_ekonomi diakses pada tanggal 13 April 2015 pukul 19.36 WIB).

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pendidikan diupayakan untuk mewujudkan individu agar dapat mengembangkan potensi dirinya dengan bekal memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktifitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (fikiran, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan-keterampilan).

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3, pendidikan bertujuan untuk “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal). Jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) terdapat jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.


(35)

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua anak. Selain itu, pendidikan informal yang pernah diikuti berupa kursus dan lain-lain. Karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan dan tentunya juga pendapatan yang diperoleh.

2. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah semua hasil suatu pekerjaan yang yang diterima oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Menurut Sumardi dalam Yerikho (2007) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ditempuh. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan menadapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil.

Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usaha tani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha tani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usaha tani. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usaha tani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usaha tani seperti berdagang, mengojek, dan lain-lain.


(36)

Berdasarkan dari pendapatan keluarga, maka dapat di golongkan didalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi :

a. Golongan Ekonomi Rendah

Golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal.

b. Golongan Ekonomi Sedang

Golongan masyarakat berpenghasilan sedang yaitu masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup namun hanya pas-pasan. Menjadikan pendidikan sebagai acuan kehidupan.

c. Golongan Ekonomi Tinggi

Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi yaitu masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan jangaka pendek maupun jangka panjang tanpa ada rasa khawatir. Menjadikan pendidikan bukan sebagai acuan kehidupan, menjadikan budaya dalam keluarga untuk menjaga marwah.

Siagian (2012:69-72), Pendapatan sosial ekonomi orang tua dapat merumuskan indikator kemiskinan yang representatif. Keyakinan tersebut muncul karena pendapatan merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya agar dapak hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat. Bank Dunia sendiri menetapkan indikator kemiskinan sebesar US$ 2 perhari perorang dan untuk yang benar-benar miskin sebesar US$ 1.


(37)

Melihat kondisi pasar, mahalnya suatu barang yang akan dikonsumsi maka peneliti menetapkan acuan besaran pendapatan dan pengeluaran dalam suatu rumah tangga perbulannya adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan:

1. Pendapatan ekonomi bawah : < Rp. 5.000.000

2. Pendapatan ekonomi menengah : Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000

3. Pendapatan ekonomi tinggi : > Rp. 10.000.000

b. Pengeluaran:

1. Pengeluaran rendah : < Rp. 1.000.000

2. Pengeluaran menengah : Rp. 1.000.000 – Rp. 5.000.000

3. Pengeluaran tinggi : > Rp. 5.000.000

(http://media.unpab.ac.id/ diakses pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 16.15 Wib).

3. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas

Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kepemilikan barang berharga yang memiliki nilai tinggi dalam suatu rumah tangga. Kepemilikan kekayaan atau fasilitas tersebut diantaranya:

a. Barang-barang berharga

Kepemilikan kekeyaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam masyarakat.

b. Jenis-jenis kendaraan pribadi

Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya tingkat sosial ekonomi keluarga. Misalnya, orang yang mempunyai mobil


(38)

akan merasa lebih tinggi tingkat taraf ekonominya dari pada orang yang mempunyai sepeda motor.

Dalam penelitian ini, kepemilikan kekayaan yaitu yang mencakup harta benda yang dimiliki oleh orang tua anak berupa harta yang tidak bergerak berupa mobil, kendaraan bermotor dan harta yang tidak bergerak sepeerti tanah, sawah, rumah, dan lain-lain yang digunakan untuk membiayai pendidikan anak.

4. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, ber upa barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan

hidup. (http://digilib.unimed.ac.id/publik/UNIMED-Undergraduate-22748 diakses

pada tanggal 14 April 2015 pukul 08.46 WIB).

Menurut Manginsihi (2013:15), pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua anak untuk mencari nafkah. Pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang berbeda-beda, perbedaan itu akan menyebabkan perbedaan tingkat penghasilan dari yang rendah sampai pada tingkat yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang ditekuninya. Contoh pekerjaan berstatus sosial ekonomi rendah adalah buruh pabrik, penerima dana kesejahteraan, dan lain-lain.


(39)

Kemudian menurut pedoman ISCO (International Standart Clasification of Oecupation) pekerjaan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Profesional ahli teknik dan ahli jenis

b. Kepemimpinan dan ketatalaksanaan

c. Administrasi tata usaha dan sejenisnya

d. Jasa

e. Petani

f. Produksi dan operator alat angkut

Dari berbagai klasifikasi pekerjaan diatas, orang akan dapat memilih pekerjaaan yang sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Dalam masyarakat tumbuh kecenderungan bahwa orang yang bekerja akan lebih terhormat di mata masyarakat, artinya lebih dihargai secara sosial dan ekonomi.

Jadi, untuk menentukan status sosial ekonomi dalam keluarga yang dilihat dari jenjang pekerjaan, maka jenis pekerjaan tersebut dapat diberi batasan sebagai berikut:

a. Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha.

b. Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang penjualan dan jasa.

c. Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat


(40)

5. Kesehatan

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) kesehatan ialah suatu keadaan sejahtera dari bada jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya kesehatan juga merupakan suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit kelemahan. Pada dasarnya kesehatan itu meliputi tiga aspek, antara lain :

1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit

2. Tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit

3. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami tampak sakit

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan. Adapun yang menjadi indicator dalam pemenuhan kesehatan yaitu:

a. Kemampuan untuk membeli obat-obatan

b. Kemampuan untuk berobat ke dokter

c. Kemampuan pemenuhan kebutuhan spiritual

2.1.3 Faktor Penghambat Sosial Ekonomi Keluarga

a. Sumber penghasilan

Penghasilan keluarga dapat diperoleh dari beberapa sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, diantaranya sumber penghasilan tetap sebagai imbalan jasa dari pekerjaan tetap dan sumber penghasilan tambahan yang merupakan hasil usaha sampingan. Jadi, apabila penghasilan pekerjaan tetap tidak mencukupi dan penghasilan tambahan


(41)

tidak ada akan membuat sebuah keluarga kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya.

b. Besarnya Penghasilan

Yang dimaksud adalah besarnya pemasukan uang, barang-barang atau harta kekayaan yang dapat dipakai oleh seluruh keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam suatu teori bahwa unsur-unsur dan faktor-faktor yang mempengaruhi sosial ekonomi keluarga adalah sumber penghasilan.

c. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah orang-orang yang menjadi tanggung jawab suatu keluarga atau rumah tangga dipenuhi kebutuhan hidupnya, semakin banyak jumlah anggota keluarga berarti semakin banyak pula kebutuhan yang harus dicukupi atau nilai kebutuhan bertambah besar. Oleh sebab itu, penghasilan keluarga dituntut mampu mencukupi kebutuhan anggota keluarga.

d. Penggunaan Penghasilann Keluarga

Mengatur ekonomi keluarga agar kebutuhan dari masing-masing anggota keluarga terpenuhi, maka harus teliti memilih antara kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder serta kebutuhan pelengkap lainnya. Semua itu harus disesuaikan dengan kemampuan penghasilan keluarga yang diperoleh, sehingga tidak terjadi pemborosan. Untuk itu, gunakanlah prinsip seperti dahululukan kebutuhan mana yang penting, kebutuhan mana yang mendesak, dan kebutuhan mana yang memiliki sifat lebih penting dan mendesak untuk dipenuhi.


(42)

2.2 Konsep Keluarga 2.2.1 Pengertian Keluarga

Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia Modern secara harfiah keluarga berarti sanak saudara: kaum kerabat, orang seisi rumah, anak bini. Dalam kamus

Oxford Learner’s Pocket Dictionary, keluarga berasal dari kata famiy yang berarti:

a. Group consisting of one or two parents and their children (kelompok yang terdiri dari satu atau dua orang tua dan anak-anak mereka);

b. Group consisting of one or two parents, their children, and close relations (kelompok yang terdiri dari satu atau dua orang tua, anak-anak mereka, dan kerabat-kerabat dekat);

c. All the people descendend from the same ancestor (semua keturunan dari nenek moyang yang sama).

Konsep keluarga ideal tentu diawali dari sebuah pernikahan atau perkawinan yang sah dan diakui. Dalam membentuk sebuah keluarga yang diikat dalam perkawinan yang sah dan diakui hendaknya sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku, baik syarat dalam agama maupun dalam hukum negara. Keluarga adalah kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya. Keluarga adalah tempat pertama dan yang paling utama dimana anak-anak belajar. Dari kelurga, mereka mempelajari sifat-keyakinan, sifat-sifat mulia, komunikasi dan interaksi sosial, serta keterampilan hidup.

Keluarga dengan sistem konjungal, menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan (antara suami dan istri), ikatan dengan suami atau istri


(43)

cenderung dianggap lebih penting daripada ikatan dengan orangtua (Sunarto, 2004:63). Keluarga juga dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi, merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan, serta pemelihara kebudayaan bersama.

Definisi lain mengatakan bahwa, keluarga adalah sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan atau darah, biasanya meliputi ayah, ibu dan anak atau anak-anak. Berdasarkan penjelasan di atas, maka terdapat beberapa bentuk atau tipe keluarga, yaitu:

1. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak-anak.

2. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga Inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

3. Keluarga brantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

4. Keluarga Duda / Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

5. Keluarga berkomposisi (Camposite) adalah keluarga yang perkawinannya


(44)

6. Keluarga Kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tapi membentuk suatu keluarga.

2.2.2 Ciri-Ciri Keluarga

Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Adapun ciri-ciri dari sebuah keluarga di dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Unit terkecil dari masyarakat. 2. Terdiri atas 2 orang atau lebih.

3. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah.

4. Hidup dalam satu rumah tangga .

5. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.

6. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.

7. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.

8. Diciptakan untuk mempertahankan suatu kebudayaan.

Bugges dan Locke juga mengemukakan terdapatnya 4 karakteristik keluarga yang terdapat pada semua keluarga, yaitu:

1. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi. Pertalian antara suami dan isteri adalah perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah karah, dan kadangkala adopsi.

2. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama di bawah satu atap dan merupakan susunan satu rumah tangga atau jika mereka bertempat tinggal, rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka.


(45)

3. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan isteri, ayah dan ibu, putra-putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Peranan-peranan tersebut dibatasi oleh masyarakat, tetapi masing-masing keluarga diperkuat oleh kekuatan melalui sentimen-sentimen, yang sebahagian merupakan tradisi dan sebahagian lagi emosional, yang menghasilkan pengalaman.

4. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama, yang diperoleh pada hakekatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu masyarakat yang kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang berlainan dengan keluarga lainnya (Suhendi, 2001:32)

2.2.3 Fungsi Keluarga

Ahmad Tafsir dkk. (2004) melihat bahwa fungsi pendidik dalam keluarga harus dilakukan untuk menciptakan keharmonisan baik di dalam maupun di luar keluarga itu. Apabila terjadi disfungsi peran keluarga, maka akan terjadi krisis di dalam keluarga. Oleh karena itu, para orang tua harus menjalankan fungsi sebagai pendidik dalam keluarga dengan baik, khususnya ayah sebagai pemimpin dalam keluarga. Fungsi pendidik di keluarga di antaranya: 1) fungsi biologis, 2) fungsi ekonomi, 3) fungsi kasih sayang, 4) fungsi pendidikan, 5) fungsi perlindungan, 6) fungsi sosialisasi anak, 7) fungsi rekreasi, 8) fungsi status keluarga, dan 9) fungsi agama.

Sementara Samsul Nizar (2002) menyatakan bahwa dalam


(46)

fungsi keluarga. Selanjutnya ia membagi fungsi keluarga menjadi delapan fungsi, yaitu: 1) fungsi keagamaan, 2) funsi cinta kasih, 3) fungsi reproduksi, 4) fungsi ekonomi, 5) funsi pembudayaan, 6) fungsi perlindungan, 7) fungsi penidikan dan sosial, serta 8) fungsi pelestarian lingkungan.

1. Fungsi Agama

Fungsi agama dilaksanakan melalui penanaman milai-nilai keyakinan berpa iman dan takwa. Penanaman keimanan dan takwa mengajarkan kepada anggota keluarga untuk selalu menjalankan perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi larangan-Nya. Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan metode pembiasaan dan peneladanan. Fungsi religius ini sangat erat kaitannya dengan fungsi edukatif, sosialisasi, dan protektif.

2. Fungsi Biologis

Fungsi biologis adalah fungsi pemenuhan kebutuhan agar keberlangsungan hidupnya tetap terjaga termasuk secara fisik. Maksudnya pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani manusia. Kebutuhan dasar manusia untuk terpenuhinya kecukupan makanan, pakaian, tempat tinggal. Kebutuhan biologis lainnya yaitu berupa kebutuhan seksual yang berfungsi untuk menghasilkan keturunan (regenerasi).

3. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi berhubungan dengan bagaimana pengaturan penghasilan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga. Seorang istri harus mampu mengelola keuangan yang diserahkan suaminya dengan baik. Utamakan pemenuhan kebutuhan yang bersifat prioritas dalam keluarga sehingga penghasilan yang diperoleh suami akan dapat


(47)

mencukupi kebutuhan keluarga termasuk memfasilitasi kebutuhan anak dalam bersekolah.

4. Fungsi Kasih Sayang

Fungsi kasih sayang menyatakan bagaimana setiap anggota keluarga harus menyayangi satu sama lain. Suami hendaknya mencurahkan kasih

5. Fungsi Pendidikan

Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.

6. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

7. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

8. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

9. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan

dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa


(48)

ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

10. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.

11. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan sebagainya.

Dari berbagai fungsi di atas terdapat 3 fungsi pokok keluarga terhadap keluarga lainnya, yaitu :

1. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan,

pada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

2. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar

kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi anak-anak sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

3. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, mengasah

kemampuan dan potensi yang dimiliki, sehingga anak siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.


(49)

2.3 Konsep Belajar 2.3.1 Pengertian Belajar

Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sadirman A.M (2005:20) sebagai berikut :

1. Cronbach memberikan definisi :

“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.

“belajarnya adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.

2. Harold Spears memberikan batasan :

“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves,

to listen, to follow direction”. Belajar adalah mengamati, membaca,

berinisiasi,mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti

petunjuk/arahan.

3. Geoch, mengatakan :

“Learning is a change in performance as a result of practice”. Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil belajar.

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek melakukannya. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya


(50)

kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.

Selaras dengan pendapat diatas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalmi kegagalan di dalam proses belajar.

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk eningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi interenal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemampuan dan sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, missalnya ruang belajar yang bersihk, sara dan prasarana belajar yang memadai.

Belajar merupakan alat utama bagi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai unsur proses pendidikan di sekolah. Menurut Slameto (Hadis, 2006:60) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk


(51)

memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya.

Moeslichatoen mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses yang membuat terjadinya proses belajar dan perubahan itu sendiri dihasilkan dari usaha dalam proses belajar. Cronbach menyatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Geoch juga mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan dalam performansi sebagai hasil dari praktek (Hadis, 2006:60).

Hasibuan (2007:49-51) belajar dapat didefinisikan , “Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya”. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan:

1. Belajar adalah suatu usaha, perbuatan yang dilakukan secara sunguh-sungguh dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti inteligensi, bakat, motivasi, minat, dan sebagainya.

2. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antar lain tingkah lakuh, misalnya seorang anak kecil yang tadinya sebelum memasuki sekolah bertingkah laku manja, egois, cengeng, dan sebagainya, tetapi setelah beberapa bulan masuk sekolah dasar, tingkah lakunya berubah


(52)

menjadi anak yang baik, tidak lagi cengeng dan sudah mau bergaul dengan teman-teman.

3. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik, seperti merokok, minum-minuman keras, keluyuran, tidur siang, bangun lambat, bermalas-malasan dan sebagainya. Kebiasan buruk diatas harus diubah menjadi yang baik. Hal seperti ini sangat merughikan diri seseoang. Kebiasan yang buruk adalah penghambat atau perintang jalan menuju kebahagian tetapi sebaliknya adalah sebagai pelicin jalan menuju kemelaratan, dan itu jangan diteruskan karena bisa menjadi darah daging. Cara menghillangkannya ialah belajar melatih diri menjauhkan kebiasaan buruk dengan modal keyakinan dan tekad bulat harus berhasil.

4. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap, dari negatif menjadi positif, tidak hormat mejadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya. Misalnya seorang remaja yang tadinya selalu bersikap menentang orang tuanya, tetapi setelah sering mendengar, mengikuti pengajian dan ceramah-ceramah agama, sikapnya berubah menjadi anak yang patuh, cinta dan hormat kepada orang tuanya.

5. Dengan belajar dapat mengubah keterampilan, misalnya olahraga,

kesenian, jasa, teknik, pertanian, perikanan, pelayaran, dan sebagainya. Seseorang yang terampil main bulu tangkis, bola, tinju, maupun cabang olahraga lainnya adalah berkat belajar dan latihan yang sunguh sungguh. Demikian pula halnya dengan keterampilan bermain gitar, piano, menari, melukis, bertukang, membuat barang-barang kerajinan dan sebagainya, semuanya perlu usaha dengan belajar yang serius, rajin, dan tekun.


(53)

6. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu, misalnya tidak bisa membaca, menulis, berhitung, berbahasa inggris menjadi bisa semuanya, dari tidak mengetahui keadaan di bulan jadi mengetahui dan sebagainya. Ilmu pengetahuan terus berkembang tanpa mengenal batas. Karena itu setiap orang, besar, kecil, tua-muda, diharuskan untuk belajar terus agar dapat mengikuti perkembangan teknologi yang semakin maju dan canggih.

Jadi pengertian belajar menurut para ahli psikologi, khusunya ahli psikologi pendidikan, yaitu ciri-ciri suatu perubahan perilaku berupa: (1) perubahan yang terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifar kontinyu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) peribahan dalam belajar bukan bersifar sementara, (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan (6) perubahan mencakup seluruh aspek perilaku.

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasi belajar tersebut menurut Slameto dan Suryabrata (Hadis, 2006:63) dibagi atas dua faktor utama, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik dan faktor yang bersumber dari luar peserta didik. Faktor yang bersumber dari diri individu tersebut faktor intern dan yang bersumber dari luar diri individu disebut faktor ekstern. Yang termasuk ke dalam faktor internal, misalnya faktor jasmaniah, faktor kelelahan dan faktor psikologis. Yang termasuk ke dalam faktor jasmaniah, misalnya faktor kesehatan dan cacat tubuh. Sedangkan yang termasuk faktor


(54)

psikologis, misalnya faktor intelegensi, minat, perhatian, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan.

Menurut Smith dalam (Khodijah, 2014:58), ada tiga faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu: (1) aktivitas individu pada saat berinteraksi dengan lingkungan; (2) faktor fisiologis individu; dan (3) faktor lingkungan yang terdiri dari semua perubahan yang terjadi di sekitar individu tersebut. Masrun dan Martaniah berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar di antranya adalah: (1) kemampuan bawaan anak; (2) kondisi fisik dan fsikis anak; (3) kemauan belajar anak; (4) sikap murid terhadap guru dan mata pelajaran serta pengertian mereka mengenai kemajuan mereka sendiri; dan (5) bimbingan.

Secara garis besar, Suryabrata menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar, yang meliputi: (a) faktor-faktor fisiologis, dan (b) faktor-faktor psikologis.

2. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pembelajar, yang meliputi: (a) faktor-faktor sosial, dan (b) faktor-faktor non sosial.

Menurut Hemawati (2014: 199-205), faktor yang mempengaruhi belajar setidaknya dibagi dalam tiga bagian, yaitu: faktor internal yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis (intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi); faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan sosial (kondisi rumah) dan non sosial; dan faktor pendekatan belajar yang efektif, efisien (pendekatan tinggi/psekulatif dan achieving, pendekatan sedang/analitical dan deep, pendekatan rendah/reproduktif dan surface).


(55)

Secara jelas, faktor yang mempengaruhi belajar menurut Hemawati dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Faktor Internal a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah kondisi umum jasmani yang menandakan tingkat kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan yang baik dapat mempengaruhi semangat dan intensitas seseorang dalam mengikuti proses pembelajaran. Kondisi organ tubuh seseorang yang lemah dapat menurunkan kualitas kecerdasan atau intelegensinya sehingga penguasaan materi yang dipelajarinya kurang bahkan mungkin tidak optimal.

Kondisi organ-organ khusus seseorang pun, seperti indra penglihatan dan indra pendengaran sangat memengaruhi kemampuan orang tersebut dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Anak atau peserta didik yang memiliki keterbatasan atau kekurangan dalam kesehatan kondisi fisik terutama dalam hal penglihatan dan pendengaran, tentu saja harus mendapat perlakuan yang lebih intesitas dan pendidik hendaknya memiliki kesabaran yang lebih. Pemahaman yang komprehensif terhadap faktor fisik anak akan membantu pendidik mengembangkan anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Peserta didik yang mengalami gangguan


(56)

kesehatan akan tidak dapat belajar dengan maksimal dan optimal. Sebagai contoh, peserta didik yang sedang menjalani ujian dalam kondisi tidak sehat akan berbeda kondisi belajarnya dan hasil belajarnya dengan peserta didik yang menjalani ujian dalam kondisi kesehatan yang prima.

b. Faktor Psikologis

1) Intelegensi

Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk membuat atau mengadakan analisis, memecahkan masalah, menyesuaikan diri, dan menarik kesimpulan, serta merupakan kemampuan berpikir seseorang. Orang yang memmiliki inteligensi tinggi akan cedpat dan menyesuaikan diri, bertindak atau bereaksi terhadap suatu stimulus.

Sebaliknya jika intelegensi seseorang rendah, orang tersebut tidak akan cepat dalam menganalisis, memecahkan masalah, mengambil keseimpulan, kesulitan dalam menyesuaikan diri, bertindak atau bereaksi terhaap suatu stimulus. Tentu saja cepat atau lambatnya intelensi atau daya pikir seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajarnya. Untuk mengetahui seseorang cepat atau lambat dalam intelegensi dapat diukur dengan alat-alat tes intelegensi.


(57)

Seseorang yang memiliki inteligensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang inteligensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Dengan demikian, sangatlah bijak jika para pendidik dapat mendeteksi kelebihan apakah yang dimiliki anak atau peserta didik sehingga dalam proses pembelajaran pendidik dapat benar-benar membantu anak atau peserta didik tersebut agar berkembang seluruh potensi yang dimilikinya.

2) Sikap

Sikap secara etimologi dalam bahasa Inggris disebut attitude, memiliki pengertian perilaku. Secara terminologi sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecendrungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek (orang, barang, dan sebagainya) baik secara positif maupun negatif. Sikap anak atau peserta didik yang menyukai pelajaran tentu akan berdampak positif terhadap peningkatan kemampuannya. Sebaliknya sikap tidak menyukai suatu pelajaran akan berdampak negatif yaitu berupa kurang optimalnya atau minimnya kemampuan anak atau peserta didik dalam pelajaran tersebut.


(58)

3) Bakat

Secara umum bakat memiliki pengertian sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa setiap anak memiliki potensi atau kemampuan yang mungkin tidak dimiliki oleh anak yang lainnya. Oleh karena itu, setiap pendidik harus cermat melihat potensi atau bakat apa yang dimiliki sehingga bakat itu dapat dikembangkan secara optimal. Pengembangan bakat secara optimal tentu akan menjadi aset atau kunci bagi keberhasilan anak di masa mendatang karena ia dapat menggunakan kemampuan atau bakatnya untuk dapat bertahan dalam kehidupannya (survive). Dengan kata lain, bakat dapat dijadikan sebagai modal untuk penghidupan.

4) Minat

Memiliki arti ketertarikan atau kecenderungan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor internal seperti pemusatan perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan. Sampai saat ini, dalam proses pembelajaran minat dapat memengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar anak atau peserta didik dalam bidang studi tertentu.


(59)

Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

5) Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai pemasok gaya untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988). Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri anak yang dapat mendorongnya melakukan suatu tindakan. Salah satu bentuknya bagi pelajar yaitu menyenangi untuk mempelajari suatu materi (kebutuhan untuk belajar). Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar diri anak yang mendorong untuk melakukan suatu kegiatan. Salah satunya yaitu pendidik yang mendorong anak untuk selalu rajin belajar. Selain itu, pujian, hadiah, tata tertib, hukuman juga termasuk dalam contoh motivasi ekstrinsik.


(1)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Anak bahwa:

1. Hasil belajar siswa-siswi SMK Telkom Sandhy Putra Medan memiliki prestasi yang membanggakan. Siswa-siswi SMK Telkom Sandhy Putra Medan banyak memiliki prestasi baik didalam lingkungan sekolah mauanpun pada tingkat yang lebih tinggi seperti pada tingkat Kota Medan, tingkat Kota Medan, tingkat Provinsi, Tingkat Pulau Sumatera hingga tingkat nasional.

2. Sosial ekonomi keluarga memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar anak. Pada keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi akan dengan mudah untuk memfasilitasi anak dalam belajar baik disekolah maupun dirumah. Keluarga yang memiliki ekonomi tinggi sangat mendukung anak-anaknya dengan memberikan akses agar anak-anaknya minjadi siswa-siswi yang aktif dan cerdas serta memili sikap yang baik.


(2)

Keluarga yang memiliki ekonomi tinggi akan mendukung anak-anaknya untuk menyekolahkannya pada sekolah yang bagus dengan memiliki fasilitas yang lengkap. Dengan begitu anak menjadi lebih termotivasi untuk lebih giat dalam belajar dan terus berprestasi.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan berupa saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi anak (siswa), untuk memperoleh prestasi yang diharapkan hendaknya jangan terlalu banyak berharap atau mengandalkan kekayaan orang tua. Mulailah dengan mengandalkan kemampuan dan potensi diri agar menjadi individu yang berprestasi mandiri. Siswa harus menyadari mengenai pentingnya ilmu pengetahuan yang diberikan disekolah. Siswa juga harus tidak lagi menjadikan masalah perekonomian orang tua sebagai alasan untuk tidak berprestasi.

2. Bagi orang tua, keikutsertaan dalam menyukseskan prestasi belajar anak yang baik jangan hanya mengandalkan status sosial ekonomi atau harta yang dimiliki saja, kecenderungan memberikan perhatian secara pribadi berupa perhatian dan motivasi terhadap perkembangan anaknya harus lebih ditingkatkan agar anak tetap dalam jalur prestasi yang baik.

3. Bagi pengelola pendidikan hendaknya memberikan dorongan motivasi yang besar kepada siswa yang perekonomian orang tuanya rendah agar lebih meningkatkan prestasi belajarnya, serta menyediakan


(3)

fasilits-fasilitas belajar secara gratis agar minat belajar siswa bangkit dan siswa akan dengan mudah mencapai prestasi belajar yang diharapakan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Dalyono. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

ke-3 Balai Pustaka. Jakarta: Gramedia

Depdikbud, 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Semarang: Aneka Ilmu

Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Efriana, Cut. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar Mahasiswi Tingkat III Program Studi Diploma III Kebidanan Stikes U’budiyah Banda Aceh. Vol. 1, No. 2, Maret 2012. Diambil dari: http://www.stikesu’budiyah.ac.id/ pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 19.30 Wib

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana. Fitriah, Elis Anisah. 2014. Psikologi Sosial Terapan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Goleman, Daniel. (2000). Emitional Intelligence (terjemahan). Jakata: Gramedia Pustaka Utama.

Gustiyana, H. 2003. Analisis Pendapatan Usaha Tani untuk Produk Pertanian. Jakarta: Salemba Empat.

Hadis, Abdul. 2006. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga: Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan

Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Idrus, Muhammad & Zulchaini. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Gelora. Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


(5)

Muhibbin, Syah. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nana, Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Santrock, John W (Ed). 2007. Psikologi Pendidikan Edisi Ke-2. Penerjemah Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana

Sia, Tjundjing. 2001. Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi

Pada Siswa SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1

Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan: Grasindo Monoratama Silalahi, Ulber MA. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT.Refika

Aditama.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Edisi Revisi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Surna, I Nyoman dan Olga D. Pandeirot (Ed). 2014. Psikologi Pendidikan 1. Jakarta: Erlangga

Suyadi. 2011. Miskin Bukan Halangan Untuk Sekolah. Jogjakarta: Bukubiru. Su’adah, Dra. 2005. Sosiologi Keluarga. Universitas Muhammadiyah Malang. Syawie, Mochamad. 2013. Pendidikan dalam Konteks Sosial Ekonomi (Education

in Social Economic Context). Vol. 18, No. 01, Juni 2013. Diambil dari:

http://www.kemensos.go.id/ pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 20.00 Wib

Sumber lain:

www.academia.edu/9433171/laporan_penelitian_pengaruh_status_perekonomian. Diakses pada tangal 10 Maret 2015 pukul 22.25 WIB.

http://disdik.pemkomedan.go.id/web b/berita/100. Diakses pada tanggal 10/03/2015 pukul 20.18 WIB.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/SMK_Telkom_Medan. Diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 22.02 WIB.

http://hariansib.co/mobile/, diakses pada tanggal 10 Maret 2015 Pukul 10.49 WIB. http://m.beritasatu.com/pendidikan/nilairata-rataujiannasional.html, diakses pada


(6)

www.kompas.com diakses pada tanggal 5 Maret 2015 pukul 22.12 WIB. www.Liputan6.com diakses pada tanggal 8 Maret 2015 pukul 10.00 WIB.