6
tingkat kesehatan juga rendah. Hal tersebut tentunya akan menambah kesulitan bagi para lansia dan keluarganya. Disatu sisi mereka hidup miskin dan harus memperoleh
pekerjaan dan pendapatan yang layak. Lalu bagaimanakah kondisi mereka sebenarnya dan apa yang mestinya dilakukan pemerintah untuk menopang kelangsungan hidup
mereka. Selain itu, faktor keluarga juga amat menentukan di dalam perjalanan hidup para
lansia dimana selama ini diyakini bahwa dukungan penduduk lanjut usia merupakan tanggung jawab keluarga, terutama anak, sesuai dengan nilai yang dianut oleh
kebanyakan masyarakat bahwa menjaga orang tua yang masih berusia lanjut merupakan kewajiban anak sebagai keturunannya Noveria dalam Affandi 2009. Disamping itu,
banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak merupakan tempat bergantung jika mereka sudah tua dan tidak sanggup hidup sendiri, baik karena alasan ekonomi maupun
alasan kesehatan. Nilai-nilai penghargaan terhadap orang tua tersebut tidak akan dapat bertahan,
mengingat perubahan nilai-nilai kehidupan di atas akan berubah seiring dengan perubahan jaman. Hal ini dibuktikan dengan mulai banyak kasus orang tua yang
terlantar, mulai dari gelandangan sampai dengan menumpuknya orang tua di panti jompo. Kondisi ini memaksa mereka untuk tetap menjadi anggota pasar kerja sangatlah
dimungkinkan di masa depan Affandi, 2009
2.2 Lansia dan Permasalahannya
Tesis umum dari teori modernisasi adalah bahwa modernisasi secara relatif menghasilkan lansia dengan status lebih rendah di masyarakat manapun. Hasil
Modernisasi berdampak pada peningkatan harapan hidup dan penurunan fertilitas karena teknologi modern membawa serta sarana untuk peningkatan hidup dan mengontrol
kelahiran Cowgill Holmes, 1972. Konsekuensi dari modernisasi dan urbanisasi tentu akan memberikan kontribusi pada hilangnya banyak kekuasaan dan prestise dari orang
tua dan juga mempengaruhi perawatan lansia Cowgill, 1986. Menurut Chen 2005, penuaan penduduk tentu akan menciptakan tuntutan baru
pada pensiun, dan ketika digabungkan dengan fertilitas rendah, hal tersebut akan menghasilkan beban ekonomi yang lebih berat bagi generasi mendatang. Penuaan
kemungkinan juga membawa tuntutan pada perawatan jangka panjang. Isu yang terkait
7
dengan usia pensiun, pemanfaatan yang efektif dari tenaga usia lanjut dan pengaturan hidup yang tepat untuk orang tua, dan lainnya, dapat mendasari kebijakan penting yang
perlu mendapatkan penanganan. Masalah penuaan membutuhkan komitmen jangka panjang. Kebijakan harus
dibuat sesegera mungkin dengan mempertimbangkan kondisi khusus dari budaya dan kondisi sosial untuk tiap-tiap daerah. Dalam semua negara di dunia, penuaan penduduk
mengubah rasio ketergantungan dan secara dramatis meningkatkan jumlah lanjut usia yang akan membutuhkan perawatan.
Cantor 1989 menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah lansia membawa perubahan dramatis dalam kehidupan keluarga, dalam sifat dan tingkat intervensi yang
diperlukan untuk mendukung populasi yang menua, dan pengertian kita tentang peran keluarga dan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan tersebut. Meskipun orang tua
mengelola secara mandiri dengan hanya biasanya bantuan anggota keluarga, peningkatan jumlah usia lanjut dan orang yang menderita kelemahan dan ketidakmampuan
memerlukan perawatan sosial yang lebih luas. Peningkatan jumlah lansia menimbulkan berbagai masalah sosial dan ekonomi
bagi keluarga dan negara. Perubahan dramatis dalam lingkungan yang lebih besar disebabkan oleh pembangunan ekonomi. Urbanisasi, industrialisasi, migrasi, dan
globalisasi menyebabkan perubahan dalam struktur keluarga dan dukungan antar generasi lansia.
Dalam studi oleh Munsur, et al 2010 tentang latar belakang sosio-ekonomi, pengaturan hidup, status kesehatan dan penyalahgunaan abuse wanita berusia 60 tahun
dan lebih tua di distrik Naogaon pedesaan Bangladesh. Data dikumpulkan dari tujuh desa dengan menggunakan probability proportional to size PPS sampling. Temuan
menunjukkan bahwa mayoritas dari lansia yang diteliti tidak memiliki pendidikan dasar, sebagai tenaga kerja tidak dibayar, janda, tidak memiliki penghasilan dan secara
ekonomi tergantung pada orang lain. Analisis pengaturan hidup dari responden, menunjukkan bahwa sebagian besar hidup dengan anak-anak yang sudah menikah.
Sebuah interpretasi positif temuan ini bahwa pengaturan hidup lansia perempuan Bangladesh yang menguntungkan bagi kesejahteraan mereka secara keseluruhan, karena
tinggal bersama dengan kerabat merupakan sumber terpercaya dari bantuan dan dukungan.
Sebagian besar lansia menyatakan bahwa status kesehatan mereka “tidak sehat” dan mereka kebanyakan menderita penyakit terkait arthritis dan memperoleh
8
perawatan dari dokter desa. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa status perkawinan responden, status pekerjaan, pendapatan bulanan keluarga, dan kebiasaan
keracunan habit of intoxication secara signifikan mempengaruhi status kesehatan lansia perempuan. Selanjutnya, analisis penyalahgunaan abuse menunjukkan bahwa
sekitar 35 persen disalahgunakan, terutama secara mental karena kemiskinan. Analisis multivariat menunjukkan bahwa usia responden, status perkawinan, tingkat pendidikan
dan status pekerjaan secara signifikan mempengaruhi penyalahgunaan abuse lansia perempuan. Temuan menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara pengaturan hidup,
status kesehatan, dan penyalahgunaan abuse. Penelitian Milligan, K. Tammy, S. 2008 tentang lansia bekerja, dari hasil
surveI diperoleh tanggapan responden mengenai sikap tentang pekerjaan dan pension, diperoleh bahwa sebagian besar menyatakan memilih untuk berhenti bekerja ketika
mereka pensiun dan banyak dari mereka yang ingin melanjutkan akan mencari pengaturan paruh waktu.
2.3 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan telah dilakukan mengkhususkan pada model status pekerjaan lansia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Studi pendahuluan dilakukan di
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, dengan pertimbangan di Kabupaten Badung, Kecamatan Mengwi memiliki penduduk lansia paling banyak 35,75. Data studi
pendahuluan diperoleh melalui penyebaran angket kepada para lansia yang berumur 60- 74 tahun dan sudah pensiun. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
purposive sampling, terhadap 140 orang responden. Variabel penelitian ini yaitu: tingkat pendidikan, status dalam rumah tangga, status kawin, lama sakit dalam seminggu,
adatidak tanggungan, tunjangan hari tua, dan status pekerjaan lansia. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis log-linier. Berdasarkan hasil studi pendahuluan
diperoleh bahwa status pekerjaan lansia berinteraksi dengan adatidaknya tanggungan dan adatidaknya tunjangan hari tua, status pekerjaan lansia berinteraksi dengan status
dalam rumah tangga dan lama sakit dalam seminggu, status pekerjaan lansia berinteraksi dengan status kawin dan adatidaknya tunjangan hari tua, serta status dalam rumah
tangga berinteraksi dengan status kawin dan lama sakit dalam seminggu. Sehingga disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi lansia masih bekerja adalah status
dalam rumah tangga, status kawin, lama sakit dalam seminggu, adatidaknya