14
3.  Melakukan  teknik  analisis  multivariate  menggunakan  analisis  regresi  logistik untuk  menentukan  faktor-faktor  yang  memengaruhi  status  kesehatan,  status
jaminan  sosial  dan  status  pekerjaan  lansia.  Analisis  regresi  logistik  menurut Hosmer dan Lemeshow 2000 merupakan metode regresi dengan variabel respon
Y merupakan kategorik  atau dikotomi, sedangkan variabel  bebasnya merupakan variabel kategorik dan atau kontinu.
Model regresinya adalah
p p
x x
x x
x x
g 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
2 2
1 1
1 ln
Dengan: β = parameter  regresi
x = variabel bebas Semua data diedit, dikumpulkan, dan kemudian dianalisis menggunakan bantuan
program statistik SPSS 19.0. Bagan alir penelitian selengkapnya dapat dilihat pada diagram fishbone diagram di
halaman 15.
15
16
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1  Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia  Perdesaan Provinsi Bali
Penelitian  ini  adalah  penelitian  tahun  pertama  yang  memfokuskan  pada determinan dari status kesehatan, status jaminan sosial dan status pekerjaan berdasarkan
karakteristik sosial ekonomi lanjut usia di perdesaan di Provinsi Bali. Data yang diambil merupakan  hasil  jawaban  responden  lansia  terhadap  kuisioner  yang  disebar  di  delapan
kabupaten  di  Bali.  Data  yang    terkumpul  adalah  sebanyak  430  data.    Hasil  analisis deskriptif karakteristik sosial ekonomi lansia perdesaan Provinsi Bali dapat dilihat pada
Tabel 5.1 berikut: Tabel 5.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Lansia  Perdesaan Provinsi Bali
Variabel N
Variabel N
Status Bekerja 1. Tidak Bekerja
2. Bekerja 141
289 32,8
67,2 Ada tidak Tanggungan
1. Tidak ada 2. Ada
285 145
66,3 33,7
Jenis Kelamin 1. Laki-laki
2. Wanita 231
199 53,7
46,3 Status Kesehatan
1. Tidak sehat 2. Sehat
159 271
37,0 63,0
Status Kawin 1. Belum Kawin
2. Kawin 3. Cerai Hidup
4. Cerai Mati 12
331 6
81 2,8
77,0 1,4
18,8 Tunjangan Hari Tua
1. Tidak ada 2. Ada
349 81
81,2 18,8
Tingkat Pndidikan 1. Tidak sekolah
2. SD 3. SMP
4. SMA 5. PT
193 180
26 20
11 44,9
41,9 6,0
4,7 2,6
Pendapatan 1. Tidak ada
2.  Rp.500.000 3. 500.000-1 juta
4.  1 Juta 143
132 97
58 33,3
30,7 22,6
13,5
Status dalam Rumah Tangga
1.Anggota Rumah Tangga
2. Kepala Rumah Tangga
251 179
58,4 41,6
Pendapatan Keluarga 1.  1 juta
2. 1.000.001 – 2 juta
3.  2 juta 181
169 80
42,1 39,3
18,6
Tabel  5.1 menunjukkan  bahwa sebagian besar lansia mempunyai  status  bekerja, yaitu  sebanyak  67,2  dan  32,8  tidak  bekerja.  Sebagian  besar  responden  menyatakan
alasan  mereka  masih  bekerja  karena  secara  fisik  dan  mental  masih  merasa  mampu  dan kuat bekerja dan desakan ekonomi berupa pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang
17
semakin  besar.  Alasan  ekonomi  yang  menjadi  sebab  lansia  bekerja  juga  dikemukakan oleh  Sigit  1988,  dengan  masih  bekerjanya  lansia  berarti  mereka  masih  dapat
menghidupi  dirinya  sendiri.    Bahkan    tidak    sedikit    lansia    yang    masih    menghidupi keluarga  anaknya  yang  tinggal bersamanya, karena mereka hidup dalam keluarga yang
tidak mampu. Deskripsi responden menurut adatidaknya tunjangan hari tua, diperoleh sebagian
besar  lansia  81.2  tidak  mempunyai  tunjangan  hari  tua,  dan  sisanya  mempunyai tunjangan hari tua, seperti tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia
JSLU,  maupun  tunjangan  lainnya.  Status  kesehatan  lansia,  menunjukkan  sebagian besar  responden
63  dari  430  total  lansia  mempunyai  status  sehat,  sedangkan  sisanya 37  menyatakan  tidak  sehat.    Karakteristik  lansia  yang  lain,  hasil  penelitian
menunjukkan  bahwa  53.7  responden  adalah  lansia  laki-laki  dan  46,3  lansia  wanita. Status  kawin  lansia  menunjukkan  bahwa  77  dengan  status  kawin,  18.8  status  cerai
mati,  dan  sisanya  terdiri  dari  status  belum  kawin  dan  cerai  hidup.  Responden  menurut statusnya  dalam  rumah  tangga,  menunjukkan  58.4  anggota  rumah  tangga  dan  41.6
merupakan  kepala  rumah  tangga.    Karakteristik  responden  menurut  adatidaknya tanggungan  dalam  rumah  tangga,  diperoleh  sebagian  besar  lansia,  yaitu  66,3  tidak
mempunyai tanggungan, sedangkan sisanya menyatakan mempunyai tanggungan. Variabel tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa sebagian besar lansia
mempunyai tingkat pendidikan Tidak Sekolah sebesar 44,9, SD 41,9, sisanya 13,2 dengan  status  SMP,  SMA,  dan  Perguruan  Tinggi.  Secara    keseluruhan,    tingkat
pendidikan    lansia    umumnya    rendah,    seperti    halnya    kondisi  pendidikan  penduduk Indonesia  pada  umumnya.  Kondisi  demikian  sangat  dimaklumi  mengingat  kebanyakan
lansia pada saat usia sekolah, mereka hidup dalam jaman penjajahan pada masa itu, dan besar  kemungkinan  bahwa  hanya  sedikit  dari  mereka  bersekolah,  selain  itu  juga  sarana
pendidikan masih sangat terbatas dibandingkan sekarang. Deskripsi  responden  menurut  pendapatan,  diperoleh  33,3  lansia  tidak
mempunyai  pendapatan,  30,7  dengan  pendapatan  kurang  dari  Rp.  500.000,-, pendapatan  Rp.  500.000
– 1.000.000,- sebesar 22,6, dan untuk pendapatan lebih dari Rp.1.000.000,-  sebesar  13,5.  Sebagian  besar  pendapatan  responden  rendah.  Hal  ini
disebabkan  sewaktu  masih    muda    mereka    terserap    di    bidang    pertanian,    sehingga ketika    mereka    sudah  lanjut    usia    seperti    sekarang,    pekerjaan-pekerjaan    pertanian
sudah    tidak    mampu  lagi    mereka    kerjakan.    Dengan    demikian    mereka    tidak
18
mempunyai    pekerjaan.  Sama    halnya    dengan    responden    yang    bekerja    di    sektor industri.    Tingkat  pendidikan    yang    ditamatkan    responden    sejalan    dengan    tingkat
pekerjaan    dan  pendapatan    yang    diperoleh.    Karena    tingkat    pendidikan    responden rendah dan pekerjaan  yang  mereka  peroleh  adalah  di  sektor  informal,  penghasilan
mereka  rendah.    Dengan    kondisi    seperti    itu,    mereka    tidak    dapat    menabung menyisihkan  uang    untuk    hari    tua.    Ketika    mereka    berhenti    dari    pekerjaan    tidak
mendapatkan  tunjangan    kesejahteraan    hari    tua,    sehingga    kondisi  di  lapangan mayoritas  responden  mempunyai pendapatan  per  bulan  sangat  sedikit.
Deskripsi  pendapatan  keluarga  responden  diperoleh  sebanyak    42,1  dari  430 lansia  dengan  pendapatan  kurang  dari  Rp.  1.000.000,-,  pendapatan  antara  Rp.
1.000.001,- –  Rp.  2.000.000,-  sebanyak  39,3,  dan  pendapatan  lebih  dari  Rp.
2.000.000,- sebesar 18,6. Deskripsi responden menurut ketergantungan ekonomi lansia terhadap anggota keluarga lain, menunjukkan bahwa 58,8 menyatakan tergantung, dan
41,2  menyatakan  tidak  tergantung  secara  ekonomi  terhadap  anggota  keluarga  lain. Jawaban responden mengenai pertanyaan apakah merasa puas terhadap kondisi ekonomi
mereka  saat  ini,  diperoleh  54,7  responden  menyatakan  tidak  puas  dan  45,3 menyatakan puas terhadap kondisi ekonomi mereka
.
5.2 Model Status Pekerjaan Lansia
Masa  pensiun  seharusnya  diisi  dengan  menikmati  hari  tua  bersama  anak  dan cucu-cucunya, tetapi kenyataan di Provinsi  Bali terutama di pedesaan masih ada 67,2
lansia  yang  berstatus  bekerja.  Alasan  terbesar  lansia  ini  masih  bekerja  adalah  untuk menambah  penghasilan  dan  membantu  keuangan  keluarga.  Pekerjaan  yang  paling
banyak  ditekuni  adalah  pekerjaan  kasar  seperti    buruh  tani,  buruh  bangunan,  dan sebagian lagi pedagang.
Faktor-faktor  apa  saja  yang  memengaruhi  lansia  tersebut  masih  bekerja  dapat dijelaskan  dengan  melakukan  analisis  statistic  univariat  dan  multivariate.  Analisis
univariat dilakukan untuk melihat adatidaknya keterkaitan antara status pekerjaan lansia dengan  karakteristik  sosial  ekonomi  menggunakan  statistik  uji  khi  kuadrat.  Hipotesis
untuk uji ini adalah: Ho: Tidak ada keterkaitan status pekerjaan dengan variable karakteristik sosial
ekonomi