Model Status Tunjangan Hari Tua Lansia

25 Tabel 5.7 Hasil Uji Regresi Logistic Multivariate Status Tunjangan Hari Tua Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. ExpB Step 1 a Umur 0.038 0.022 3.024 1 0.082 1.039 JenisKlmn -0.581 0.432 1.808 1 0.179 0.560 StatusKwn 0.251 0.199 1.593 1 0.207 1.285 Pendidik 0.855 0.166 26.527 1 0.000 2.351 StatusRT -0.114 0.426 0.071 1 0.789 0.892 Tanggungan 0.409 0.325 1.578 1 0.209 1.505 StatKeshtn 0.531 0.336 2.494 1 0.114 1.700 StatKerja -0.477 0.445 1.151 1 0.283 0.620 Pendptan 0.233 0.196 1.413 1 0.234 1.262 PendKeluarga 0.019 0.212 0.008 1 0.929 1.019 PuasTarget 0.473 0.319 2.202 1 0.138 1.605 EkoTergntg -0.385 0.313 1.510 1 0.219 0.680 Constant -6.767 2.431 7.747 1 0.005 0.001 a. Variables entered on step 1: Umur, JenisKlmn, StatusKwn, Pendidik, StatusRT, Tanggungan, StatKeshtn, StatKerja, Pendptan, PendKeluarga, PuasTarget, EkoTergntg. 26

BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

6.1 Rencana Tahap Penelitian Tahun II

Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama untuk daerah perdesaan ditemukan sebagian besar lansia masih bekerja dan minimya lansia yang mempunyai jaminan sosial seperti asuransi hari tua, pensiunan, jaminan sosial lanjut usia JSLU, dan jenis jaminan sosial lainnya. Berdasarkan hal tersebut muncul pertanyaan, bagaimanakah kondisi lansia di perkotaan Provinsi Bali? Apakah rekomendasi kebijakan yang diberikan berdasarkan hasil penelitian di perdesaan ini dapat dijadikan acuan untuk revisi kebjakan kesejahteraan lansia di perkotaan? Apakah model dari status kesehatan, status jaminan social, dan status pekerjaan lansia untuk lansia perdesaan bisa menjadi acuan untuk menyusun kebijakan lansia perkotaan? Bagaimanakah latar belakang, kondisi status kesehatan, status jaminan sosial, dan status pekerjaan lansia di perkotaan? Berdasarkan beberapa pertanyaan penelitian tersebut di atas, maka penelitian lanjutan untuk lansia di daerah perkotaan menjadi sangat penting untuk dilakukan. Sehingga nantinya akan diperoleh model yang bersifat menyeluruh untuk Provinsi Bali khususnya, dan dapat menjadi rekomendasi untuk provinsi lain yang memiliki karakteristik demografi lansia yang mirip. 27

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Latar belakang sosial ekonomi lansia diperoleh sebagian besar lansia mempunyai status bekerja, yaitu sebanyak 67,2 dan 32,8 tidak bekerja. Alasan masih bekerja, sebagian besar responden menyatakan karena secara fisik dan mental masih merasa mampu dan kuat bekerja dan desakan ekonomi berupa pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin besar. Deskripsi responden menurut adatidaknya tunjangan hari tua, diperoleh sebagian besar lansia 81.2 tidak mempunyai tunjangan hari tua, dan sisanya mempunyai tunjangan hari tua, seperti tunjangan pensiun, asuransi hari tua, Jaminan sosial lanjut usia JSLU, maupun tunjangan lainnya. Status kesehatan lansia, menunjukkan sebagian besar responden 63 dari 430 total lansia mempunyai status sehat, sedangkan sisanya 37 menyatakan tidak sehat. Karakteristik lansia yang lain, hasil penelitian menunjukkan bahwa 53.7 responden adalah lansia laki-laki dan 46,3 lansia wanita, dengan status kawin sebesar 77, 18.8 status cerai mati, dan sisanya terdiri dari status belum kawin dan cerai hidup. Responden menurut statusnya dalam rumah tangga, menunjukkan 58.4 anggota rumah tangga dan 41.6 merupakan kepala rumah tangga. Karakteristik responden menurut adatidaknya tanggungan dalam rumah tangga, diperoleh sebagian besar lansia, yaitu 66,3 tidak mempunyai tanggungan, sedangkan sisanya menyatakan mempunyai tanggungan, dengan rata-rata tanggungan 2 orang. Sebagian besar lansia mempunyai tingkat pendidikan Tidak Sekolah sebesar 44,9, SD 41,9, sisanya 13,2 dengan status SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Secara keseluruhan, tingkat pendidikan lansia umumnya rendah. Mayoritas responden mempunyai pendapatan per bulan sangat sedikit. Deskripsi pendapatan responden diperoleh 33,3 lansia tidak mempunyai pendapatan, 30,7 dengan pendapatan kurang dari Rp. 500.000,-, pendapatan Rp. 500.000 – 1.000.000,- sebesar 22,6, dan pendapatan lebih dari Rp.1.000.000,- sebesar 13,5. Deskripsi pendapatan keluarga responden diperoleh sebesar 42,1 dari 430 lansia dengan pendapatan kurang dari Rp. 1.000.000,-, pendapatan antara Rp. 1.000.001,- – Rp. 28 2.000.000,- sebesar 39,3, dan pendapatan lebih dari Rp. 2.000.000,- sebesar 18,6. Deskripsi responden menurut ketergantungan secara ekonomi terhadap anggota keluarga lain, menunjukkan bahwa 58,8 menyatakan tergantung, dan 41,2 menyatakan tidak tergantung secara ekonomi terhadap anggota keluarga lain. Sebanyak 54,7 responden menyatakan tidak puas dan 45,3 menyatakan puas terhadap kondisi ekonomi mereka saat ini . Model yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara status pekerjaan lansia dengan variabel karakteristik sosial ekonomi lansia adalah model regresi logistic biner. Hasil uji diperoleh variabel-variabel yang berpengaruh pada status bekerja lansia, yaitu: umur, ada tidaknya tunjangan hari tua, dan besarnya pendapatan keluarga. Model terbaik yang diperoleh adalah: tan 421 . 2 459 . 3 152 . 204 . 16 ˆ Pendp a TunjHariTu Umur x g     1 Model 1 mengindikasikan bahwa dengan bertambahnya umur lansia dan ketika lansia mempunyai tunjangan hari tua, hal tersebut akan mengurangi keinginan lansia untuk bekerja. Variabel besaran pendapatan lansia menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan akan menaikkan keinginan lansia untuk bekerja. Variabel-variabel yang berpengaruh pada status kesehatan lansia adalah variabel umur dan pendapatan keluarga, dengan model terbaik yang diperoleh adalah: a PendKelu Umur x g arg 309 . 033 . 180 . 1 ˆ     2 Model 2 mengindikasikan bahwa bertambahnya umur akan menurunkan derajat kesehatan lansia dan peningkatan pendapatan keluarga akan menurunkan persepsi responden mengenai status kesehatannya. Lansia dengan pendapatan keluarga yang tergolong tinggi cenderung mempersepsi diri mempunyai status kesehatan tidak sehat. Berbeda dengan lansia dengan pendapatan keluarga yang tergolong rendah cenderung mempersepsi diri bahwa status kesehatan mereka sehat. Variabel tingkat pendidikan lansia berpengaruh signifikan terhadap status tunjangan hari tua, dengan model terbaik yang diperoleh adalah: Pendidikan x g 855 . 767 . 6 ˆ    3 Berdasarkan model 3 dapat dinyatakan bahwa meningkatnya tingkat pendidikan lansia akan meningkatkan peluang mempunyai tunjangan hari tua.