Toksikologi dan Kerusakan Hepar

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU spesifik hepar dan kekacauannya, dapat ditegakkan prinsip-prinsip umum tertentu yaitu: a. Karena hepar memegang peranan penting pada peristiwa metabolisme umum, disfungsi akut atau kronik hepar sering mengakibatkan gangguan biokimia. b. Hepar mempunyai banyak kapasitas cadangan, sehingga disfungsi yang sedikit atau sedang tidak dapat digambarkan dengan perubahan parameter metabolisme tertentu, misalnya test fungsi hepar berdasarkan biosintesis atau aktivitas metabolisme nilainya terbatas. c. Beberapa fungsi hepar lebih sensitif terhadap cidera dari fungsi pada fungsi lainnya, sehingga cidera hepar dapat atau tidak dapat ditunjukkan oleh test-test tertentu. d. Herpar melakukan banyak fungsi, oleh sebab itu tidak ada satu test pun yang merupakan ukuran efektif total fungsi hepar. Oleh karena itu, diperlukan penguasaan banyak fungsi biokimia dan metabolisme yang dimiliki organ ini. Selain merupakan organ parenkim yang paling besar, hepar juga menduduki urutan pertama dalam hal jumlah, kerumitan dan ragam fungsi. Hepar sangat berperan penting mempertahankan hidup dan berperan dalam hampir setiap fungsi metabolik tubuh, dan terutama bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktivitas berbeda. Untunglah hepar memiliki kapasitas cadangan yang besar, dan hanya membutuhkan 10-20 jaringan yang berfungsi untuk tetap bertahan mensekresikan sekitar 500-1000 ml empedu kuning setiap hari. Unsur utama empedu adalah air 97, elektrolit, garam empedu, fosfolipid terutama listerin, kolestrol, garam organik, dan pigmen empedu terutama bilirubin terkonjugasi Price Wilson, 2005.

2.4 Toksikologi dan Kerusakan Hepar

Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan adverse effect dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Gabungan antara berbagi efek potensial merugikan serta terdapatnya beraneka ragam bahan kimia dilingkungan Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU kita membuat toksikologi sebagai ilmu yang sangat luas, sedangkan toksikologi lingkungan umumnya merupakan suatu studi tentang efek daripolutan terhadap lingkungan hidup serta bagaimana hal ini dapat mempengaruhi ekosistem. Pencegahan keracunan memerlukan perhitungan terhadap toxicity hazard, risk, dan safety. Hazard suatu zat kimia berarti kemungkinan zat kimia tersebut menimbulkan cedera, hazard dapat diterjemahkan sebagai bahaya dalam bahasa Indonesia. Hazard berbeda pengertiannya dengan toxicity toksisitas, yang berarti “deskripsi dan kuantifikasi sifat-sifat toksis suatu zat kimia”. Hazard dapat berbeda tergantung cara pemaparan zat kimia tersebut. Zat x dalam bentuk cair misalnya akan lebih berbahaya hazardous daripada bentuk granul karena lebih mudah menempel di kulit dan diserap. Suatu zat kimia dalam bentuk gas akan menimbulkan hazard lebih besar daripada bentuk cair, karena dapat menyebar luas di udara dan mengenai banyak orang sekaligus. Namun bila gas disimpan dalam tangki dengan baik atau dalam kamar sejuk, maka hazard akan lebih kecil. Hal ini tertutama tergantung dari besarnya dosis yang masuk ke dalam tubuh. Sedagkan semakin besarpemaparan terhadap zat kimia, semakin besar pula resiko keracunan. Resiko dapat dihitung dengan angka, antara lain dikenal sebagai relative risk, attribute risk, dan sebagainya Kusnoputranto, 1996. Bahan-bahan toksik dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, tergantung dari berbagai minat dan keperluan pengelompokannya. Sebagai contoh, bahan toksik dapat diklasifikasikan sesuai dengan organ targetnya hepar, ginjal, sistem hematopoietik, berdasarkan penggunaannya pestisida, solvenpelarut, aditif makanan, berdasarkan efeknya kanker, mutasi, dan kerusakan hepar, berdasarkan sumbernya toksin tumbuhan, toksin hewan. Bahan-bahan toksik juga dapat diklasifikasikan menurut keadaan fisiknya gas, debu, cair, keperluan labelnya mudah meledak, mudah terbakar, oksidier kandungan kimianya aromatic amine, arhalogenated hydrocarbon. Klasifikasi bahan toksis berdasarkan mekanisme biokimiawinya sulfhydril inhibitor, produser methemoglobin biasanya lebih informatif dibandingkan dengan klasifikasi menurut terminologi umum seperti iritan dan korosif. Hepar dapat berhubungan mudah melalui vena porta, zat yang diserap dari lambung, usus dan ginjal karena fungsi ekskresinya berhubungan erat sekali Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU dengan darah dan zat yang terdapat di dalamnnya Jill, 1999. Hepar dapat mengalami beberapa jenis kerusakan, seperti sirosis, nekrosis, steatosis, dan hepatitis. Sirosis ialah kondisi fibrosis dan pembentukan jaringan parut yang disfus di hepar. Jaringan hepar normal digantikan oleh nodus-nodus fibrosa keras serta pita-pita fibrosa yang mengerut dan mengelilingi hepatosit. Penyebabnya adalah infeksi, misalnya hepatitis, obstruksi saluran empedu di kanalikulus, pecahnya kanalikulus, dan cedera hepatosit akibat toksin Corwin, 2009. Nekrosis ialah kerusakan sel hati yang ditandai dengan tampaknya fragmen sel, atau sel hepar nekrotik tanpa pulasan inti atau tidak tampaknya sel disertai reaksi radang, kolaps, atau bendungan rangka hepar dengan eritrosit. Kelainan ini adalah lanjutan dari degenerasi dan kerusakan irreversible Hirmawan, 1973. Ada dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis adalah pencernaan oleh enzim, dan denaturasi oleh protein Lu, 1994. Kerusakan hepar lainnya yaitu statosis merupakan perlemakan hepar yang ditandai dengan adanya penimbunan lemak atau lipid dalam hepar dan hepatisis merupakan peradangan hepar yang disebabkan oleh infeksi atau toksin termasuk alkohol. Hepatitis merupakan penyakit yang dapat menular Corwin, 2009.

2.5 Rokok

Dokumen yang terkait

Gambaran Histologis Ginjal Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW Setelah Pembersihan Ekstrak n-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

3 64 64

Pengaruh Pemberian Vitamin C Dan E Terhadap Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus musculus L.) Yang Dipajankan Monosodium Glutamat (MSG)

3 83 66

Gambaran Histologis Pulmo Mencit Jantan (Mus Musculus L.) Setelah Dipapari Asap Rokok Elektrik

9 102 61

Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium DC.) Selama Masa Pra Implantasi Dan Pasca Implantasi

8 98 100

Pengaruh Paparan Asap Rokok Elektrik Terhadap Motilitas, Jumlah Sel Sperma Dan Kadar MDA Testis Mencit Jantan (Mus musculus, L.)

10 92 71

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hepar - Gambaran Histologis Hepar Mencit Jantan (Mus musculus L) Strain DDW Setelah Dipajankan Asap Rokok Elektrik Dengan Rasa Gudang Garam Dan Strawberry

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pernapasan - Gambaran Histologis Pulmo Mencit Jantan (Mus Musculus L.) Setelah Dipapari Asap Rokok Elektrik

0 0 13

GAMBARAN HISTOLOGIS PULMO MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH DIPAPARI ASAP ROKOK ELEKTRIK SKRIPSI NANIN TRIANA

0 0 13

Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium DC.) Selama Masa Pra Implantasi Dan Pasca Implantasi

0 0 43

Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium DC.) Selama Masa Pra Implantasi Dan Pasca Implantasi

0 0 6