DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
4.2 Morfologi Hepar
Hasil pengamatan terhadap berat hepar mencit jantan dengan perlakuan pemaparan asap rokok elektrik rasa strawberry dan Gudang Garam dapat dilihat
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Morfologi Hepar Mencit yang dipaparkan asap rokok elektrik dengan kandungan rasa strawberry dan Gudang Garam
Perlakuan Ulangan n
Pengamatan Warna
Permukaan P0
8 87,50 N
100 N 12, 50 P
P1 8
62,50 N 62,50 N
37,50 P 37, 50 AN
P2
8 50,00 N
62,50 N 50,00 P
37, 50 AN Keterangan: Warna= Normal N; AbnormalPucat ANP
Permukaan= Normal N; Abnormal AN. Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa terjadi perubahan baik pada warna dan
permukaan hepar. Organ hepar yang normal memiliki warna yang merah kecoklatan dan permukaan yang halus atau tidak berbintik Gambar a, sedangkan
organ hepar yang mengalami perubahan morfologi tampak pucat dan permukaannya berbintik Gambar b.
a b Gambar 4.2 Morfologi Hepar Mencit.
a Morfologi hepar mencit pada K0 tanpa perlakuan; b Morfologi hepar mencit pada P2 yang
dipaparkan asap rokok elektrik rasa Gudang Garam.
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat adanya perbedaan warna morfologi hepar. Pada K0 Gambar 4.2.a warna hepar merah kecoklatan dan permukaan
halus bila dibandingkan pada P2 Gambar 4.2.b warna hepar merah pucat dan permukaan yang berbintik-bintik. Kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa warna
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
dan permukaan pada K0 adalah normal sedangkan pada P2 adalah abnormal. Hal ini didukung oleh pernyataan Robins Kumar 1992, bahwa hati yang normal
memiliki permukaan rata dan halus serta berwarna merah kecoklatan, sedangkan hati yang abnormal memiliki permukaan seperti jaringan ikat, kista maupun
bintik-bintik dan mengalami perubahan warna.
4.3 Tingkat Kerusakan Hepatosit
Hasil pengamatan terhadap tingkat kerusakan hepatosit setelah perlakuan pemaparan asap rokok elektrik dengan perbedaan rasa yaitu rasa strawberry dan
Gudang Garam telah dilakukan uji analisis statistik. Dari data tersebut ditemukan kerusakan sel hepar atau hepatosit yang dipaparkan asap rokok elektrik
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kontrol blank K0. Rata-rata skor tingkat kerusakan hepatosit mencit pada K0 73,25 dan P1 116,971,
sedangkan rata-rata skor tingkat kerusakan hepatosit pada P2 118,44. Grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini.
Gambar 4.3 Tingkat Kerusakan Hepatosit Mencit yang dipaparkan asap
rokokelektrik dengan kandungan rasa strawberry dan Gudang Garam. K0
= Kontrol mencit tidak diberi perlakuan apapun selain pakan; P1 = Perlakuan 1, mencit dipaparkan asap rokok elektrik
rasa strawberry; P2 = Perlakuan 2, mencit dipaparkan asap rokok elektrik rasa Gudang Garam, huruf yang berbeda pada perlakuan
berbeda menunjukkan berbeda nyata p 0,05.
Berdasarkan Gambar 4.3 tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kerusakan hepatosit yang nyata antara mencit kontrol K0 dengan
a a
a
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
perlakuan P1 dan P2. Juga tidak terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan P1 dengan perlakuan P2. Hal ini mungkin disebabkan zat-zat yang dikandung oleh
rokok elektrik belum menimbulkan efek bahaya bagi hepar meskipun secara angka telah terjadi peningkatan kerusakan hepatosit. Namun dari skor yang
didapatkan kerusakan nekrosis pada P1 dan P2 lebih banyak bila dibandingkan dengan kontrol K0. Hal ini mungkin disebabkan karena kandungan yang
dimiliki oleh rokok elektrik tersebut bersifat toksik terhadap hepar. Hepatotoksisitas akibat senyawa kimia merupakan komplikasi potensial
yang hampir selalu ada pada setiap senyawa kimia yang diberikan karena hepar merupakan pusat disposisi metabolik dari semua obat dan bahan asing yang
masuk termasuk asap rokok elektrik. Sebagaimana yang dinyatakan Robins Kumar 1992 bahwa kerusakan sel hepar jarang disebabkan oleh suatu substansi
secara langsung, melainkan seringkali oleh metabolit zat toksik dari substansi yang bersangkutan. Hepar merupakan organ paling sering rusak Lu 1995.
Metabolisme berbagai senyawa terutama terjadi dalam hepar, sehingga kemungkinan terjadinya kerusakan organ ini menjadi sangat besar Powel
piper, 1989. Apabila proses metabolisme tidak berjalan dengan normal, maka akan menimbulkan berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit yang terjadi
di hepar. Sel-sel yang terdapat di hepar akan terdeposit sehingga akan mengalami perubahan Jati, 2008.
Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap gambaran mikroskopis hepar yang diberi pemaparan asap rokok elektrik kandungan rasa strawberry dan gudang
garam ditemukan adanya hepatosit normal dan hepatosit yang mengalami perubahan berupa degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik dan nekrosis.
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
Gambaran histologis hepar antara kelompok kontrol dengan perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.3.1.
Gambar 4.3.1 Mikroskopis Hepatosit Setelah Pemaparan Asap Rokok Elektrik Kandungan Rasa Strawberry dan Gudang Garam
dengan Pewarnaan HE dan Perbesaran 400X . A. Kontrol
tanpa perlakuan; B. Perlakuan rokok elektrik Rasa Strawberry P1; C. Perlakuan rokok elektrik rasa Gudang Garam P2; a.
Hepatosit normal, b. Nekrosis, c. Vena sentral.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa terdapat kerusakan nekrosis pada setiap perlakuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh paparan asp rokok yang
diberikan kepada hewan percobaan. Dari gambar dapat dilihat kerusakan nekrosis ditandai dengan hancurnyaa inti sel dan inti sel yang tidak teratur dan warna inti
yang gelap. Menurut Prince Wilson 2006, nekrosis adalah kematian akibat terpapar stimulus eksogen seperti zat-zat kimia sehingga terjadi perubahan
morfologi sel yang mati berupa penyusutan inti sel dengan batas yang tidak teratur dan berwarna gelap, hancurnya inti dengan pecahan-pecahan kromatin.
Menurut Bhara 2004, kerusakan hepar berhubungan erat dengan perdarahannya dan suatu susunan unit yang lebih kecil yaitu asinus hepar,yang
merupakan konsep terbaru dari unit fungsional hepar terkecil. Hepatosit
a b
c
A B
C
10 µm 10 µm
10 µm
Keterangan:
a. HepatositNormal
b. Nekrosis
c. Vena Sentral
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
merupakan sel dengan bentuk polihedral yang mempunyai permukaan 6 atau lebih, dengan membran sel yang jelas dan inti bulat di tengah. Menurut Robins
Kumar 1992, kerusakan hepar akibat senyawa kimia ditandai dengan lesi biokimiawi yang memberikan rangkaian perubahan fungsi dan struktur. Beberapa
perubahan struktur hepar akibat senyawa kimia yang dapat tampak dalam pengamatan mikroskopis seperti, radang, fibrosis, degenerasi, dan nekrosis.
Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan pada organime hidup. Inti sel yang mati terlihat lebih kecil, kromatin dan serabut retikuler menjadi berlipat-lipat. Inti
menjadi lebih padat dan kemudian sel menjadi eosinofilik Kasno, 2003.
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Pemaparan asap rokok elektrik kandungan rasa strawberry dan Gudang Garam
pada mencit dapat menurunkan berat hepar mencit secara tidak nyata p
0,05.
b. Tingkat kerusakan hepatosit mencit yang dipaparkan asap rokok elektrik rasa
strawberry dengan yang dipaparkan asap rokok elektrik rasa Gudang Garam tidak memiliki perbedaan yang nyata p 0,05, yaitu 116,971 pada rasa
strawberry dan 118,444 pada rasa Gudang Garam.
c. Pemaparan asap rokok elektrik rasa strawberry dan rasa Gudang Garam dapat
mempengaruhi gambaran histologis mikroskopis hepar mencit, ditandai dengan adanya sel hepatosit yang mengalami degenerasi parenkimatosa,
binuklear, degenerasi hidropik, dan nekrosis yang meningkat pada perlakuan
dibandingkan dengan kontrol.
5.2 Saran