16
asli tersebut akan dapat dijaga, dikembangkan dan dilestarikan keasliannya untuk mendukung industri pariwisata.
2.3. Sistem Agribisnis
Agribisnis terbentuk dari dua unsur kata yaitu agri yang berasal dari agriculture
pertanian dan bisnis dari kata business
usaha. Jadi agribisnis adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang berhubungan dengan pertanian dalam arti luas, yaitu usaha yang
ditunjang oleh kegiatan petani Soekartawi, 1991. Agribisnis ada pula yang menyebutnya agrobisnis merupakan
suatu cara lain untuk melihat pertanian sebagai suatu sistem bisnis yang terdiri dari beberapa subsistem yang terkait satu sama lain. Dalam
agribisnis dikenal konsep agribisnis sebagai suatu sistem dan agribisnis sebagai suatu usaha perusahaan. Di samping itu dikenal azas-azas
dalam pengembangan agribisnis suatu komoditas, seperti yang dikemukakan oleh Sudaryanto dan Prayogo, 1993. Beberapa azas yang
perlu diterapkan dalam pengembangan agribisnis, antara lain adalah: terpusat
centrality, efisien
efficiency, menyeluruh dan terpadu
holistic and integrated,
dan kelestarian lingkungan sustainable ecosystem.
Agribisnis pada dasarnya menekankan pada cara pandang yang melepaskan diri dari sebuah “tradisi” konvensional yang selama ini dianut,
ketika berbicara tentang pertanian. Pertanian tidak hanya dipandang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
sebagai suatu kegiatan on farm
semata-mata saja, akan tetapi mencakup berbagai subsistem dalam keseluruhan sistem, yang disebut agribisnis.
Agribisnis bukanlah sekedar bertujuan untuk membuat kegiatan pertanian menjadi berdaya saing saja akan tetapi lebih penting dari itu, yaitu dapat
menciptakan petani untuk lebih produktif dan sejahtera. Dalam sistem agribisnis adalah salah satu subsistem yang
bersama-sama subsistem lain membentuk sistem agribisnis. Sistem agribisnis terdiri dari subsistem input agroindustri hulu, usahatani
pertanian, out put agroindustri hilir, pemasaran dan penunjang Masyhuri, 1994.
Sedangkan agribisnis sendiri merupakan semua kegiatan yang terlibat aliran sistem komoditas dari masukan usahatani, usahatani dan
pemrosesan, penyebaran, penyimpanan, penjualan komoditi tersebut kepada konsumen akhir. Secara garis besar agribisnis dapat dibagi
menjadi sektor masukan pertanian, sektor produksi pertanian dan sektor keluaran pertanian Masyhuri,1992.
Pengembangan agribisnis telah banyak diulas oleh para pakar ekonomi dan pakar agribisnis pertanian, serta telah banyak kebijaksanaan
pemerintah yang ditujukan untuk mempercepat laju perkembangan agribisnis. Namun pada realisasinya usaha-usaha tersebut belum mampu
memenuhi sasaran yang diharapkan oleh masyarakat agribisnis Indonesia.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
Defenisi yang lengkap dari pengertian agribisnis diberikan oleh Davis and Golberg 1957 yaitu: “
Agribusiness included all operations involved in the manufacture and distribution of farm supllies; production
operations on the farm; the storage, processing and distribution of farm commodities made from them, trading whosaler, retailers, consumers to
it, all non farm firm and institution serving them...”. Dengan demikian,
suatu sistem agribisnis yang lengkap merupakan suatu gugusan industri industrial cluster
yang terdiri dari empat subsistem, yaitu 1 susbsistem agribisnis hulu
upstream agribusiness yakni seluruh industri yang
menghasilkan dan memperdagangkan sarana produksi pertanian primer, seperti industri pembibitanpembenihan, industri agro-kimia, industri agro-
otomotif, agri-mekanik, dan lain-lain; 2 subsistem agribisnis budidayausahatani
on-farm agribusiness yakni kegiatan yang
menggunakan sarana produksi untuk menghasilkan komoditas pertanian primer
farm product; 3 subsistem agribisnis hilir
downstream agribusiness
yakni industri yang mengolah industri primer menjadi produk olahan beserta kegiatan perdagangannya; dan 4 subsistem jasa
penunjang supporting system agribusiness
yakni kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga subsistem di atas seperti infrastruktur,
transportasi fisik, normatif, perkreditan, penelitian dan pengembangan, pendidikan pelatihan, kebijakan pemerintah, dan lain-lain.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
Agribisnis menurut Downey dan Ericson 1992, dapat dibagi menjadi tiga subsektor yang saling tergantung secara ekonomi, yaitu
sektor masukan input, produksi farm dan sektor keluaran out put. Sektor masukan menyediakan perbekalan kepada para petani untuk dapat
memproduksi hasil tanaman termasuk di dalamnya adalah bibit, pupuk, mesin atau teknologi pertanian, bahan pakan ternak, bahan kimia dan
banyak pembekalan yang lainnya. Sedangkan Saragih 2001 menyatakan bahwa sektor agribisnis
pertanian tanaman pangan dan hortikultura sebagai suatu sistem agribisnis mencakup sub sistem 1 budidaya
production , 2 pengadaan
sapronak input factors
, 3 industri pengolahan processing,
4 pemasaran
marketing, dan 5 jasa-jasa kelembagaan
supporting institution.
Pembangunan sistem agribisnis dimaksudkan pembangunan yang mengintegrasikan sektor pertanian dalam arti luas dengan
pembangunan industri dan jasa terkait dalam suatu kluster industri industrial cluster
meliputi lima sub sistem yaitu agribisnis hulu, usahatani ternak, pengolahan, pemasaran dan jasa. Pembangunan
sistem agribisnis dapat dimaknai pembangunan seimbang dan harmonis dari sub sistem : industri hulu, usahatani, industri hilir pertanian
pengolahan dan pemasaran dan sektor yang menyediakan jasa yang diperlukan Saragih, 2001
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
Pembangunan agribisnis perlu ditempatkan bukan hanya sebagai pendekatan baru pembangunan pertanian, tetapi lebih dari itu
pembangunan agribisnis perlu dijadikan sebagai penggerak utama grand
strategy pembangunan ekonomi Indonesia secara keseluruhan
agribusiness-led development . Dalam rangka membangunan
perekonomian Indonesia melalui pembangunan agribisnis ke depan dihadapkan pada dua tantangan besar yang perlu terakomodasikan dalam
pembangunan sistem agribisnis. Pertama, liberalisasi perdagangan internasional yang membuka persaingan yang makin ketat, memerlukan
peningkatan kemampuan bersaing. Kedua, pelaksanaan otonomi daerah yang di dalamnya menyangkut pengurangan peranan langsung
pemerintah pusat dan desentralisasi pembangunan, dan lain-lain menjadi hal yang sangat penting diakomodasikan dalam pembangunan sistem
agribisnis. Pembangunan nasional mendatang, pengembangan agribisnis
dirasakan penting karena Sutawi, 2002 : 1.
Prospek pasar dalam negeri cukup besar kenaikan pendapatan dan perkembangan penduduk.
2. Meningkatkan nilai tambah sektor pertanian agar produktivitas sektor
pertanian meningkat sehingga sektor pertanian tidak tertinggal dengan sektor lainnya.
3. Sebagai “ leading sector
” memenuhi empat kriteria dalam memecahkan masalah pembangunan ekonomi Indonesia secara
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
keseluruhan yaitu memanfaatkan bahan produksi setempat resourcebase, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan nilai
tambah, dan penerimaan devisa. 4.
Pengembangan agribisnis di Indonesia didukung oleh agroklimat dan kondisi lahan yang cukup subur, prasarana yang mendukung, dan
kemauan pemerintah untuk mendukung pengembangan sektor pertanian.
Berbagai alternatif kebijakan pemerintah untuk menempuh agar sektor agribisnis dapat dikembangkan dengan baik menurut PERHEPI
1989 dalam Soekartawi 1994, yaitu antara lain : 1.
Meningkatkan ketrampilan dan kemampuan petani untuk berusaha tani secara efisien.
2. Menyebarluaskan informasi pasar dan peluang pasar.
3. Menetapkan standarisasi untuk produksi pertanian secara tegas dan
dimengerti oleh semua pihak. 4.
Mengembangkan kelembagaan berdasarkan keinginan petani dan bukan berdasarkan keinginan yang dirasakan oleh birokrasi, dan
5. Konsolidasi kelembagaan pemasaran dan pengembangan market-
intellegent. Sedangkan menurut Sutawi 2002, di dalam kebijakan yang dapat
ditempuh agar agribisnis dapat dikembangkan dengan baik, yaitu antara lain :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
1. Perlunya pemahaman tentang hukum dan peraturan yang merupakan suatu kesepakatan dalam mengatur perdagangan
internasional. 2.
Perlunya pengembangan produksi yang efisien dengan bertumpu pada keunggulan komparatif yang dimiliki masing-masing daerah.
3. Perlunya menentukan kebijakan pengembangan sumber daya manusia yang tepat dan sesuai dengan tuntutan untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif yang diinginkan. 4.
Pengembangan agribisnis juga tidak terlepas dari pengembangan di bidang kelembagaan yang akan menentukan pola pembinaan dan
pemanfaatan secara maksimal segala bentuk kelembagaan yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung.
Konsep agribisnis adalah konsep yang utuh mulai dari proses suplai input, produksi usahatani, pengolahan dan pemasaran hasil.
Sedangkan dalam agribisnis itu sendiri dikenal konsep agribisnis sebagai sistem dan agribisnis sebagai suatu usaha. Disamping itu dikenal azas-
azas dalam pengembangan agribisnis suatu komoditas tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Sudaryanto dan Prayogo 1993. Beberapa azas
yang perlu diterapkan dalam pengembangan agribisnis, antara lain adalah : terpusat
centralized , efisien
efficient , menyeluruh dan terpadu
holistic and intergrated
, dan kelestarian lingkungan sustainable ecosystem
.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
Pengembangan agribisnis adalah pengembangan struktur agribisnis yang bersifat dualistik menyebabkan munculnya masalah
tranmisi pass trough problem
, yang mencakup empat aspek strategis : 1 Terjadinya transmisi harga yang tidak simetris, penurunan harga
ditransmisikan dengan cepat dan sempurna ke petani, sedangkan kenaikan harga ditransmisikan dengan lambat dan tidak sempurna; 2
Informasi pasar, termasuk preferensi konsumen, ditahan dan bahkan dijadikan alat untuk memperkuat posisi monopsonistik oligopsonistik atau
monopolistik oligopolistik oleh agribisnis hilir; 3 ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh agribisnis hilir tidak ditransmisikan ke
agribisnis hulu petani; dan 4 Modal investasi yang relatif lebih banyak dimiliki oleh agribisnis hilir tidak disalurkan dengan baik dan bahkan
cenderung digunakan untuk mengeksploitasi agribisnis hulu. Kondisi di atas merupakan beberapa argumen sulitnya mengikutsertakan pelaku
agribisnis yang telah mapan dalam kelembagaan petani Simatupang, 1999
2.4. Agrowisata