5.1.3 Aspek Output
Output  mengenai  evaluasi  program  penanggulangan  gizi  kurang  di Puskesmas Bugangan  yaitu,  Status  gizi  balita,  pengetahuan  ibu  tentang  gizi  balita,  dan  capaian
pemberian  makanan  tambahan  PMT.
5.1.3.1 Status Gizi Balita
Cakupan  status  gizi  merupakan  hasil  keluaran  dari  pemantauan  pertumbuha n. Pemantauan  pertumbuhan  di Puskesmas  Bugangan  dilakukan  dengan  cara menimba ng
balita  di Posyandu  dan dicatat  dalam  kartu  bantu  balita  yang  ada di posyandu.  Berikut persentase  balita  yang  ditimbang  di  wilayah  kerja Puskesmas  Bugangan.
Berdasarkan  telaah  dokumen  cakupan  balita  yang  ditimbang  setiap  tahunnya mengalami
fluktuatif.
Persentase  balita  yang  di  timbang  pada  tahun  2011  sebesar 73,9,  tahun  2012  sebesar  89,8,  tahun  2013  sebesar  87,8,  tahun  2014  sebesar
75,86 dan tahun  2015 sebesar 80,41. Target  pemantauan  pertembuhan  berdasarkan
wawancara  dengan  petugas  gizi  di Puskesmas  Bugangan  adalah  84  untuk  usia  balita. Berdasarkan  telaah  dokumen  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwasannya  pada  tahun
2011, 2014 dan  2015 pemantauan  pertumbuhan  balita  melalui  penimbangan  masih  di bawah  target.
Keberhasilan  suatu  program  penanggulangan  gizi  di  Puskesmas  tidak  terlepas dengan  prevalensi  balita  yang  menderita  yang  gizi  kurang.  Berikut  prevalensi  balita
yang  menderita  gizi  kurang  di wilayah  kerja Puskesmas  Bugangan.
Berdasarkan  telaah  dokumen  prevalensi  balita  yang  menderita  gizi  kurang  di wilayah  kerja  Puskesmas  Bugangan  setiap  tahunnya  mengalami
fluktuatif
. Prevalens i balita  yang  gizi  kurang  pada  tahun  2011  sebesar  1,71,  tahun  2012  sebesar  2,36,
tahun  2013 sebesar  5,55, tahun  2014 sebesar 3,98 dan  tahun  2015 sebesar 3,12. Prevalensi  balita  gizi  kurang  di  Puskesmas  Bugangan  mengalami  peningkatan  dari
tahun  2011-2013, prevalensi  tertinggi  terjadi  pada  tahun  2013 yaitu  sebesar  5,55 , sedangkan  ditahun  2014  dan  2015  prevalensi  gizi  kurang  menunjukkan  tren  yang
menurun  yaitu  sebesar 3,98 ditahun  2014 dan  3,12 ditahun  2015.
5.1.3.2 Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita
Berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Ika dkk 2012,  pengetahuan  ibu adalah  suatu  faktor  yang  penting  dalam  pemberian  makanan  tambahan  pada  bayi
karena dengan  pengetahuan  yang  baik, ibu  tahu  kapan waktu pemberian  makanan  yang tepat  sesuai  dengan  usia  bayi.  Ibu  adalah  seorang  yang  paling  dekat  dengan  anak
haruslah  memiliki  pengetahuan  tentang  nutrisi.  Pengetahuan  minimal  yang  harus diketahui  seorang  ibu  adalah  tentang  kebutuhan  nutrisi,  cara pemberian  makan,  jadwal
pemberian  makan  pada  balita,  sehingga  akan  menjamin  anak  dapat  tumbuh  dan berkembang  dengan  optimal.  Pada  keluarga  dengan  tingkat  pendidikan  dan
pengetahuan  ibu  yang  rendah  sering  kali  anaknya  harus  puas  dengan  makanan seadanya  yang  tidak  memenuhi  kebutuhan  gizi  balita  Supariasa,  2001.
Berdasarkan  hasil  penelitian  yang  diperoleh  dari  wawancara  mendalam  dengan ibu  balita  gizi  kurang  tentang  pengetahuan  secara  umum  asuhan  gizi  balita,
pengetahuan  ibu  balita  kurang  baik,  salah  satu  contoh  pengetahuan  ibu  balita  kurang baik  adalah  ibu  balita  memiliki  persepsi  bahwasannya  ASI  ekslusif  merupakan  ASI
yang  diberikan  dengan  tambahan  makanan  lainnya  seperti  pisang.  Ibu balita  juga  tidak mengerti  program  apa saja yang  dibuat  oleh  Puskesmas  dalam  upaya  penanggulanga n
gizi  kurang.  Kegiatan  yang  dilaksanakan  di  posyandu  menurut  hasil  wawancara mendalam  dengan  ibu  balita  yaitu  pemantauan  pertumbuhan  melalui  penimbanga n
balita  dan  pemberian  makanan  tambahan  kepada  seluruh  balita  yang  hadir. Pengetahuan  ibu  balita  hanya  sebatas  mengetahui  bahwa  kalau  balitanya  gizi  kurang
maka  harus  diberi  makan  yang  banyak  dan  tidur  yang  cukup.  Ibu  balita  tersebut  tidak dapat menjelaskan  makanan  seperti  apa untuk  balita  yang  menderita  gizi  kurang.
Dari  hasil  penelitian  yang  dilakukan,  balita  yang  menderita  gizi  kurang  adalah balita  yang  memiliki  ibu  dengan  tingkat  pendidikan  yang  rendah.    Pada  keluarga
dengan  tingkat  pendidikan  dan pengetahuan  ibu  yang  rendah  sering  kali  anaknya  harus puas dengan  makanan  seadanya yang  tidak memenuhi  kebutuhan  gizi  balita  Supariasa,
2001.  Tingkat  pendidikan  menentukan  mudah  tidaknya  seseorang  menyerap  dan memahami  pengetahuan  gizi  yang  mereka  peroleh  Suhardjo,  2003. Bagi  ibu  dengan
tingkat  pendidikan  yang  tinggi  akan  lebih  mudah  menerima  informasi  kesehatan khususnya  bidang  gizi,  sehingga  dapat  menambah  pengetahuannya  dan  mampu
menerapkan  dalam  kehidupan  sehari-hari.
5.1.3.3 Capaian Pemberian Makanan Tambahan PMT