4.2.5 Deskripsi Aspek Output
4.2.5.1 Status Gizi
Status gizi balita sangat penting diperhatikan karena merupakan indikator untuk memonitor kesehatan dan status gizi penduduk. Oleh karena itu, dalam mempersiapka n
generasi masa depan yang lebih baik, maka hal utama yang diperbaiki adalah status gizi balita. Berdasarkan hasil telaah dokumen, prevalensi gizi kurang di tahun 2011
sebesar 1,71 tahun 2012 sebesar 2,36 tahun 2013 sebesar 5,55. Prevalensi gizi kurang balita jika dilihat dari tahun 2011 hingga 2013 mengalami tren yang meningka t,
akan tetapi prevalensi gizi kurang balita di tahun 2014 sebesar 3,98 dan 2015 sebesar 3,12. prevalensi gizi kurang balita terlihat menurun jika dilihat dari tahun 2013
hingga 2015. Dari hasil wawancara dengan informan utama, penurunan tren status gizi
kurang balita semenjak tahun 2013 penanggulangan gizi kurang dilakukan dengan cara balita yang tidak naik selama tiga kali penimbangan maka segera melapor ke
Puskesmas melalui kader posyandu ke petugas gizi. Sehingga
screening
-nya tidak melalui gizi kurang akan tetapi
screening
-nya melalui pemantauan jika tiga kali penimbangan tidak naik berat badannya maka akan langsung dilaporkan ke petugas
gizi Puskesmas. Hal tersebut berdasarkan wawancara dengan informan utama, sebagai berikut.
“…. Kalau evaluasi mengenai tren sejak tahun 2011 saya belum disini tapi evaluasi mengenai hal itu dilihat pemantauan balitanya jika balita tersebut
berat badannya tidak naik tiga kali maka harus segera melapor ke Puskesmas melalui kader ke petugas gizi”
Informan Utama 1 Dari hasil telaah dokumen pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja
Puskesmas Bugangan, pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan melalui penimbangan di Puskesmas dan posyandu mengalami tren yang
fluktuatif
. Berikut persentase balita yang ditimbang.
Persentase balita yang ditimbang pada tahun 2011 sebesar 73,5, tahun 2012 sebesar 89,8, tahun 2013 sebesar 87,8, tahun 2014 sebesar 75,86 dan tahun 2015
sebesar 80,41. Persentase balita yang ditimbang tersebut masih berada dibawah target dari Dinkes sebesar 84 balita di timbang sedangkan capaian pemantauan di
wilayah kerja Puskesmas di tahun 2011, 2014 dan 2015 dibawah 84. Hal tersebut berdasarkan wawancara dengan informan utama sebagai berikut.
“…. Target dari pemantauan pertumbuhan diharapkan 84 balitanya datang ke posyandu untuk dipantau pertumbuhannya, targetnya dari Dinkes akan
tetapi target yang dicapai Puskesmas itu sekitar 75 berarti berada dibawah
target Dinkes” Informan Utama 2
Upaya yang dilakukan oleh Puskesmas Bugangan
dalam mengatas i permasalahan gizi yang juga merupakan prioritas dari Puskesmas selain masalah TB
paru dan kematian ibu hamil, diharapkan melalui kegiatan lokakarya mini masalah tersebut dapat terselesaikan. Upaya lain dilakukan dengan cara meningkatka n
konseling gizi dikelas ibu hamil. Hal tersebut berdasarkan wawancara dengan infor ma n utama sebagai berikut.
“…. Prioritas kami ada tiga yaitu TB paru, kematian ibu hamil dan permasalahan gizi. Sehingga pada saatn lokakarya mini saya akan tanya
bagaimana penemuannya, kegiatannya apa saja dan kendalanya apa, nah dari lokakarya mini tersebut sebagai upaya untuk mengurangi status gizi kurang
balita di wil ayah kerja Puskesmas Bugangan”
Informan Utama 1 “…. Upayanya dengan cara konseling tentang gizi kurang dikelas ibu hamil
terus ditingkatkan” Informan Utama 2
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwasannya kasus gizi mengalami tren yang meningkat di tahun 2011-2013 sedangkan ditahun 2014-2015
kasus gizi kurang balita mengalami tren yang menurun. Upaya yang dilakukan dengan cara melalui lokakarya mini dan peningkatan konseling dikelas ibu hamil.
4.2.5.2 Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita