Masa Remaja Kerangka Berpikir

Manakala kebutuhan untuk diakui dan dihargai ini telah terpenuhi, muncul kebutuhan lain yaitu kebutuhan untuk mengembangkan diri. Pemanfaatan potensi ini mungkin akan teerwujud dalam berbagai bidang. Misalnya seorang tukang kayu dapat melakukan pekerjaan tukang kayu dengan sebaik-baiknya.jadi, seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan ini adalah seseorang yang dapat mengerjakan sebaik mungkin pekerjaan yang seharusnya ia lakukan. Konsep penting lain yang diperkenalkan oleh Maslow dalam Rifa’i, 2009: 172 adalah perbedaan antara kebutuhan kekurangan deficiency dan kebutuhan pertumbuhan. Kebutuhan deficienci fisik, keamanan, kasih sayang, dan penghargaan merupakan kebutuhan bagi kesejahteraan fisik dan psikis. Kebutuhan ini harus dipenuhi, dan apabila terpenuhi, maka motivasi anak untuk melanjutkan pemenuhannya akan menurun. Berbeda dengan itu, kebutuhan pertumbuhan, seperti kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu, mengapresiasi keindahan, atau pertumbuhan dan perkembangan mengapresiasi anak lain, tidak pernah dipenuhi secara sempurna. Semakin anak itu mampu memenuhi kebutuhan untuk mengatahui dan memahami dunia sekitarnya, semakin besar motivasinya untuk lebih banyak belajar.

2.4 Masa Remaja

Masa remaja merupakan periode yang penting. Ada beberapa periode yang dianggap lebih penting daripada beberapa periode lainnya karena berakibat langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada yang dianggap penting karena berakibat jangka panjang. Pada periode remaja keduanya dianggap penting. Masa remaja merupakan masa yang tidak realistik. Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Pada ambang masa dewasa, remaja mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks. Masalah remaja di atas, merupakan perilaku-perilaku reaktif, semakin meresahkan jika dikaitkan dengan situasi masa depan remaja yang diperkirakan akan semakin kompleks dan penuh tantangan. Menurut Tilaar dalam Ali dan Asrori, 2010: 54, tantangan kompleksitas masa depan memberikan dua alternatif, yaitu pasrah kepada nasib atau mempersiapkan diri sebaik mungkin. Pentingnya usaha mempersiapkan bagi masa depan remaja, karena sedang mencari jati diri, mereka juga berada pada tahap perkembangan yang sangat potensial. Melihat potensi remaja, menjadi penting dan sangat menguntungkan jika usaha pengembangannya difokuskan pada aspek-aspek positif remaja daripada menyoroti sisi negatifnya. Usaha mempersiapkan remaja menghadapi masa depan yang serba kompleks, salah satunya dengan mengembangkan kemandirian dan bakatnya.

2.5 Kerangka Berpikir

Melihat kenyataan yang ada terkait jumlah gelandangan di Indonesia sangat memprihatinkan, apalagi ketika fenomena menggelandang yang dialami oleh remaja usia sekolah. Pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan menjadi cita-cita dalam hidup, begitu juga dengan remaja gelandangan. Namun, disisi lain mereka memiliki kelemahan yang menjadi kendala mereka untuk pencapaian cita-citanya. Terjadi kesenjangan antara keinginan yang mereka harapkan dengan kenyataan yang ada. Mereka yang dipinnggirkan dan dianggap sebagai sampah oleh masyarakat kota. Keberadaan mereka diwilayah perkotaan sering dianggap menganggu, maka pemerintah kota setempat biasanya mengadakan kegiatan razia para gelandangan sebagai upaya untuk menghindari bertambahnya gelandangan dengan dibawa ke lembaga sosial yang menangani gelandangan, seperti panti, balai rehabilitasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat LSM. Namun, tidak semua gelandangan dapat terelokasi oleh pemerintah kota setempat, melainkan masih banyak gelandangan yang berkeliaran bebas di berbagai sudut kota. Sangat memprihatinkan jika melihat gelandangan yang masih usia sekolah, mereka seharusnya berada di bangku sekolah untuk belajar dan menerima pendidikan, bukan berada di jalanan kota. Dalam menjalani kehidupan, mereka juga memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi, baik kebutuhan belajar maupun sosial ekonomi. Kebutuhan tersebut belum tentu dapat dipenuhi oleh lembaga sosial jika mereka berada di dalam naungan lembaga tersebut, maka untuk dapat mengoptimalkan pemenuhan sesuai dengan kebutuhan gelandangan perlu diadakannya kegiatan identifikasi. Pentingnya identifikasi kebutuhan belajar agar mereka mendapatkan bekal pendidikan sesuai kebutuhanya sebagai upaya untuk perwujudan cita-cita hidup mereka dan memiliki kehidupan yang sejahtera. Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir Remaja Gelandangan Potensi: a. Bekerja keras b. Memiliki keterampilan c. Mandiri d. Setia kawan e. Siap menanggung risiko Cita-cita hidup layak sejahtera Kendala: a. Internal pendidikan, psikologi, dan ekonomi b. Masyarakat sosial, lingkungan, dan budaya c. Pemerintah dianggap sebagai masalah sosial, perusak keindahan kota, penyebab kekumuhan lingkungan Kenyataan: a. Tersingkir dan terbuang, b. Dianggap sampah masyarakat, c. Tempat tinggal tidak layak, d. Kesulitan hal ekonomi, e. Kondisi hidup tidak pasti Kebutuhan Belajar Kebutuhan : 1.Fisik 2.Rasa aman 3.Kasih sayang 4.Dihargai 5.Aktualisasi diri Identifikasi Kebutuhan Belajar Prioritas Kebutuhan Belajar BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian