Teknik Dokumentasi Teknik Kuesioner Angket

izin kepada peneliti untuk tetap mengamen. Sedangkan subjek kesepuluh wawancaranya dilakukan di lorong yang tidak jauh dari pangkalan Bus. Pada proses penelitian ini, peneliti mengalami kendala yaitu susahnya bertemu dengan subjek di siang hari, karena mobilitas mereka sangat tinngi sehingga keberadaan mereka sulit diketahui. Mereka berkumpul di dekat jembatan di sore hari sekitar pukul 15.00WIB, dan akan pulang setelah pukul 18.00WIB. Selain itu, kendala yang dihadapi peneliti adalah ketika subjek diwawancara meminta untuk disediakan jajan atau makanan untuk subjek, awalnya hanya subjek tertentu saja yang meminta disediakan jajan, akan tetapi setelah subjek memberitahukan kepada teman yang lain akhirnya peneliti harus selalu menyediakan makanan untuk mereka ketika dilakukan wawancara walaupun tidak semua subjek menginginkan hal itu dilakukan oleh peneliti.

3.6.3 Teknik Dokumentasi

Dokumentasidocumenter menurut Bungin, 2008: 121-122 adalah metode yang digunakan untuk menelusuri historis. Melalui metode ini penulis dapat mempelajari literatur yang ada hubungannya dengan materi dalam penelitian ini. Teknik dokumentasi yang diamati adalah benda mati dan benda hidup, seperti latar belakang pendidikan, kondisi sosial ekonomi, kebutuhan belajar, tempat tidur gelandangan, dan lain-lain. Adapun teknik dokumentasi digunakan untuk mengungkap “Identifikasi Kebutuhan Belajar Gelandangan Remaja di Kawasan Pasar Johar Semarang”. Dalam teknik ini peneliti mengambil gambar tentang komunitas gelandangan remaja dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh gelandangan remaja. Selain itu juga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan peninggalan tertulis baik berupa arsip-arsip, buku-buku, surat kabar, majalah atau agenda, foto dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah dan fokus penelitian yang mendukung kelengkapan data yang diperoleh baik dari perpustakaan UNNES maupun dari internet dan sumber-sumber lain.

3.6.4 Teknik Kuesioner Angket

Kuesioner atau angket memang memiliki banyak kebaikan sebagai instrument pengumpul data. Penentuan sampel sebagai responden kuesioner perlu mendapat perhatian pula. Apabila salah menentukan sampel, informasi yang kita butuhkan barangkali tidak kita peroleh secara maksimal Suharsimi, 2006:225. Faktor-faktor yang mempengaruhi perlu tidaknya angket diberi nama adalah : 1. Tingkat kematangan responden. 2. Tingkat subjektivitas item yang menyebabkan responden enggan memberikan jawaban. 3. Kemungkinan tentang banyaknya angket. 4. Prosedur teknik yang akan diambil pada waktu menganalisis data. Salah satu kelemahan angket adalah bahwa angketnya sukar kembali. Apabila demikian keadaannya maka peneliti sebaiknya mengirim surat kepada responden yang isinya seolah-olah yakin bahwa sebenarnya angketnya akan diisi tetapi belum mempunyai waktu. Surat yang dikirim itu hanya sekedar mengingatkan Suharsimi, 2006:226. Kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Angket terbuka yang berupa Kartu Sistem Kebutuhan Belajar Masyarakat SKBM. Kartu SKBM ini dapat dibagi menjadi ada dua macam, yaitu kartu SKBM untuk sasaran calon warga belajar atau kelompok sasaran dan kartu SKBM untuk sasaran orang tua dan tokoh masyarakat pimpinan formal dan informal. Untuk sasaran dalam penelitian ini adalah gelandangan remaja yang berada di kawasan pasar Johar Semarang dan berusia antara 12-22 tahun. Kuesioner angket dibagikan kepada responden setelah dilakukan wawancara sebelumnya dengan responden.

3.7 Keabsahan Data