18 Selama proses diskusi siswa terlihat begitu aktif untuk membahas mengenai
adegan film kartun yang janggal dengan teman kelompoknya. Semua siswa berusaha untuk menyumbangkan pemikiran mereka dan memperbaiki
kejanggalan adegan tersebut berdasarkan konsep fisika yang baru saja mereka pelajari.
Dalam tahapan komparasi, pemberian pertanyaan penggiring sangat membantu siswa untuk melakukan diskusi. Setiap kelompok semakin
bersemangat dalam membahas adegan-adegan janggal yang mereka temukan sebelumnya. Pola dari pertanyaan penggiring adalah, pertama siswa
menceritakan adegan yang mereka lihat, kedua siswa menentukan dimana letak kesalahannya dan ketiga siswa memperbaiki kesalahan tersebut berdasarkan
konsep fisika. Pemberian pertanyaan penggiring juga berguna untuk menghemat waktu diskusi, karena siswa telah diarahkan pada jalur diskusi yang benar.
Berikut cuplikan jawaban dari salah satu kelompok
Tabel 5.Cuplikan adegan film kartun yang salah serta hasil analisa siswa
a. Apa yang dilakukan Tom?
1. Tom memukul kerangka gedung dengan obeng sehingga kerangka gedung bergetar
2. Getaran kerangka tersebut menyebabkan Jerry terjatuh
3. Jerry terjatuh dengan kecepatan tetap, cenderung melambat. Ini terlihat dari
pergerakan background b.
Adegan tersebut salah karena Jerry jatuh dengan kecepatan yang tetap c.
Jerry seharusnya jatuh dengan kecepatan yang semakin bertambah, dengan demikian gerakan background juga harus semakin cepat. Semua benda yang bergerak jatuh bebas
kecepatannya akan semakin besar Dari hasil jawaban siswa, bisa dilihat bagaimana ketelitian mereka dalam
melihat adegan demi adegan yang terjadi. Siswa bisa menjelaskan secara runtut kejanggalan yang terjadi, menemukan dimana letak kesalahan adegan dan
memberikan perbaikan yang dihubungkan dengan konsep fisika. Melalui diskusi inilah diketahui beberapa kesalahan konsep yang terjadi pada film kartun serta
bagaimana cara siswa untuk mengoreksi kesalahan tersebut sesuai dengan konsep fisika yang mereka pahami. Selain itu hal yang paling mencolok, siswa
akan senang jika diberikan sejumlah tanggung jawab berupa masalah yang
19 harus diselasaikan. Strategi ini berhasil memacu keaktifan, kemandirian dan
daya berpikir kritis yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan suatu kasus.
d. Tahapan Konsolidasi
Setelah dilakukan diskusi kelompok, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru bertindak sebagai
moderator dan siswa dari kelompok lain menanggapi hasil presentasi dari salah satu kelompok yang dipilih. Dalam tahapan ini siswa akan memaparkan hasil
analisa dari adegan-adegan janggal pada film kartun yang mereka temukan serta koreksi mereka terhadap kesalahan tersebut. Selanjutnya wakil dari kelompok
yang dipilih menyampaikan presentasi. Terlihat perkembangan yang signifikan dari segi penggunaan konsep fisika dalam pembahasan hasil analisa siswa.
Setelah diskusi kelas selesai, semua hasil diskusi kelompok dikumpul dan proses selanjutnya adalah pemberian tes evaluasi dan pengisian kuisioner.
Tahapan konsolidasi merupakan tahapan penarikan kesimpulan atas adegan-adegan janggal pada film kartun berdasarkan konsep fisika yang benar.
Karena sejak awal pembelajaran siswa terlihat begitu aktif dan didukung dengan pertanyaan penggiring selama proses diskusi kelompok, mereka bisa membuat
suatu hasil analisa yang cukup baik dan menghubungkannya dengan konsep fisika. Selain itu setiap kelompok terlihat sangat puas karena bisa memecahkan
suatu kasus yang telah diberikan sehingga saat proses presentasi, siswa terlihat lebih percaya diri dalam menyampaikan hasil analisanya.
4.3. Dampak Dari Pembelajaran Menggunakan Metode “Belajar Dari Kesalahan”
Dengan Film Kartun Sebagai Media
Secara garis besar model pembelajaran menggunakan metode “belajar dari kesalahan” dengan film kartun sebagai media berhasil meningkatkan perhatian
dan daya serap siswa selama pembelajaran. Tentu saja keberhasilan tersebut tidak lepas dari pengaruh berbagai faktor yang mendukung kegiatan
pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi perbuatan dan hasil belajar antara lain : bakat, mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran,
ketekunan, waktu tersedia untuk belajar. Tentu saja faktor penghambat tidak bisa untuk diabaikan. Salah satu faktor internal yang menghambat berasal dari
anak itu sendiri termasuk diantaranya adalah minat. Dalam KBM ini dengan menggunakan metode “belajar dari kesalahan” dengan film kartun sebagai
media telah berhasil membangkitkan minat dan perhatian siswa dalam belajar. Beberapa kelebihan yang ditemukan dengan menggunakan metode ini
adalah : 1. Siswa begitu antusias untuk mendeteksi kejanggalan dalam film kartun dan
memberikan hipotesa awal, hal tersebut berarti metode ini berhasil memancing rasa penasaran siswa.
2. Siswa lebih aktif selama proses investigasi atau tahapan pembelajaran
konsep fisika, karena mereka ingin menguji hipotesa awal yang mereka buat mengenai adegan-adegan janggal pada film kartun. Hal ini bisa terjadi
20 karena pemberian tanggung jawab sejak awal KBM dan membuat siswa
lebih serius untuk mengikuti kegiatan pembelajaran selanjutnya. 3.
Kemampuan siswa untuk berdiskusi meningkat. Hal ini didukung oleh pengalaman yang mereka temukan saat menyelidiki konsep fisika. Mereka
terlihat begitu antusias untuk membandingkan pengalaman tersebut dengan fenomena yang diberikan pada awal KBM. Pemberian pertanyaan penggiring
juga sangat membantu dalam mengarahkan siswa selama proses diskusi. Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, siswa lebih lugas dalam
menyampaikan pendapatnya ketika diskusi dilakukan.
4. Kemampuan berpikir kritis siswa meningkat, hal ini bisa dilihat dari hasil
diskusi mereka. Di awal kegiatan pembelajaran, siswa hanya menyebutkan adegan-adegan yang janggal tanpa bisa menjelaskan kejanggalan tersebut
berdasarkan konsep fisika. Setelah melalui tahapan investigasi dan proses tukar pikiran dalam kegiatan diskusi, siswa bisa lebih kritis dalam menyikapi
sebuah adegan film kartun yang janggal. Mereka bisa lebih teliti dalam menganalisa kejanggalan-kejanggalan tersebut.
5. Suasana kelas yang terkesan santai dan kepercayaan diri siswa bertambah.
Mereka lebih sadar akan kemampuan yang mereka miliki dalam mengkritisi sebuah permasalahan yang diberikan.
6. Daya serap siswameningkat. Dengan memberikan tugas untuk memperbaiki
setiap kesalahan yang mereka temukan berdasarkan konsep fisika, siswa bisa lebih memahami akan kebenaran suatu konsep fisika. Selain itu, siswa
terlihat puas karena bisa menyelesaikan permasalahan yang diberikan kepada mereka. Indikator daya serap siswa juga bisa dinilai dari hasil tes
yang diberikan, dan akan dibahas pada poin selanjutnya.
Keberhasilan penggunaan metode “belajar dari kesalahan” sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Huynh,[5]karena metode ini lebih memfokuskan
pada partisipasi aktif siswa untuk mengevaluasi sendiri kesalahan-kesalahan yang sengaja dibuat atau disiapkan oleh guru.
Jika teknik “belajar dari kesalahan” atau yang sebelumnya dikenal sebagai teknik “mistake buster” lebih banyak digunakan dalam pembelajaran bahasa
asing, maka teknik ini bisa digunakan dalam pembelajaran fisika. Konsep kelas yang aktif tapi terkesan santai sangat membantu dalam menghilangkan stereotip
yang selama ini berada di kepala siswa, bahwa fisika adalah pelajaran yang serius dan sangat menakutkan.
4.4. Motivasi Dan Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Dengan Metode ”Belajar
Dari Kesalahan” Dengan Film Kartun Sebagai Media
Reaksi siswa selama proses KBM terangkum dalam lembar observasi
Tabel 6.Lembar observasi KBM Kegiatan
Reaksi 50 Siswa Tahapan Pemberian Kasus :
1. Siswa dapat mengikuti pembagian
kelompok dengan baik 2.
Siswa berhasil menemukan kejanggalan dalam adegan-adegan film kartun
Sebagian siswa terlihat antusias saat mengukuti proses pembagian kelompok
Sebagian besar siswa terlihat bersemangat untuk mengamati film kartun dan berusaha menemukan
adean-adegan yang janggal