Faktor Sosial - Kultural

kegiatan kegiatan praktis maupun strategis, kegiatan pertanian, peternakan, pelatihan-pelatihan, keterampilan, peningkatan pendapatan, pelayanan kesehatan.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Perempuan Miskin dalam Pemanfaatan Sumberdaya Perdesaan

1. Faktor Sosial - Kultural

Sistem nilai yang mempegaruhi peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki di rumah tangga dan di masyarakat. Perempuan ditempatkan sebagai ibu yang memiliki tugas dan tanggung jawab pada sektor domestik. Pembedaan laki-laki dan perempuan di rumah tangga dan masyarakat erat kaitannya dengan pembagian kerja. Pembagian kerja yang didasarkan pada perbedaan jenis kelamin atau pembagian kerja secara seksual adalah pembagian pekerjaan antara perempuan dan laki-laki dalam suatu masyarakat ataupun negara, dapat pula pembagian kerja antara suami dan istri dalam rumah tangga. Pembagian kerja merupakan kebutuhan masyarakat dan diciptakan untuk keuntungan seluruh masyarakat. Kegunaan wanita untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Perempuan dikorbankan demi keharmonisan rumah tangga. Pada hal keserasian dalam masyarakat sebenarnya bukan sesuatu yang alami melainkan diciptakan oleh manusia, yang diuntungkan dalam menjaga keserasian dalam masyarakat ini adalah laki- laki. Ketimpangan yang terjadi karena pembedaan berdasar jender antara perempuan dan laki-laki, pandangan ini bermula dari pandangan bahwa perempuan di anggap sebagai sosok yang berkiprah di sektor domestik dan laki-laki dianggap sebagai sosok yang berkiprah di sektor publik. Konsep yang mendasari pembedaan laki-laki dan perempuan sebagai konstruksi biologis dikelompokkan dalam konsep nature dan konstruksi sosial budaya sebagai konsep nurture. Konsep nature menganut paham bahwa perbedaan laki-laki dan perempuan didasarkan adanya perbedaan konstruksi biologis secara alamiah dan tetap. Pada tataran konsep nature mengilhami adanya perbedaan tugas dan peran yang memang harus berbeda antara laki-laki dan perempuan. Peran maupun tanggung jawab laki-laki dan perempuan ada yang dapat dipertukarkan, sementara ada yang tidak dapat dipertukarkan karena secara alamiah sebagai ketentuan yang tetap bukan hasil konstruksi budaya sosial budaya manusia. Peran dan fungsi perempuan sesuai dengan kodrat alamiah seperti menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui tidak dapat dipertukarkan sehingga hanya dapat dilakukan oleh perempuan. Konsep nurture menganut paham bahwa ketertinggalan perempuan dari laki-laki semata mata karena adanya konstruksi sosial budaya yang kurang menguntungkan perempuan. Ketidakadilan yang harus ditanggung perempuan telah menyebabkan perempuan semakin tertinggal dari laki- laki karena telah terjadi konstruksi sosial budaya yang diciptakan oleh manusia untuk menindas yang lemah, perempuan selama ini sebagai kelompok lemah yang kurang memiliki posisi tawar dibanding lawan jenisnya. Perempuan mengalami peminggiran, diskriminasi, beban ganda bahkan triple role dan mengalami stereotipe merupakan hasil konstruksi sosial budaya. Konstruksi sosial budaya telah mendorong perempuan mengalami ketertinggalan dibanding laki-laki dalam berbagai kesempatan. Ketimpangan antara laki- laki dan perempuan merupakan salah satu bentuk penindasan terhadap perempuan, terjadinya subordinasi perempuan akibat pertumbuhan hak milik pribadi terlalu berorientasi ekonomi dalam menilai kedudukan perempuan dengan menafikkan semua faktor biologis.

2. Faktor Ekonomi