Analisis Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013

(1)

ANALISIS KEIKUTSERTAAN VASEKTOMI DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

TAHUN 2013

TESIS

Oleh MAYA SARI 107032203/IKM

PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ANALISIS KEIKUTSERTAAN VASEKTOMI DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh MAYA SARI 107032203/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : ANALISIS KEIKUTSERTAAN VASEKTOMI DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : Maya Sari Nomor Induk Mahasiswa : 107032203

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (

Ketua Anggota

Asfriyati, S.K.M, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji Pada tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M, M.Kes

2. Dr. Dra. Rabiatun Adawiyah, M.P.H.R 3. dr. Christoffel L. Tobing, Sp.OG(K)


(5)

PERNYATAAN

ANALISIS KEIKUTSERTAAN VASEKTOMI DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2013

Maya Sari 107032203/IKM


(6)

ABSTRAK

Vasektomi adalah suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keikutsertaan Vasektomi (MOP) pada PUS di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan desain potong lintang (cross sectional) dimana proses pengambilan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan antara variabel dependen dengan independen. Populasi adalah seluruh pria pasangan usia subur (PUS) yang bertempat tinggal di Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 75.310 orang. Sampel adalah seluruh pria pasangan usia subur (PUS) yang terdaftar dan tinggal bersama isteri serta memiliki anak minimal dua orang di Kecamatan Percut Sei Tuan Sampel sebanyak 104 orang, dengan metode Purposive sampling. Analisis data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan (p=0,007), informasi (p=0,001), keterjangkauan (p=0,010) dan pendapatan (p=0,037) memengaruhi keikutsertaan pria PUS menggunakan metode kontrasepsi vasektomi. Faktor yang paling dominan memengaruhi keikutsertaan pria PUS menjadi akseptor Vasektomi yaitu informasi.

Disarankan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan pelayanan serta memberi informasi kepada isteri mengenai kontrasepsi vasektomi melalui media ataupun penyuluhan sehingga dapat meningkatkan keikutsertaan pria PUS dalam program KB.


(7)

ABSTRACT

Vasectomy is the method of minor operative contraceptive in man which is very safe, simple, and effective. It takes short time to do the operation, and it does not need general anesthesia. The aim of the research was to analyze the participation in using vasectomy contraceptive the use of vasectomy contraceptive device among man of productive-age couples at Percut Sei Tuan Subdistrict, Deli Serdang District, in 2013.

The type of the research was observational study with cross sectional approach in which the process of data collection of dependent and independent variable was conducted at the same time. The population was 75,310 men of productive-aged couples lived at Percut Sei Tuan Subdistrict. The samples consisted of 104 men registered as productive-age couples who lived with their wives and had at least two children at Percut Sei Tuan Subdistrict, using purposive sampling technique. The data was analyzed by using Chi Square and multiple logistic regression tests.

The result showed that knowledge (p=0.007), information (p=0,001), access (p=0,010) and income (p=0,037), influence male participation in vasectomy. The most dominant factor affecting man to participate in vasectomy was information.

It is recommended that health workers should increase their service and information to the wives about vasectomy contraception through media and counseling so that the participation in using vasectomy can be increased.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Analisis Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes selaku ketua komisi pembimbing dan Asfriyati, S.K.M, M.Kes selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh


(9)

perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai. 5. Dra. Rabiatun Adawiyah, M.P.H.R dan dr. Christoffel L. Tobing, Sp.OG(K)

selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Kepala PPLKB Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang beserta jajarannya yang telah berkenan memberikan izin untuk melakukan penelitian dan sehingga tesis ini selesai.

7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Orang tuaku tercinta H.Syamsuddin dan Hj. Rosnelly yang telah memberikan kasih sayang dan support baik secara materi maupun moril selama ini yang tidak bisa dirangkaikan dan tidak bisa terbalaskan.

9. Suami ku Bobby Umroh, ST, MT yang telah mendampingiku dalam penyelesaian tesis ini dan memberi support serta penguatan.

11. Saudara-saudara ku, abang-abang, serta kakak ku yang turut memberikan support selama penyelesaian tesis ini

10. Rekan–rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2010 Minat studi Kesehatan Reproduksi.


(10)

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2013 Penulis

Maya Sari 107032203/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Maya Sari

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/04 September 1985

Agama : Islam

Jumlah Saudara : 5 (anak ke 5 dari 5 bersaudara)

Alamat Rumah : Jl. B. Katamso Gg. Kenanga No. 29 Medan

Riwayat Pendidikan

 Tahun 1991 Lulus dari TK Purnama Medan

 Tahun 1997 Lulus dari SD Yayasan Pendidikan 45 (YAPENA) Medan

 Tahun 2000 Lulus SMP N2 Medan

 Tahun 2003 Lulus SMU Al-Azhar Medan

 Tahun 2006 Lulus dari D-III Akademi Kebidanan Nusantara 2000 Medan


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Hipotesis ... 12

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Kontrasepsi ... 14

2.2 Vasektomi ... 15

2.2.1 Pengertian Vasektomi ... 15

2.2.2 Tujuan Vasektomi ... 16

2.2.3 Efektifitas ... 17

2.2.4 Komplikasi ... 17

2.2.5 Keuntungan ... 18

2.2.6 Kerugian ... 18

2.2.7 Kontra Indikasi ... 19

2.2.8 Efek Samping Tindakan Vasektomi ... 19

2.2.9 Pelaksanaan Pelayanan ... 19

2.2.10 Syarat-syarat Vasektomi ... 21

2.2.11 Mitos - mitos yang Salah dalam Pemikiran Masyarakat terhadap Vasektomi ... 22

2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Vasektomi ... 23

2.4 Beberapa Penelitian tentang Vasektomi ... 26

2.5 Konsep Perilaku Kesehatan ... 28

2.6 Landasan Teori ... 35


(13)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 38

3.2.2 Waktu Penelitian ... 39

3.3 Populasi dan Sampel ... 39

3.3.1 Populasi ... 39

3.3.2 Sampel ... 39

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.4.1 Data Primer ... 40

3.4.2 Data Sekunder ... 41

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 45

3.6 Metode Pengukuran ... 46

3.6.1 Variabel Dependen ... 46

3.6.2 Variabel Independen ... 46

3.7 Metode Analisis Data ... 49

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 50

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

4.1.1 Keadaan Geografis ... 50

4.1.2 Kependudukan ... 51

4.1.3 Alat Kontrasepsi ... 52

4.1.4 Sarana Kesehatan ... 54

4.2 Analisis Univariat ... 54

4.2.1 Keikutsertaan Vasektomi ... 54

4.2.2 Distribusi Frekuensi Faktor Predisposisi Pria Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 56

4.2.2.1 Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Vasektomi ... 56

4.2.3 Distribusi Frekuensi Faktor Pendukung Pria Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 58

4.2.3.1 Ketersediaan Pelayanan Vasektomi ... 58

4.2.3.2 Keterjangkauan Pelayanan Vasektomi ... 60

4.2.4 Distribusi Frekuensi Faktor Pendorong Pria Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan Percut Sei Tuan ... 61

4.2.4.1 Informasi ... 62

4.2.4.2 Dukungan Isteri ... 63

4.3 Analisis Bivariat ... 63

4.4 Analisis Multivariat ... 67


(14)

4.4.2 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda Analisis

Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan ... 69

BAB 5. PEMBAHASAN ... 72

5.1 Pengaruh Faktor Predisposisi terhadap Keikutsretaan Vasektomi .... 72

5.1.1 Pengaruh Pendidikan terhadap Keikutsertaa Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 72

5.1.2 Pengaruh Pengetahuan terhadap Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 73

5.1.3 Pengaruh Pendapatan/Bulan terhadap Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 75

5.2 Pengaruh Faktor Pendukung terhadap Keikutsretaan Vasektomi ... 77

5.2.1 Pengaruh Ketersediaan Fasilitas terhadap Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 77

5.2.2 Pengaruh Keterjangkauan Pelayanan terhadap Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 79

5.3 Pengaruh Faktor Pendorong terhadap Keikutsretaan Vasektomi ... 80

5.3.1 Pengaruh Informasi Pelayanan terhadap Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 80

5.3.2 Pengaruh Dukungan Isteri terhadap Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 81

5.4 Keterbatasan Penelitian ... 82

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

6.1 Kesimpulan ... 83

6.2 Saran... 84


(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan ... 42

3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Ketersediaan Fasilitas ... 43

3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Keterjangkauan ... 43

3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Informasi ... 44

3.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Dukungan Isteri ... 44

4.1 Data Daftar Nama Desa dan Jumlah Penduduk di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 52

4.2 Data Daftar Nama Desa dan Jumlah Pengguna Alat Kontrasepsi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 53

4.3 Distribusi Frekuensi Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 55

4.4 Distribusi Frekuensi Faktor Predisposisi Pria PUS di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 56

4.5 Distribusi Item Jawaban Pernyataan Pengetahuan Pria (PUS) Tentang Alat Kontrasepsi Vasektomi Berdasarkan Jawaban Pernyataan Pengetahuan di Kecamatan Percut Sei Tuan ... 57

4.6 Distribusi Frekuensi Faktor Pendukung Pria PUS di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 58

4.7 Distribusi Jawaban Pertanyaan Ketersediaan Fasilitas di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 59

4.8 Distribusi Jawaban Pertanyaan Keterjangkauan Fasilitas di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 60

4.9 Distribusi Frekuensi Faktor Pendorong Pria PUS di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 61


(16)

4.10 Distribusi Informasi Pelayanan Vasektomi Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Informasi Pelayanan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 62 4.11 Distribusi Pertanyaan Dukungan Isteri di Kecamatan Percut Sei Tuan

Tahun 2013 ... 63 4.12 Hubungan Faktor-Faktor Predisposisi Pria Pasangan Usia Subur dengan

Keikutsertaan dalam Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 65 4.13 Hubungan Faktor Pendukung Pria Pasangan Usia Subur dengan

Keikutsertaan dalam Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 66 4.14 Hubungan Faktor Pendorong Pria Pasangan Usia Subur dengan

Keikutsertaan dalam Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 ... 67 4.15 Nilai P pada Uji Kolinearitas antar Variabel Independen ... 67 4.16 Pemeriksaan Interaksi ... 69 4.17 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda Analissis Keikutsertaan


(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman 2.1 Faktor yang Memengaruhi Perilaku Kesehatan dari Teori Green dan

Kreuter ... 29 2.2 Landasan Teori Lawrence Green ... 36 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 37


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 89

2. Output Penelitian ... 95

3. Surat Izin Penelitian ... 126


(19)

ABSTRAK

Vasektomi adalah suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keikutsertaan Vasektomi (MOP) pada PUS di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan desain potong lintang (cross sectional) dimana proses pengambilan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan antara variabel dependen dengan independen. Populasi adalah seluruh pria pasangan usia subur (PUS) yang bertempat tinggal di Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 75.310 orang. Sampel adalah seluruh pria pasangan usia subur (PUS) yang terdaftar dan tinggal bersama isteri serta memiliki anak minimal dua orang di Kecamatan Percut Sei Tuan Sampel sebanyak 104 orang, dengan metode Purposive sampling. Analisis data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan (p=0,007), informasi (p=0,001), keterjangkauan (p=0,010) dan pendapatan (p=0,037) memengaruhi keikutsertaan pria PUS menggunakan metode kontrasepsi vasektomi. Faktor yang paling dominan memengaruhi keikutsertaan pria PUS menjadi akseptor Vasektomi yaitu informasi.

Disarankan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan pelayanan serta memberi informasi kepada isteri mengenai kontrasepsi vasektomi melalui media ataupun penyuluhan sehingga dapat meningkatkan keikutsertaan pria PUS dalam program KB.


(20)

ABSTRACT

Vasectomy is the method of minor operative contraceptive in man which is very safe, simple, and effective. It takes short time to do the operation, and it does not need general anesthesia. The aim of the research was to analyze the participation in using vasectomy contraceptive the use of vasectomy contraceptive device among man of productive-age couples at Percut Sei Tuan Subdistrict, Deli Serdang District, in 2013.

The type of the research was observational study with cross sectional approach in which the process of data collection of dependent and independent variable was conducted at the same time. The population was 75,310 men of productive-aged couples lived at Percut Sei Tuan Subdistrict. The samples consisted of 104 men registered as productive-age couples who lived with their wives and had at least two children at Percut Sei Tuan Subdistrict, using purposive sampling technique. The data was analyzed by using Chi Square and multiple logistic regression tests.

The result showed that knowledge (p=0.007), information (p=0,001), access (p=0,010) and income (p=0,037), influence male participation in vasectomy. The most dominant factor affecting man to participate in vasectomy was information.

It is recommended that health workers should increase their service and information to the wives about vasectomy contraception through media and counseling so that the participation in using vasectomy can be increased.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Program KB nasional dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut (Suratun, dkk, 2008). Tujuan utama program KB Nasional adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/angka kematian ibu, bayi dan anak serta menanggulangi masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Dyah, 2009).

Salah satu target MDGs adalah akses universal terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang salah satu indikatornya adalah peningkatan angka prevalensi pemakaian kontrasepsi, Contraceptive Prevalence Rate (CPR), yang didefenisikan sebagai penggunaan kontrasepsi saat ini (metode apapun) diantara perempuan menikah usia 15-49 tahun. Negara-negara di bagian Timur dan Timur Laut Asia (dengan data yang tersedia) memiliki CPR diatas 50% berdasarkan data tahun terbaru yang tersedia di setiap negara, CPR terendah terdapat di Afghanistan (23%) pada tahun 2008, Pakistan, (27%) pada tahun 2008, Samoa (29%) pada tahun 2009 dan Timor Leste (22%) pada tahun 2010 (UNESCAP, 2011).


(22)

Vasektomi adalah suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Handayani, 2010). Vasektomi dikenal lebih umum dibanding sterilisasi wanita hanya di 5 negara. Negara-negara ini adalah Bhutan, Denmark, Belanda, Selandia Baru dan Inggris. Di 8 negara di seluruh dunia, (Australia, Bhutan, Kanada, Belanda, Selandia Baru, Republik Korea, Inggris dan Amerika Serikat), prevalensi penggunaan vasektomi melebihi 10%. Selandia Baru memiliki prevalensi tertinggi untuk kontrasepsi vasektomi yaitu 19,3%. Kontrasepsi ini telah menjadi metode paling banyak digunakan sejak tahun 1970-an sampai dengan 1980-an, menjadi lebih banyak digunakan dibanding sterilisasi wanita. Sebuah survei yang dilakukan pada akhir tahun1990 di Selandia Baru menemukan bahwa 57% pria berusia 40 sampai 49 telah menerima vasektomi (John, 2008).

Vasektomi ini kurang dimanfaatkan di banyak negara karena hambatan pemberian layanan dan budaya masyarakat yang beragam. Hambatan yang berkaitan dengan pemberian layanan vasektomi, kekurangan penyedia yang berkomitmen dan terampil. Para penyedia mungkin kurang pengetahuan tentang keuntungan dan kerugian vasektomi. Bahkan jika penyedia dilatih, lingkungan kerja mereka mungkin tidak kondusif untuk prosedur konseling dan bedah. Selanjutnya sikap penyedia bisa berfungsi sebagai penghalang penggunaan vasektomi di banyak lokasi. Para penyedia dapat memegang ketidakperdulian untuk vasektomi, bias terhadap vasektomi, atau mungkin teori yang dimiliki belum teruji tentang apa yang orang inginkan sebagai


(23)

metode Keluarga Berencana. Secara keseluruhan, vasektomi lebih sulit diperoleh dari hampir setiap metode KB lainnya di seluruh dunia (Childinfo, 2011).

Di Amerika Latin penggunaan vasektomi telah meningkat empat kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Namun, prevalensi tetap pada 1% atau kurang, kecuali di Brazil, Kosta Rika, Meksiko, dan Puerto Rico. Tingkat prevalensi tertinggi ditemukan di negara Sao Paolo, dimana prevalensi vasektomi 6,1% (John, 2008).

Sebagian besar di Afrika dan Timur Tengah, prevalensi vasektomi jarang melebihi 0,1% dan tetap kebanyakan konstan selama dekade terakhir. Penelitian ini menunjukkan bahwa vasektomi tidak dapat diterima untuk kebanyakan pria Afrika dan mungkin akan lama tetap seperti itu. Namun mirip prediksi di tahun 1980-an bahwa sterilisasi wanita juga tidak dapat diterima di Afrika (Childinfo, 2011).

Asia menyumbang 77% pengguna vasektomi dari seluruh dunia, dengan Cina dan India saja yang mewakili lebih dari 70% dari penggunaan vasektomi di dunia. Kecuali Nepal dan Republik Korea, prevalensi di Asia menurun selama dekade terakhir. Persentase prevalensi kontrasepsi vasektomi secara keseluruhan terus menurun, dari 67% pada tahun 1976 menjadi 41% pada tahun 1981, menjadi 19% pada tahun 1996, dan 16% pada tahun 2001 (Childinfo, 2011).

Secara global, penggunaan kontrasepsi telah meningkat, dari 54% pada tahun 1990 menjadi 63% pada tahun 2007. Secara regional, proporsi perempuan menikah usia 15-49 penggunaan dari setiap metode kontrasepsi telah meningkat minimal antara 1990 dan 2007, dari 17% menjadi 28% di Afrika, 57% menjadi 67% di Asia, dan 62% sampai 72% dalam bahasa Latin Amerika dan Karibia. Penggunaan


(24)

kontrasepsi oleh pria masih relatif dari tingkat prevalensi di atas. Metode pria dibatasi untuk sterilisasi (vasektomi), kondom (World Health Organization, 2011).

Kebudayaan dan komunikasi aspek memengaruhi kemampuan dan kemauan manusia untuk mendapatkan vasektomi. Sedikit wanita yang mengatakan mengenal vasektomi dibandingkan dengan metode KB lainnya. Selain itu, penggunaan vasektomi dapat dirusak oleh etos budaya dan keyakinan. Dalam banyak budaya pria menentukan apakah isteri mereka menggunakan alat kontrasepsi melalui program Keluarga Berencana, tetapi tidak percaya bahwa menggunakan metode adalah tanggung jawab pria. Dalam masyarakat tertentu, kepercayaan luas menganggap vasektomi setara dengan pengebirian yang dapat memengaruhi fungsi seksual dan menurunkan kekuataan fisik (John, 2008).

Padahal faktanya vasektomi bukan mengebiri hanya pemotongan saluran sperma kiri dan kanan saja agar cairan mani yang dikeluarkan pada saat ejakulasi tidak lagi mengandung sperma. Vasektomi sama sekali tidak membuang buah zakar (testis) jadi tetap bisa dapat memproduksi hormon testosteron. Vasektomi tidak akan membuat impoten. Sebab saraf-saraf dalam pembuluh darah yang berperan dalam proses terjadinya ereksi berada di batang penis. Sedangkan vasektomi hanya dilakukan di sekitar buah zakar (testis), jauh dari persyarafan untuk ereksi. Vasektomi tidak berpengaruh terhadap penurunan libido, karena testis yang menghasilkan hormon tetap berfungsi dengan baik.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tengah mendorong Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa halal penggunaan


(25)

vasektomi untuk pria. Karena, salah satu hambatan peningkatan KB pria adanya fatwa haram menggunakan vasektomi, namum MUI Situbondo telah mengeluarkan fatwa halal untuk dilakukannya vasektomi karena tidak terjadi secara permanen setelah dilakukan operasi vasektomi, seiring dengan perkembangan teknologi kini vasektomi dapat dipulihkan kembali (rekanalisasi), ahli urologi dapat menyambung kembali saluran sperma namun kemampuan untuk kembali punya anak sangat menurun, tergantung pada lama atau tidaknya tindakan vasektomi dilakukan (BKKBN, 2012).

Masih rendahnya kesadaran pria ber-KB itu terkait dengan kurangnya pemahaman kaum pria tentang kontrasepsi pria, rendahnya minat suami dalam mengakses informasi tentang KB dan kesehatan reproduksi, peran tokoh agama yang masih kurang, sarana pelayanan KB bagi pria. Banyak isteri yang justru tidak mau suaminya divasektomi karena khawatir masih perlu ditingkatkan dan terbatasnya pilihan alat kontrasepsi yang tersedia dimanfaatkan untuk selingkuh. Selain itu, rumor masyarakat yang terkait dengan vasektomi adalah sifat yang tidak reversibel atau pria yang melakukan vasektomi sama dengan dikebiri (BKKBN, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Biomedis dan Reproduksi manusia pada tahun 2009 di Yogyakarta dan Jakarta menyimpulkan bahwa rendahnya partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi disamping karena kurangnya informasi kontrasepsi untuk pria (47,6%) terbatasnya kontrasepsi pria (19%), dan terbatasnya pelayanan KB pria (17,1%) ternyata juga sebagian besar ibu/isteri tidak mendukung dan merasa khawatir bila suaminya berkontrasepsi. Hal ini dinyatakan oleh lebih dari


(26)

70% ibu atau 3 dari 4 ibu. Demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan di Jawa Barat dan Sumatera Selatan pada tahun 2000 penyebab rendahnya pria ber KB sebagian besar disebabkan oleh faktor keluarga, antara lain isteri tidak mendukung (66,26%), rumor di masyarakat, (46,65%), kurangnya informasi metode KB pria dan terbatasnya tempat pelayanan (6,22%) (BKKBN, 2009).

Berdasarkan rakerda pembangunan kependudukan dan KB 2012 Provinsi Sumatera Utara, pembangunan nasional ditujukan untuk meningkatkan kualitas penduduk yang merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) sehingga dapat mendukung pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Oleh karena itu kebijakan dan program kependudukan, termasuk program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) tidak semata-mata hanya sebagai upaya memengaruhi pola dan arah demografi tetapi juga untuk mencapai kesejahteraan masyarakat lahir dan batin bagi generasi sekarang dan generasi mendatang.

Keluarga Berencana merupakan salah satu program sosial dasar yang sangat strategis bagi upaya peningkatan kualitas keluarga dan kemajuan suatu bangsa. Dalam UU No. 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, Keluarga Berencana (KB) didefinisikan sebagai upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Untuk mewujudkan upaya tersebut di atas, maka sesuai Perka BKKBN Nomor : NOMOR 72/PER/B5/2011 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan,


(27)

susunan organisasi dan tata kerja lembaga pemerintah non kementerian, BKKBN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah di Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut BKKBN menyelanggarakan fungsi yaitu, perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan Keluarga Berencana, penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan Keluarga Berencana, pelaksanaan advokasi dan kordinasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana, penyelengaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan Keluarga Berencana, serta pembinaan, pembimbingan dan fasilitasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan Keluarga Berencana.

Sejalan dengan diterbitkannya UU.No.52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, pengelolaan Program Keluarga Berencana harus memperoleh perhatian dan prioritas lebih besar dari Bupati/Walikota, sehingga keberlanjutan dan keberhasilan yang dicapai selama ini dapat dipertahankan, dalam rangka mewujudkan Visi “Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015, visi tersebut juga mengacu kepada fokus pembangunan pada rencana pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005-2025 dan visi misi presiden yang tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJMN) tahun 2010-2014. Visi ini merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional yaitu mewujudkan pertumbuhan pendudukan yang seimbang dan keluarga berkualitas yang ditandai


(28)

dengan menurunnya angka fertilitas (TFR) menjadi 2,1 dan Net Reproduction Rate (NRR) = 1.

Pada tahun 2015 diharapkan keluarga-keluarga di Sumatera Utara mampu mandiri tidak lagi bergantung kepada keluarga lain, atau terhadap institusi lain dalam upaya mengatasi kehidupan keluarga mereka. Keluarga juga ikut berpartisipasi dalam upaya penyelesaian berbagai masalah masyarakat di lingkungan mereka dan bahkan masalah yang dihadapi negara dan bangsa sebagai pencerminan dari kesadaran dan rasa bertanggung jawab yang besar dari keluarga. Keluarga yang bertaqwa tercermin dari perilaku mereka yang senantiasa taat beribadah menurut agama mereka. Jumlah anak dalam keluarga harus ideal dalam arti, dengan jumlah anak yang sedikit akan memberi peluang besar terhadap penciptaan keluarga yang berkualitas dengan berbagai cirinya tersebut. Dalam keluarga harus terjalin keharmonisan hubungan antara suami dan isteri serta anak, dan memiliki kemampuan berfikir yang berwawasan ke depan guna mengantisipasi berbagai tantangan yang akan terjadi. Berdasarkan visi tersebut di atas, misi pembangunan kependudukan dan KB Nasional adalah “Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Kependudukan dan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera”.

Berdasarkan hasil pendataan keluarga 2011 dan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2011 sebesar 13.465.402 jiwa yang terdiri dari laki-laki 6.652.046 jiwa dan perempuan 6.813.856 jiwa. Jumlah PUS di Provinsi Sumatera Utara hasil pendataan keluarga tahun 2011 sebesar 2.186.170. Komposisi persentase PUS menurut


(29)

kelompok umur isteri dibawah umur 20 tahun hanya 3,10%, komposisi umur PUS antara 20 sampai dengan 29 tahun berjumlah 35,32% dan komposisi umur PUS diatas 30 tahun berjumlah 61,56%.

Beberapa sasaran indikator program kependudukan dan KB perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 yang merupakan kontrak kinerja Provinsi Sumatera Utara dengan BKKBN Pusat yaitu jumlah peserta KB baru dengan target (KKP) 387.310 akseptor, jumlah peserta KB aktif 1.307.860 akseptor, jumlah peserta KB baru MKJP 86.160 akseptor, antaranya IUD sebesar 27.930 akseptor, Implant 44.870 akseptor, MOW 10.400 akseptor, dan MOP sebesar 2.960 akseptor.

Metode kontrasepsi ini diharapkan dapat digunakan secara efektif oleh pasangan usia subur (PUS) baik wanita atau isteri maupun pria atau suami sebagai sarana pengendali kelahiran. Idealnya, penggunaan alat kontrasepsi terlebih pada pasutri (pasangan suami isteri) merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan wanita sehingga metode yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami, isteri tanpa mengesampingkan hak reproduksi masing-masing. Setidak-tidaknya dibutuhkan perhatian, keperdulian serta keikutsertaan pria dalam penggunaan alat kontrasepsi. Akan tetapi dari jenis alat kontrasepsi dan penggunaan alat kontrasepsi tersebut lebih didominasi oleh wanita. Sedangkan jenis pengguna alat kontrasepsi pria relatif lebih rendah.

Program Keluarga Berencana (KB) untuk pria yang lebih dikenal dengan vasektomi juga makin diminati dan dapat diterima di Sumatera Utara dengan jumlah pasangan usia subur 2.184.940 orang pada tahun 2011, dari 33 Kabupaten/Kota


(30)

se-Sumut, hanya 11 Kabupaten/Kota yang mempunyai kontribusi terhadap Kontap Pria, di antaranya Kota Medan, Deli Serdang, Langkat, Sibolga, Tebing Tinggi, Serdang Bedagai, Humbang Hasudutan, Dairi dan Binjai. Secara keseluruhan pencapaian Kontap Pria di Sumut hingga posisi 26 Januari 2011 telah dicapai 246 orang dari target yang ditentukan oleh BKKBN sebanyak 2.088 orang.

Data BKKBN menunjukkan bahwa jumlah akseptor KB di Sumatera Utara (2011) mencapai 3.140.620 orang, dengan total pasangan usia subur (PUS) sebesar 2.184.940 dari keseluruhan peserta aktif tersebut, akseptor KB pria mencapai 64.486 orang, yang terdiri dari MOP 2.813 orang dan pengguna kondom 61.673.

Hasil pendataan keluarga di Sumatera Utara Tahun 2011 oleh BkkbN, menunjukkan bahwa jumlah PUS di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2011 sebanyak 308.881 pasang, dengan peserta akseptor KB aktif sebanyak 212.577 orang. Berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan, maka dapat dilihat bahwa peserta kontrasepsi IUD 22.147 peserta (10,36), kondom 15.408 peserta (7,21%), suntik 68.357 peserta (31,97%), pil 80.761 peserta (37,77%), MOW 11.647 peserta (5,45%) dan MOP 282 peserta (0,13%).

Hasil pendataan keluarga di Sumatera Utara sampai dengan November Tahun 2012. Menunjukkan bahwa peserta kontrasepsi suntik 130.989 peserta (104,6%), pil 120.691 peserta (109.2%), kondom (49,207) peserta (75,3%), IUD (27,374) peserta (98,0%), implant (41.940) peserta (93,5%), MOW (9.912) peserta (95,3%), MOP (27,374) peserta ( 98%).


(31)

Berdasarkan data dari PPLKB Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang September tahun 2012 dari 20 desa di Percut Sei Tuan yang cakupan akseptor IUD 10.007 orang, MOW 2724 orang, implant 7126 Orang, suntik 13.148 orang, pil 15.135 Orang, kondom 5630 orang dan vasektomi sebesar 538 orang (0,73%). Dengan jumlah pasangan usia subur 73.928 orang. Sedangkan target yang diharapkan untuk akseptor keluarga berencana pria 5%.

Survei pendahuluan pada 10 orang pria pasangan usia subur yang berdomisili di Kecamatan Percut Sei Tuan, ditemukan hanya 1 orang (10%) pria pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi vasektomi, sementara yang tidak memakai alat kontrasepsi 5 orang (50%), dan sisanya isteri PUS yang memakai alat kontrasepsi. Ketika ditanya pengetahuan mengenai alat kontrasepsi vasektomi sebanyak 40 orang (40%), menyatakan tahu tentang alat kontrasepsi vasektomi, sebanyak 6 orang (60%) pria pasangan usia subur yang menyatakan tidak didukung oleh isteri untuk menjadi akseptor Keluarga Berencana vasektomi dengan berbagai alasan. Meskipun tenaga kesehatan telah memberikan penyuluhan dan informasi mengenai alat kontrasepsi vasektomi, mengadakan program Keluarga Berencana gratis dan tokoh masyarakat juga menganjurkan dan menghimbau pria untuk menjadi akseptor Keluarga Berencana tetapi banyak pria pasangan usia subur tidak ikut serta dalam Keluarga Berencana sehingga cakupan akseptor Keluarga Berencana pria masih rendah.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka diperoleh suatu gambaran bahwa peran pria dalam mengikuti program keluarga berencana belum optimal, maka


(32)

perlu dianalisa mengenai faktor apa saja yang memengaruhi keikutsertaan pria pasangan usia subur tentang vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan.

1.2 Permasalahan

Masih rendahnya minat pria dalam pemakaian alat kontrasepsi vasektomi (MOP) pada pria PUS di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang tahun 2013 dan belum diketahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya.

1.3Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pemakaian alat kontrasepsi vasektomi (MOP) pada PUS di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

1.4Hipotesis

Ada pengaruh faktor predisposing (pendidikan, pengetahuan, pendapatan), faktor enabling (ketersediaan fasilitas, keterjangkauan pelayanan), dan faktor reinforcing (informasi, dukungan istri) terhadap pemakaian alat kontrasepsi vasektomi (MOP) pada PUS di Kecamatan Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.


(33)

1.5Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi petugas kesehatan dan KB guna meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan vasektomi (MOP) di Kecamatan Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan referensi dalam hal yang berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi pemakaian alat kontrasepsi vasektomi (MOP).


(34)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontrasepsi

Kontrasepsi mantap adalah salah satu metoda kontrasepsi yang mempunyai banyak kelebihan dan beberapa kekurangan. Kelebihannya antara lain bahwa kontap merupakan salah satu metoda kontrasepsi yang sangat efektif bagi pria dan perempuan, pengaruhnya jangka lama dengan sekali tindakan saja, usia tidak menjadi faktor utama, dan tidak memiliki efek samping klinis karena bersifat non hormonal (BKKBN, 2003).

Beberapa jenis cara vasektomi yang bisa di pilih oleh akseptor yaitu 1. Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy) 2. Vasektomi dengan insisi skrotum (tradisional)

3. Vasektomi semi permanen

Vasektomi Tanpa Pisau (VTP) dilakukan dengan hanya dibius lokal pada kulit sebelah pinggir kantong buah zakar setelah meraba lokasi saluran sel sperma atau vas deferens. Lalu, bagian tersebut dibedah beberapa sentimeter untuk menemukan saluran. Saluran sperma lalu diikat pada dua sisi dan dipotong, lalu dimasukkan kembali ke dalam kantong zakar. Bekas luka pun dijahit. Proses ini memakan waktu 10 hingga 20 menit untuk kedua sisi buah zakar.

Penelitian yang membandingkan teknik pembedahan vasektomi tradisional dengan MOP kauter listrik tanpa pisau bedah menunjukkan bahwa pria mengalami


(35)

nyeri dan perdarahan yang lebih sedikit dari luka pada metode ini (Black, 2003). MOP Semi Permanen yakni vas deferens yang diikat dan bisa dibuka kembali untuk berfungsi secara normal kembali dan tergantung dengan lama tidaknya pengikatan vas deferen, karena semakin lama vasektomi diikat, maka keberhasilan semakin kecil, sebab vas deferen yang sudah lama tidak dilewati sperma akan menganggap sperma adalah benda asing dan akan menghancurkan benda asing (Hartanto, 2004 ).

2.2 Vasektomi

Vasektomi adalah melakukan tindakan mengikat/memotong saluran spermatozoid yang berasal dari testis, sehingga semen (air mani) tidak lagi mengandung spermatozoid (sel kelamin pria). Dalam keadaan vasektomi testis melalui sel Leydig masih memproduksi hormon testosteron yang akan beredar ke seluruh tubuh. Hormon ini memengaruhi fungsi seksual pada pria sehingga gairah seks tidak akan luntur/menurun dan penis akan masih tetap jaya sepanjang masa. alat kontrasepsi ini permanen bagi pria yang sudah memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi. Klien harus mempertimbangkan secara matang sebelum mengambil keputusan. operasi ini aman dan mudah hanya memerlukan beberapa menit di rumah sakit atau klinik KB yang terstandar untuk melakukan pembedahan ringan (Hartanto, 2009).

2.2.1 Pengertian Vasektomi

KB ini baru efektif setelah ejakulasi 20 kali atau 3 bulan pasca operasi. Sebelum waktu itu harus menggunakan barier lain atau kondom. Secara umum


(36)

vasektomi tidak ada efek samping jangka panjang, tidak berpengaruh terhadap kemampuan maupun kepuasan seksual (Meillani, 2010).

Vasektomi merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang dilakukan oleh banyak negara di dunia untuk menekan angka pertambahan penduduk. Dalam kenyataannya, vasektomi memang kurang populer dibanding metode kontrasepsi lainnya seperti suntik KB, minum pil KB, memakai kondom, maupun kontrasepsi alami dengan cara menghitung kalender. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa vasektomi adalah operasi kecil mengikat saluran sperma pria sehingga benih pria tidak mengalir ke dalam air mani pria. Dengan vasektomi, seorang pria tidak bisa lagi menghamili wanita karena saat ejakulasi air mani pria tidak mengandung sel sperma. air mani pria yang terpancar ke dalam vagina saat berhubungan intim bukan hanya mengandung sel sperma, tetapi juga terdapat cairan seminal dan getah yang dihasilkan oleh prostat. Percampuran ketiga cairan tersebut menjadikan air mani berbentuk kental dan memiliki volume yang banyak. Saat ejakulasi seorang pria pada umumnya menghasilkan 5 cc air mani, volume air sperma bisa bertambah atau berkurang tergantung kesehatan pria tersebut. dari 5 cc air sperma tersebut yang berisi sel sperma hanya 5 persen saja. Artinya, hanya 0.15 cc saja air sperma yang mengandung sel sperma.

2.2.2 Tujuan Vasektomi

Pria yang melakukan vasektomi adalah ayah yang memiliki kesadaran untuk terlibat langsung dalam hal mengatur kelahiran anak. Lebih dari itu, hal ini adalah sebagai bentuk kepedulian seorang pria untuk aktif memilih kontrasepsi selain


(37)

partisipasi dari pihak wanita. Alasan yang umum diambil mengapa pria vasektomi adalah karena isteri mengalami alergi terhadap metode kontrasepsi tertentu sehingga pria mengambil alih tugas kontrasepsi. Operasi vasektomi dilakukan dengan tujuan agar pria tidak bisa menghamili wanita secara permanen.

2.2.3 Efektifitas

a. Angka keberhasilan amat tinggi (99%), angka kegagalan 0-2,2%, umumnya <1% b. Kegagalan kontap pria umumnya disebabkan oleh :

1. Senggama yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat bebas sama sekali dari spermatozoa.

2. Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukan granuloma spermatozoa.

3. Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi

4. Jarang : duplikasi congenital dari vas deferens (terdapat > 1 vas deferens pada satu sisi).

c. Vasektomi dianggap gagal bila :

1. Pada analisis sperma setelah 3 bulan pasca-vasektomi atau setelah 10-12 kali ejakulasi masih dijumpai sperma.

2. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma. 3. Istri hamil

2.2.4 Komplikasi

Komplikasi jangka pendek termasuk sementara memar dan perdarahan, yang dikenal sebagai hematoma. Komplikasi jangka panjang utama adalah kondisi sakit


(38)

permanen, vasektomi sakit sindrom-post. Data pada manusia dan hewan menunjukkan bahwa vasektomi tidak meningkatkan aterosklerosis dan peningkatan sirkulasi kompleks imun setelah vasektomi bersifat sementara. Selain itu, berat bukti tentang prostat dan kanker testis menunjukkan bahwa pria dengan vasektomi yang tidak mengalami peningkatan risiko kanker tersebut.

2.2.5 Keuntungan

a. Efektif, kemungkinan gagal tidak ada karena dapat di check kepastian di laboraturium.

b. Aman, Morbiditas rendah dan tidak ada mortalitas.

c. Cepat, hanya memerlukan 5-10 menit dan pasien tidak perlu dirawat di Rumah Sakit.

d. Menyenangkan bagi akseptor karena hanya memerlukan anastesi lokal saja. e. Tidak mengganggu hubungan seksual selanjutnya.

f. Biaya rendah

g. Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita.

2.2.6 Kerugian

a. Harus dengan tindakan operatif

b. Kemungkinan ada komplikasi seperti perdarahan dan infeksi.

c. Tidak seperti sterilisasi wanita yang langsung menghasilkan steril permanen, pada vasektomi beberapa hari, minggu atau bulan sampai sel mani menjadi negatif.


(39)

d. Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi.

e. Pada orang-orang yang mempunyai problem-problem psikologis yang memengaruhi seks, dapat menjadikan keadaan semakin parah.

2.2.7 Kontra Indikasi

a. Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies b. Infeksi traktus genitalia.

c. Kelainan skrotum dan sekitarnya : varicocele, hydrocele besar, filariasis, hernia inguinalis, orchiopexy, luka parut bekas luka operasi hernia, skrotum yang sangat tebal.

d. Penyakit sistemik : penyakit-penyakit perdarahan, Diabetes Miellitus, penyakit koroner yang baru.

e. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil. 2.2.8 Efek Samping Tindakan Vasektomi

a. Infeksi b. Hematoma

c. Granuloma Sperma d. Rekanalisasi Spontan e. Pendarahan

2.2.9 Pelaksanaan Pelayanan a. Persiapan petugas

1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih selama 10 menit atau bahan antiseptic selama 2 menit.


(40)

2. Memakai baju yang bersih (baju operasi), tutup kepala, tutup mulut dan hidung.

b. Pra-Operasi

1. Anamnesis dan lakukan informed consent 2. Pemeriksaan Fisik

3. Pemeriksaan laboratorium 4. Persiapan klien

a. Klien sebaiknya mandi serta mengenakan pakaian yang bersih dan longgar sebelum mengunjungi klinik, atau setikdaknya klien dianjurkan membersihkan daerah skrotum dan inguinal/lipat paha sebelum masuk keruang tindakan.

b. Klien dianjurkan membawa celana khusus untuk menyangga skrotum. c. Rambut pubis cukup digunting untuk memperkecil resiko infeksi.

d. Cuci/bersihkan daerah operasi dengan sabun dan air kemudian ulangi sekali lagi dengan larutan antiseptik atau langsung diberi antiseptik (povidon iodin). e. Bila diperlukan larutan povidon iodin seperti betadin, tunggu 1 atau 2 menit

hingga jodium bebas yang terlepas dapat membunuh mikro organisme. 5. Anastesi lokal

a. Dipakai karena murah dan lebih aman, misalnya Lidocaine 2 % sebanyak 1-5cc atau sejenisnya


(41)

c. Jangan menyuntikkan anastesi lokal langsung kedalam vas deferens, karena mungkin dapat merusak plexus pampiniform.

d. Bila calon akseptor mengalami rasa takut atau gelisah, dapat diberikan tranquilizer atau sedative, per oral atau suntikan.

Anastesi umum mungkin perlu dipertimbangkan pada kasus-kasus khusus a. Adanya luka parut daerah inguinal atau skrotum yang sangat tebal. b. Kelainan intra-skrotal seperti hydrocele, varicocele.

c. Alergi terhadap anastesi lokal 2.2.10 Syarat-Syarat Vasektomi

Pemasangan kontrasepsi vasektomi dapat dilakukan pada pria : 1. Mendapatkan persetujuan istri

2. Pasangan yang tidak lagi ingin menambah jumlah anak. 3. Pasangan yang istrinya sudah sering melahirkan. 4. Harus secara sukarela.

5. Mengetahui akibat-akibat vasektomi. 6. Umur calon tidak kurang dari 30 tahun.

7. Pasangan yang telah gagal dengan kontrasepsi lain.

8. Pria yang akan melakukan MOP harus melakukannya secara sukarela dan menandatangani surat persetujuan.

9. Pasangan suami istri telah mempunyai anak minimal 2 orang dan anak paling kecil harus sudah berumur diatas 2 tahun.


(42)

2.2.11 Mitos-Mitos yang Salah Dalam Pemikiran Masyarakat terhadap Vasektomi

a. Vasektomi dilakukan dengan memotong penis. Operasi vasektomi dilakukan hanya dengan sedikit melukai pangkal penis. Bekas lukanya saja hanya sekitar 5mm.

b. Setelah vasektomi, penis tidak dapat berdiri. Vasektomi bukan kebiri. Jadi para pria sama sekali tidak perlu kuatir karena tidak ada bagian dari kejantanannya yang diambil. Penis Anda tetap berfungsi normal seperti sebelumnya. Bahkan Anda sebenarnya tetap memproduksi sel sperma, hanya saja sel tersebut tidak berhasil menuju ke tempat yang benar karena salurannya sudah dipotong.

c. Tidak ada cairan yang keluar saat ejakulasi. Tentu saja tetap ada cairan yang keluar. Cairan yang keluar saat ejakulasi itu adalah cairan semen. Sebelum vasektomi, cairan semen itu mengandung sel sperma. Setelah operasi, sel sperma itulah yang hilang dari cairan semen.

d. Gairah seks menurun pasca operasi. Gairah seks tidak menurun pasca operasi. Justru gairah seks bisa jadi malah naik karena sudah tidak punya kekuatiran “menghamili” istri.

e. Operasi vasektomi adalah pekerjaan yang “berat” Justru sebaliknya, proses operasi vasektomi cukup ringan dan cepat. Biusnya pun lokal saja (Yahya, 2008)


(43)

2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Vasektomi Menurut Abadi (2010), rendahnya kesertaan pria ber-KB di Indonesia dapat terlihat dari keikutsertaannya yang baru mencapai sekitar 1,1%, yakni kondom sebanyak 0,7% dan vasektomi 0,4%. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, yaitu : 1. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran pria terhadap KB dan kesehatan

reproduksi.

Rendahnya pengetahuan dan kesadaran pria terhadap kb dapat dilihat dari hasil pengamatan berbagai survei di beberapa propinsi, tingkat pengetahuan pria terhadap keluarga berencana secara umum masih rendah, berbagai faktor yang memengaruhi antara lain : pendidikan, pekerjaan, keterpaparan, media massa, kondisi lingkungan, pengalaman menggunakan alat kontrasepsi (Abadi, 2010).

2. Kondisi sosial budaya masyarakat dan agama yang belum optimal

Perlu diakui bersama bahwa selama ini program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi masih tertuju pada perempuan/isteri, sementara pria/suami masih belum tersentuh. MOP atau vasektomi sebagai salah satu dari dua pilihan cara kb pria yang masih diperbincangkan dan diperdebatkan. Masih adanya fatwa dari MUI yang menyatakan setuju dilakukannya vasektomi, jika dalam keadaan darurat.

Bila ditinjau dari kondisi sosial ekonomi, hasil studi Pusat Kajian Pembangunan Atmajaya bekerja sama dengan Puslitbang Biomedis dan Reproduksi di DKI Jakarta (1999), menyatakan bahwa tingkat pendapatan suatu keluarga sangat berpengaruh terhadap kesertaan suami dalam ber-KB. Bila PUS keduanya bekerja,


(44)

isteri mempunyai penghasilan sendiri maka kesadaran pria untuk ber-KB jauh lebih tinggi.

Bila ditinjau dari sosial budaya, masih banyaknya masyarakat yang tidak memahami cara vasektomi ini, cenderung isteri yang tidak memberi izin kepada suami untuk vasektomi dikarenakan takut suami akan nyeleweng, tidak bergairah dalam hubungan seksual, kemudian ada persepsi masyarakat bahwa banyak anak banyak rejeki dan preferensi jenis kelamin anak (Abadi, 2010).

3. Ketersediaan fasilitas kb pria masih belum memadai

Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam kualitas pelayanan vasektomi yaitu :

a. Tempat pelayanan yang belum memadai.

b. Tenaga ahli untuk vasektomi masih terbatas, masih kurangnya tenaga kesehatan yang terampil untuk melakukan medis operasi pria.

Kurangnya konseling dari tenaga kesehatan kepada masyarakat akan penjelasan kontrasepsi vasektomi

4. Keterjangkauan pelayanan KB Pria dan Kesehatan Reproduksi.

Tempat pelayanan kb pria yang perlu dilakukan perluasan seperti adanya tempat khusus pelayanan kb pria agar terjaga rahasia (privasi), seperti adanya klinik, puskesmas atau rumah sakit untuk dilakukannya vasektomi yang dekat dengan lingkungannya, biaya yang murah. dengan banyaknya tempat pelayanan kb pria yang ada maka akan mempermudah para pria mendapatkan pelayanan dengan baik (Abadi, 2010).


(45)

5. Informasi Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi bagi Pria masih sangat terbatas.

Sumber informasi untuk kontrasepsi pria masih sangatlah terbatas, baik itu dari tenaga kesehatan, media TV, Radio, Media cetak, bahkan banyak masyarakat yang sama sekali tidak mengetahui apa itu vasektomi, bagaimana masyarakat mau menggunakannya, mengenal vasektomi saja masyarakat tidak pernah. Kurangnya kebijakan pemerintah terhadap kontrasepsi vasektomi ini, sehingga menimbulkan persepsi bagi masyarakat bahwa kb itu adalah urusan isteri.

Adanya perbedaan persepsi tentang istilah yang digunakan pengelola dengan pemahaman masyarakat. Pengelola menganggap metode kontrasepsi yang mudah dan praktis adalah metode yang hanya sekali pasang. Sedangkan masyarakat meganggap bahwa kontrasepsi yang mudah dan praktis adalah kontrasepsi yang dapat diperoleh dimana saja tanpa menyulitkan dan melibatkan orang lain. Begitu juga dengan istilah MOP (Medis Operasi Pria) sering menakutkan masyarakat, sehingga menjadi hambatan dalam sosialisasinya.

6. Dukungan Isteri

Menurut Mc Kinley dalam Graeff (1996) individu sangat kuat di memengaruhi oleh reaksi-reaksi negatif dan positif dari orang-orang dalam kerangka kerja sosial mereka, keluarga dekat, tetangga, dan tokoh masyarakat tertentu bagi praktik-praktik kesehatan mereka.

Pemakaian kontrasepsi termasuk kontrasepsi vasektomi akan semakin baik jika ada dukungan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Friedman dan Sarwono dalam


(46)

Purba (2008), ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonalnya baik.

2.4 Beberapa Penelitian tentang Vasektomi

Temuan penelitian dari LDFE-UI (1998) dalam Citra Abadi, menurut hasil regresi logistik bahwa faktor-faktor diterminan sosial budaya yang memengaruhi kesertaan kontrasepsi mantap pria adalah KIE. Sementara temuan kualitatif menyimpulkan bahwa hambatan pria berkontrasepsi antara lain disebabkan terbatasnya informasi alat kontrasepsi pria dan pelayanan yang diberikan.

Dari hasil penelitian di Inggris, terhadap 500 pria yang telah ikut dalam pemakaian alat kontrasepsi vasektomi pada tahun 1997, 27% mengatakan bahwa mereka memilih vasektomi untuk membebaskan isterinya dari penggunaan kontrasepsi. Sebanyak 31% lainnya mengatakan mereka telah memiliki jumlah anggota keluarga yang cukup dan vasektomi merupakan metode kontrasepsi mantap yang terbaik (BkkbN, 2010).

Dari hasil kuesioner Marie Stopes International (MSI) di London yang di isi oleh 500 pria yang telah, melakukan vasektomi pada tahun 1997, 27% mengatakan bahwa mereka memilih vasektomi untuk membebaskan isterinya dari penggunaan kontrasepsi. Sebanyak 31% lainnya mengatakan mereka telah memiliki jumlah


(47)

anggota keluarga yang cukup dan vasektomi merupakan metode kontrasepsi mantap yang baik (BkkbN, 2010).

Penelitian di Brazil, coloumbia dan mexico juga menunjukkan bahwa laki-laki yang memperhatikan dan peduli terhadap isterinya, memegang peranan penting dalam penentuan keputusan untuk melakukan vasektomi. Para pria mengatakan mereka melakukan vasektomi karena keuntungannya dibandingkan sterilisasi wanita dan metode kontrasepsi lainnya. Para pria tersebut sangat perduli dengan kesehatan isterinya dan tergerak untuk berbagi tanggung jawab dalam keluarga berencana serta terbebas dari kehamilan yang tidak di inginkan, dan kesemuanya itu bisa diwujudkan dengan mengikuti vasektomi (BkkbN, 2010).

Menurut Dr. Yusro Hadi Maksum, pemimpin penelitian vasektomi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, vasektomi merupakan cara ampuh untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Bahkan vasektomi telah berkembang pesat di negara-negara yang berpenduduk padat seperti China, India, dan Amerika Serikat. Tidak hanya itu, vasektomi pun memiliki dampak positif yang bagi kesehatan dan kehidupan seks. Diketahui bahwa vasektomi adalah salah satu metoda dalam penyembuhan pembengkakan kelenjar prostat (Pipiet, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan Dr. Yusro di Bandar Lampung, responden yang bersedia di vasektomi mengakui bahwa frekuensi hubungan seksual dengan sang istri meningkat bahkan bisa mencapai dua kali ejakulasi semalam. Peningkatan frekuensi hubungan seksual terjadi karena secara psikologis tidak terbebani dan adanya rangsangan-rangsangan dari dalam muncul ketika sperma terhenti disekitar


(48)

testis. Selama proses menunggu tubuh menghancurkan sperma tersebut, ada rangsangan yang menusuk saraf di sekitar kelamin sehingga keinginan mencapai kenikmatan seksual pun bertambah.

2.5 Konsep Perilaku Kesehatan

Menurut Green dan Kreuter (2005), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Perilaku itu sendiri di tentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni faktor predisposisi (predisposing faktor), faktor-faktor yang mendukung (enabling faktor), dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing faktor).

a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing faktor)

Faktor-faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap keehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

b. Faktor-faktor pemungkin (Enabling faktor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,


(49)

posyandu, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, atau faktor pemungkin.

c. Faktor-faktor pendorong (Reinforcing faktor)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

Gambar 2.1 Faktor yang Memengaruhi Perilaku Kesehatan dari teori Green dan Kreuter (2005)

Faktor Perilaku Non

Faktor

Faktor

Masalah

Non masalah


(50)

Diantara berbagai teori dan model perilaku kesehatan, yang saat ini menonjol di bidang promosi dan komunikasi kesehatan, salah satunya adalah Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model). Menurut Model Kepercayaan Kesehatan (Becker, 1974, 1979), perilaku ditentukan apakah seseorang: (1) Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu; (2) Menganggap masalah ini serius; (3) Meyakini efektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan; (4) Tidak mahal; dan (5) menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan. Sebagai contoh, seorang wanita akan mempergunakan kontrasepsi apabila : (1) dia telah mempunyai beberapa orang anak dan mengetahui bahwa ia masih potensial untuk hamil pada beberapa tahun mendatang; (2) melihat kesehatan dan status ekonomi tetangganya menjadi rusak karena terlalu banyak anak; (3) mendengar bahwa tehnik kontrasepsi tertentu menunjukkan efektifitas sebesar 95%; (4) sementara itu kontrasepsi aman dan tidak mahal; dan (5) dianjurkan oleh petugas kesehatannya supaya mulai memakai kontrasepsi (Graeff, 1996).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Roger (1974), menyatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan dari penelitian tersebut juga terungkap, bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yaitu :

1. Awareness ( kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek.


(51)

3. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, dimana orang sudah mencoba berperilaku baru.

5. Adoptation, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

Dalam perkembangannya, teori Green ini di modifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting) dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan, 1986). Contohnya adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertiam KB, manfaat KB dan dimana memperoleh pelayanan KB.

Selanjutnya Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :


(52)

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari


(53)

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada. 1. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan


(54)

pelaksanaan motif tertentu sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan: (Notoatmodjo, 2003).

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap KB dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang KB.

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha unutk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah. Adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi kesarana kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif.


(55)

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang bapak mau memakai alat kontrasepsi, meskipun mendapatkan tantangan dari isteri atau mertuanya.

2.6 Landasan Teori

Konsep umum yang dijadikan sebagai landasan teori adalah teori Green dan Kreuter (2005) yang digunakan untuk menilai perilaku individu atau kelompok. Ada 3 faktor yang memengaruhi individu untuk bertindak yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, kebutuhan yang dirasakan, kemampuan, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat), faktor pendukung (tersedia sarana dan prasarana) dan faktor pendorong (petugas kesehatan).

Konsep tersebut dikombinasikan dengan teori Kreuter yang dikutip dari Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan bertitik tolak dari niat seseorang, dukungan sosial, ada tidaknya informasi dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak.

Notoatmodjo (2003), mengatakan bahwa determinan perilaku dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal serta menurut Robbins (1994), beberapa karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, tanggung jawab, dan status masa kerja.


(56)

Berdasarkan konsep tersebut, maka landasan teori adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Landasan Teori Lawrence Green (1980) Faktor Predisposisi :

1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Nilai-nilai

Faktor pendukung : 1. Ketersediaan sumber

daya

2. Kemudahan untuk mencapai sumber daya 3. Peraturan/Hukum 4. Keterampilan Faktor pendorong : 1. Sikap dan perilaku

petugas kesehatan 2. Panutan

3. Pekerjaan 4. Teman

5. Pembuat keputusan

Faktor internal : 1. Tingkat Kecerdasan 2. Tingkat Emosional 3. Jenis Kelamin 4. Kebangsaan

Genetika

Perilaku dari Individu Kelompok, dan

Faktor eksternal : 1. Lingkungan Fisik 2. Lingkungan Biologik 3. Lingkungan Sosial,

(Budaya, Ekonomi, P litik)


(57)

2.7 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka pada penelitian ini dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, pendapatan), faktor pendukung (ketersedian fasilitas, keterjangkauan pelayanan kontrasepsi), faktor pendorong (informasi, dukungan istri), sedangkan variabel dependen adalah keikutsertaan vasektomi.

Faktor Predisposisi : 1. Pendidikan

2. Pengetahuan 3. Pendapatan

Faktor Pendukung : 1. Ketersediaan Fasilitas 2. Keterjangkauan

pelayanan kontrasepsi Faktor Pendorong 1. Informasi

Keikutsertaan Vasektomi


(58)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) dimana proses pengambilan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan antara variabel dependen dengan independen yang dilakukan di wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang 2013. Alasan pemilihan lokasi adalah karena di Kecamatan Percut Sei Tuan pencapaian program KB terutama kontrasepsi Vasektomi masih belum mencapai target yang diharapkan yaitu 5% untuk kb pria, data profil dari PPLKB Percut Sei Tuan januari tahun 2013, jumlah PUS di Kecamatan Percut Sei Tuan ada sebanyak 75310 orang dengan cakupan peserta KB aktif sebesar 54.308 orang, yang terbagi menjadi akseptor IUD sebesar 10.007 orang, MOW sebesar 2724 orang, Implant sebesar 7126 Orang, Suntik sebesar 13.148 orang, Pil sebesar 15.135 Orang, Kondom sebesar 5630 orang dan vasektomi sebesar 538 orang (0,71%). Sedangkan wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Lubuk Pakam dari 4300 PUS hanya ditemukan 46 orang peserta KB MOP dari 13 desa yang ada, target yang baru tercapai 0,10.


(59)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juli 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pria pasangan usia subur (PUS) yang bertempat di Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 75.310 orang (Data PPLKB Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2012).

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pria pasangan usia subur yang terdaftar dan tinggal bersama istri di Kecamatan Percut Sei Tuan. Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus besar sampel untuk uji hipotesis data proporsi satu populasi yang dikutip oleh Hidayat (2010) sebagai berikut:

n=

{

(

)

(

)

}

(

)

2

2 1

0 0 2

1 / 1 1

o a a P P P Pa Z P P Z − − − + −

−α β

Keterangan:

n = Besar sampel minimal Z₁-α/2

Z₁

= Nilai deviasi standar pada α 5% = 1,96 β

P₀ = Proporsi peserta keluarga berencana pria (vasektomi)= 0,2% (SDKI,2012) = Nilai deviasi standar pada β 20% = 0,842

Pa = Proporsi peserta keluarga berencana pria yang diharapkan = 0,23% Pa- P₀= Perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi 0,0003


(60)

Berdasarkan rumus perhitungan diperoleh besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah 104 orang. Penentuan sampel diambil dengan metode purposive sampling, dengan kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi

a. Tidak ingin memiliki anak lagi b. Suami dengan usia >30 tahun c. Jumlah anak > 2 orang d. Menikah dengan satu istri 2) Kriteria Eksklusi

a. Suami dengan kelainan alat genetalia b. Suami dengan penyakit sistemik

c. Suami yang memiliki penyakit menular seksual

3.4Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara kepada responden dengan berpedoman kuesioner yang telah disiapkan, mencakup variabel yang akan diteliti yaitu berisi pertanyaan tentang variabel terikat (dependen) yaitu keikutsertaan vasektomi dan pertanyaan tentang variabel bebas (independen) meliputi pengetahuan, pendapatan, pendidikan, keterjangkauan pelayanan, ketersediaan


(61)

fasilitas, informasi dan dukungan isteri. dimana sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari PPLKB Kecamatan Percut Sei Tuan, dan instansi terkait lainnya, seperti Puskesmas maupun Pusat Pelayanan Vasektomi di Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Bila seseorang ingin mengukur berat suatu benda maka dia harus menggunakan timbangan. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi anatar skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan total skor kuesioner tersebut menggunakan rumus korelasi Corrected Item Total Correlation, dengan

ketentuan jika nilai koefisien korelasi (r) > 0,361 pada df = 28 ; α = 5% butir

instrumen tersebut dikatakan valid (Riduwan, 2002).

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya/diandalkan. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Teknik menghitung indeks reliabilitas dengan metode Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur lebih dari satu kali pengukuran dengan ketentuan r Cronbach Alpha > 0,60, dinyatakan reliabel; dan jika r Cronbach Alpha < 0,60, dinyatakan tidak reliabel (Nursalam, 2008).


(62)

Uji validitas dan reabilitas dilakukan pada 30 orang pria pasangan usia subur yang vasektomi di Kecamatan Batang Kuis dengan alasan memiliki karakteristik yang relatif sama. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan Variabel Nilai Corrected

Item-Total Status

Pengetahuan 1 0,452 Valid

Pengetahuan 2 0,452 Valid

Pengetahuan 3 0,568 Valid

Pengetahuan 4 0,568 Valid

Pengetahuan 5 0,518 Valid

Pengetahuan 6 0,398 Valid

Pengetahuan 7 0,364 Valid

Pengetahuan 8 0,364 Valid

Pengetahuan 9 0,365 Valid

Pengetahuan 10 0,509 Valid

Reliabilitas Cronbach’s Alpha = 0,789

Pada Tabel 3.2 diperoleh bahwa dari seluruh variabel pengetahuan mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari nilai tabel (rtabel =

0,361) dengan nilai Cronbach’s Alpha=0,789>0,60 artinya seluruh item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian semuanya adalah valid dan reliabel.


(63)

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Ketersediaan Fasilitas

Variabel Nilai Corrected Item-Total

Keterangan

Ketersediaan 1 0,743 Valid

Ketersediaan 2 0,735 Valid

Ketersediaan 3 0,547 Valid

Ketersediaan 4 0,649 Valid

Ketersediaan 5 0,572 Valid

Ketersediaan 6 0,505 Valid

Ketersediaan 7 0,795 Valid

Reliabilitas Cronbach’s Alpha 0,869

Pada Tabel 3.3 diperoleh bahwa dari seluruh item pertanyaan ketersediaan mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari nilai tabel (rtabel

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Keterjangkauan = 0,361), artinya seluruh pertanyaan ketersediaan adalah valid. Selanjutnya diperoleh nilai Cronbach Alpha = 0,869 >0,60, artinya seluruh pertanyaan ketersediaan yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian reliabel.

Variabel Nilai Corrected Item-Total

Keterangan

Keterjangkauan 1 0,459 Valid

Keterjangkauan 2 0,459 Valid

Keterjangkauan 3 0,577 Valid

Keterjangkauan 4 0,517 Valid

Keterjangkauan 5 0,477 Valid

Keterjangkauan 6 0,411 Valid

Keterjangkauan 7 0,432 Valid


(64)

Pada Tabel 3.4 diperoleh bahwa dari seluruh item pertanyaan keterjangkauan mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari nilai tabel (rtabel

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Informasi = 0,361), artinya pertanyaan seluruh keterjangkauan adalah valid. Selanjutnya diperoleh nilai Cronbach Alpha = 0,761 >0,60, artinya seluruh pertanyaan keterjangkauan yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian reliabel.

Variabel Nilai Corrected Item-Total

Keterangan

Informasi 1 0,528 Valid

Informasi 2 0,475 Valid

Informasi 3 0,368 Valid

Informasi 4 0,385 Valid

Reliabilitas Cronbach’s Alpha 0,738

Pada Tabel 3.5 diperoleh bahwa dari seluruh item pertanyaan informasi mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari nilai tabel (rtabel

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Dukungan Isteri = 0,361), artinya pertanyaan seluruh informasi adalah valid. Selanjutnya diperoleh nilai Cronbach Alpha = 0,738 >0,60, artinya seluruh pertanyaan informasi yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian reliabel.

Variabel

Tahap Pertama Tahap Kedua

Nilai Corrected Item-Total

Status Nilai Corrected Item-Total

Status

Dukungan isteri 1 0,511 Valid 0,567 Valid

Dukungan isteri 2 0,567 Valid 0,634 Valid

Dukungan isteri 3 -0,385 Tidak Valid

Dukungan isteri 4 0,635 Valid 0,663 Valid


(1)

Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R Square

1 90,913a ,291 ,414

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea

Observed Predicted

Keikutsertaan vasektomi Percentage Correct Ikut Tidak Ikut

Step 1 Keikutsertaan vasektomi Ikut 68 5 93,2

Tidak Ikut 15 16 51,6

Overall Percentage 80,8

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a Pengetahuan 1,525 ,565 7,281 1 ,007 4,597 1,518 13,921

Informasi 2,300 ,584 15,540 1 ,000 9,979 3,179 31,318 Keterjangkauan -1,417 ,549 6,667 1 ,010 ,242 ,083 ,711 pendapatan 1,653 ,793 4,343 1 ,037 5,223 1,103 24,725 Constant -2,702 ,826 10,702 1 ,001 ,067

a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan, informasi, keterjangkauan, pendapatan.

Model if Term Removed

Variable Model Log

Likelihood

Change in -2 Log Likelihood

df Sig. of the Change

Step 1 Pengetahuan -49,232 7,550 1 ,006

Informasi -54,533 18,154 1 ,000

Keterjangkauan -49,054 7,195 1 ,007


(2)

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 104 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 104 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 104 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value

Ikut 0

Tidak Ikut 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed Predicted

Keikutsertaan Vasektomi Percentage Correct Ikut Tidak Ikut

Step 0 Keikutsertaan vasektomi

Ikut 73 0 100,0

Tidak Ikut 31 0 ,0

Overall Percentage 70,2

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Variables in the Equation


(3)

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Pengetahuan 10,791 1 ,001

Informasi 17,493 1 ,000

keterjangkauan 5,090 1 ,024

Pendapatan 2,183 1 ,140

informasi by pengetahuan 10,836 1 ,001 keterjangkauan by pengetahuan 1,897 1 ,168 pendapatan by pengetahuan 11,436 1 ,001

Overall Statistics 33,444 7 ,000

Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig. Step 1 Step 35,892 7 ,000

Block 35,892 7 ,000

Model 35,892 7 ,000

Step 2a Step -,008 1 ,930

Block 35,885 6 ,000

Model 35,885 6 ,000

Step 3a Step -,049 1 ,825

Block 35,836 5 ,000

Model 35,836 5 ,000

Step 4a Step -,030 1 ,863

Block 35,806 4 ,000

Model 35,806 4 ,000

a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.


(4)

Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R Square

1 90,827a ,292 ,414

2 90,834a ,292 ,414

3 90,883a ,291 ,414

4 90,913a ,291 ,414

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Observed Predicted

Keikutsertaan vasektomi Percentage Correct Ikut Tidak Ikut

Step 1 Keikutsertaan vasektomi Ikut 68 5 93,2

Tidak Ikut 15 16 51,6

Overall Percentage 80,8

Step 2 Keikutsertaan vasektomi Ikut 68 5 93,2

Tidak Ikut 15 16 51,6

Overall Percentage 80,8

Step 3 Keikutsertaan vasektomi Ikut 68 5 93,2

Tidak Ikut 15 16 51,6

Overall Percentage 80,8

Step 4 Keikutsertaan vasektomi Ikut 68 5 93,2

Tidak Ikut 15 16 51,6

Overall Percentage 80,8


(5)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a Pengetahuan 1,122 1,850 ,368 1 ,544 3,070 ,082 115,301

Informasi 2,228 ,659 11,428 1 ,001 9,282 2,550 33,781 Keterjangkauan -1,385 ,673 4,232 1 ,040 ,250 ,067 ,937 Pendapatan 1,549 ,961 2,599 1 ,107 4,708 ,716 30,967 informasi by

pengetahuan ,365 1,469 ,062 1 ,804 1,441 ,081 25,658 keterjangkauan by

pengetahuan -,108 1,235 ,008 1 ,930 ,897 ,080 10,106 pendapatan by

pengetahuan ,410 1,804 ,052 1 ,820 1,506 ,044 51,712 Constant -2,598 ,919 8,001 1 ,005 ,074

Step 2a Pengetahuan 1,091 1,821 ,359 1 ,549 2,978 ,084 105,761 Informasi 2,234 ,658 11,524 1 ,001 9,333 2,570 33,892 Keterjangkauan -1,417 ,564 6,315 1 ,012 ,242 ,080 ,732 Pendapatan 1,564 ,948 2,723 1 ,099 4,778 ,746 30,622 informasi by

pengetahuan ,323 1,380 ,055 1 ,815 1,381 ,092 20,660 pendapatan by

pengetahuan ,394 1,798 ,048 1 ,827 1,482 ,044 50,289 Constant -2,597 ,920 7,977 1 ,005 ,074

Step 3a Pengetahuan 1,460 ,682 4,587 1 ,032 4,305 1,132 16,378 Informasi 2,248 ,658 11,670 1 ,001 9,468 2,607 34,387 Keterjangkauan -1,435 ,559 6,594 1 ,010 ,238 ,080 ,712 Pendapatan 1,678 ,810 4,298 1 ,038 5,357 1,096 26,182 informasi by

pengetahuan ,217 1,266 ,029 1 ,864 1,243 ,104 14,846 Constant -2,693 ,830 10,524 1 ,001 ,068

Step 4a Pengetahuan 1,525 ,565 7,281 1 ,007 4,597 1,518 13,921 Informasi 2,300 ,584 15,540 1 ,000 9,979 3,179 31,318 Keterjangkauan -1,417 ,549 6,667 1 ,010 ,242 ,083 ,711 Pendapatan 1,653 ,793 4,343 1 ,037 5,223 1,103 24,725 Constant -2,702 ,826 10,702 1 ,001 ,067

a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan, informasi, keterjangkauan, pendapatan, informasi * pengetahuan , keterjangkauan * pengetahuan , pendapatan * pengetahuan .


(6)

Model if Term Removed

Variable Model Log

Likelihood

Change in -2 Log Likelihood

df Sig. of the Change

Step 1 Pengetahuan -45,586 ,345 1 ,557

Informasi -51,636 12,446 1 ,000

Keterjangkauan -47,639 4,452 1 ,035

Pendapatan -46,972 3,117 1 ,077

informasi * pengetahuan -45,445 ,064 1 ,800 keterjangkauan *

pengetahuan -45,417 ,008 1 ,930

pendapatan * pengetahuan -45,440 ,052 1 ,819

Step 2 Pengetahuan -45,586 ,338 1 ,561

Informasi -51,647 12,459 1 ,000

Keterjangkauan -48,796 6,757 1 ,009

Pendapatan -47,052 3,269 1 ,071

informasi * pengetahuan -45,445 ,056 1 ,813 pendapatan * pengetahuan -45,442 ,049 1 ,825

Step 3 Pengetahuan -47,712 4,541 1 ,033

Informasi -51,715 12,546 1 ,000

Keterjangkauan -48,989 7,095 1 ,008

Pendapatan -47,994 5,105 1 ,024

informasi * pengetahuan -45,456 ,030 1 ,863

Step 4 Pengetahuan -49,232 7,550 1 ,006

Informasi -54,533 18,154 1 ,000

Keterjangkauan -49,054 7,195 1 ,007

Pendapatan -48,020 5,128 1 ,024

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 2a Variables keterjangkauan by pengetahuan ,008 1 ,930

Overall Statistics ,008 1 ,930

Step 3b Variables

keterjangkauan by pengetahuan ,004 1 ,949 pendapatan by pengetahuan ,048 1 ,826

Overall Statistics ,056 2 ,972

Step 4c Variables

informasi by pengetahuan ,029 1 ,864 keterjangkauan by pengetahuan ,000 1 ,996 pendapatan by pengetahuan ,022 1 ,882

Overall Statistics ,083 3 ,994

a. Variable(s) removed on step 2: keterjangkauan * pengetahuan . b. Variable(s) removed on step 3: pendapatan * pengetahuan . c. Variable(s) removed on step 4: informasi * pengetahuan .