Kontrasepsi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Vasektomi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontrasepsi

Kontrasepsi mantap adalah salah satu metoda kontrasepsi yang mempunyai banyak kelebihan dan beberapa kekurangan. Kelebihannya antara lain bahwa kontap merupakan salah satu metoda kontrasepsi yang sangat efektif bagi pria dan perempuan, pengaruhnya jangka lama dengan sekali tindakan saja, usia tidak menjadi faktor utama, dan tidak memiliki efek samping klinis karena bersifat non hormonal BKKBN, 2003. Beberapa jenis cara vasektomi yang bisa di pilih oleh akseptor yaitu 1. Vasektomi Tanpa Pisau VTP atau No-scalpel Vasectomy 2. Vasektomi dengan insisi skrotum tradisional 3. Vasektomi semi permanen Vasektomi Tanpa Pisau VTP dilakukan dengan hanya dibius lokal pada kulit sebelah pinggir kantong buah zakar setelah meraba lokasi saluran sel sperma atau vas deferens. Lalu, bagian tersebut dibedah beberapa sentimeter untuk menemukan saluran. Saluran sperma lalu diikat pada dua sisi dan dipotong, lalu dimasukkan kembali ke dalam kantong zakar. Bekas luka pun dijahit. Proses ini memakan waktu 10 hingga 20 menit untuk kedua sisi buah zakar. Penelitian yang membandingkan teknik pembedahan vasektomi tradisional dengan MOP kauter listrik tanpa pisau bedah menunjukkan bahwa pria mengalami Universita Sumatera Utara nyeri dan perdarahan yang lebih sedikit dari luka pada metode ini Black, 2003. MOP Semi Permanen yakni vas deferens yang diikat dan bisa dibuka kembali untuk berfungsi secara normal kembali dan tergantung dengan lama tidaknya pengikatan vas deferen, karena semakin lama vasektomi diikat, maka keberhasilan semakin kecil, sebab vas deferen yang sudah lama tidak dilewati sperma akan menganggap sperma adalah benda asing dan akan menghancurkan benda asing Hartanto, 2004 .

2.2 Vasektomi

Vasektomi adalah melakukan tindakan mengikatmemotong saluran spermatozoid yang berasal dari testis, sehingga semen air mani tidak lagi mengandung spermatozoid sel kelamin pria. Dalam keadaan vasektomi testis melalui sel Leydig masih memproduksi hormon testosteron yang akan beredar ke seluruh tubuh. Hormon ini memengaruhi fungsi seksual pada pria sehingga gairah seks tidak akan lunturmenurun dan penis akan masih tetap jaya sepanjang masa. alat kontrasepsi ini permanen bagi pria yang sudah memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi. Klien harus mempertimbangkan secara matang sebelum mengambil keputusan. operasi ini aman dan mudah hanya memerlukan beberapa menit di rumah sakit atau klinik KB yang terstandar untuk melakukan pembedahan ringan Hartanto, 2009.

2.2.1 Pengertian Vasektomi

KB ini baru efektif setelah ejakulasi 20 kali atau 3 bulan pasca operasi. Sebelum waktu itu harus menggunakan barier lain atau kondom. Secara umum Universita Sumatera Utara vasektomi tidak ada efek samping jangka panjang, tidak berpengaruh terhadap kemampuan maupun kepuasan seksual Meillani, 2010. Vasektomi merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang dilakukan oleh banyak negara di dunia untuk menekan angka pertambahan penduduk. Dalam kenyataannya, vasektomi memang kurang populer dibanding metode kontrasepsi lainnya seperti suntik KB, minum pil KB, memakai kondom, maupun kontrasepsi alami dengan cara menghitung kalender. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa vasektomi adalah operasi kecil mengikat saluran sperma pria sehingga benih pria tidak mengalir ke dalam air mani pria. Dengan vasektomi, seorang pria tidak bisa lagi menghamili wanita karena saat ejakulasi air mani pria tidak mengandung sel sperma. air mani pria yang terpancar ke dalam vagina saat berhubungan intim bukan hanya mengandung sel sperma, tetapi juga terdapat cairan seminal dan getah yang dihasilkan oleh prostat. Percampuran ketiga cairan tersebut menjadikan air mani berbentuk kental dan memiliki volume yang banyak. Saat ejakulasi seorang pria pada umumnya menghasilkan 5 cc air mani, volume air sperma bisa bertambah atau berkurang tergantung kesehatan pria tersebut. dari 5 cc air sperma tersebut yang berisi sel sperma hanya 5 persen saja. Artinya, hanya 0.15 cc saja air sperma yang mengandung sel sperma. 2.2.2 Tujuan Vasektomi Pria yang melakukan vasektomi adalah ayah yang memiliki kesadaran untuk terlibat langsung dalam hal mengatur kelahiran anak. Lebih dari itu, hal ini adalah sebagai bentuk kepedulian seorang pria untuk aktif memilih kontrasepsi selain Universita Sumatera Utara partisipasi dari pihak wanita. Alasan yang umum diambil mengapa pria vasektomi adalah karena isteri mengalami alergi terhadap metode kontrasepsi tertentu sehingga pria mengambil alih tugas kontrasepsi. Operasi vasektomi dilakukan dengan tujuan agar pria tidak bisa menghamili wanita secara permanen.

2.2.3 Efektifitas

a. Angka keberhasilan amat tinggi 99, angka kegagalan 0-2,2, umumnya 1 b. Kegagalan kontap pria umumnya disebabkan oleh : 1. Senggama yang tidak terlindung sebelum semenejakulat bebas sama sekali dari spermatozoa. 2. Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukan granuloma spermatozoa. 3. Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi 4. Jarang : duplikasi congenital dari vas deferens terdapat 1 vas deferens pada satu sisi. c. Vasektomi dianggap gagal bila : 1. Pada analisis sperma setelah 3 bulan pasca-vasektomi atau setelah 10-12 kali ejakulasi masih dijumpai sperma. 2. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma. 3. Istri hamil

2.2.4 Komplikasi

Komplikasi jangka pendek termasuk sementara memar dan perdarahan, yang dikenal sebagai hematoma. Komplikasi jangka panjang utama adalah kondisi sakit Universita Sumatera Utara permanen, vasektomi sakit sindrom-post. Data pada manusia dan hewan menunjukkan bahwa vasektomi tidak meningkatkan aterosklerosis dan peningkatan sirkulasi kompleks imun setelah vasektomi bersifat sementara. Selain itu, berat bukti tentang prostat dan kanker testis menunjukkan bahwa pria dengan vasektomi yang tidak mengalami peningkatan risiko kanker tersebut.

2.2.5 Keuntungan

a. Efektif, kemungkinan gagal tidak ada karena dapat di check kepastian di laboraturium. b. Aman, Morbiditas rendah dan tidak ada mortalitas. c. Cepat, hanya memerlukan 5-10 menit dan pasien tidak perlu dirawat di Rumah Sakit. d. Menyenangkan bagi akseptor karena hanya memerlukan anastesi lokal saja. e. Tidak mengganggu hubungan seksual selanjutnya. f. Biaya rendah g. Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita. 2.2.6 Kerugian a. Harus dengan tindakan operatif b. Kemungkinan ada komplikasi seperti perdarahan dan infeksi. c. Tidak seperti sterilisasi wanita yang langsung menghasilkan steril permanen, pada vasektomi beberapa hari, minggu atau bulan sampai sel mani menjadi negatif. Universita Sumatera Utara d. Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi. e. Pada orang-orang yang mempunyai problem-problem psikologis yang memengaruhi seks, dapat menjadikan keadaan semakin parah.

2.2.7 Kontra Indikasi

a. Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies b. Infeksi traktus genitalia. c. Kelainan skrotum dan sekitarnya : varicocele, hydrocele besar, filariasis, hernia inguinalis, orchiopexy, luka parut bekas luka operasi hernia, skrotum yang sangat tebal. d. Penyakit sistemik : penyakit-penyakit perdarahan, Diabetes Miellitus, penyakit koroner yang baru. e. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil. 2.2.8 Efek Samping Tindakan Vasektomi a. Infeksi b. Hematoma c. Granuloma Sperma d. Rekanalisasi Spontan e. Pendarahan

2.2.9 Pelaksanaan Pelayanan

a. Persiapan petugas 1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih selama 10 menit atau bahan antiseptic selama 2 menit. Universita Sumatera Utara 2. Memakai baju yang bersih baju operasi, tutup kepala, tutup mulut dan hidung. b. Pra-Operasi 1. Anamnesis dan lakukan informed consent 2. Pemeriksaan Fisik 3. Pemeriksaan laboratorium 4. Persiapan klien a. Klien sebaiknya mandi serta mengenakan pakaian yang bersih dan longgar sebelum mengunjungi klinik, atau setikdaknya klien dianjurkan membersihkan daerah skrotum dan inguinallipat paha sebelum masuk keruang tindakan. b. Klien dianjurkan membawa celana khusus untuk menyangga skrotum. c. Rambut pubis cukup digunting untuk memperkecil resiko infeksi. d. Cucibersihkan daerah operasi dengan sabun dan air kemudian ulangi sekali lagi dengan larutan antiseptik atau langsung diberi antiseptik povidon iodin. e. Bila diperlukan larutan povidon iodin seperti betadin, tunggu 1 atau 2 menit hingga jodium bebas yang terlepas dapat membunuh mikro organisme. 5. Anastesi lokal a. Dipakai karena murah dan lebih aman, misalnya Lidocaine 1-2 sebanyak 1- 5cc atau sejenisnya b. Kadang-kadang dicampur dengan ardrenalin, untuk mengurangi perdarahan. Universita Sumatera Utara c. Jangan menyuntikkan anastesi lokal langsung kedalam vas deferens, karena mungkin dapat merusak plexus pampiniform. d. Bila calon akseptor mengalami rasa takut atau gelisah, dapat diberikan tranquilizer atau sedative, per oral atau suntikan. Anastesi umum mungkin perlu dipertimbangkan pada kasus-kasus khusus a. Adanya luka parut daerah inguinal atau skrotum yang sangat tebal. b. Kelainan intra-skrotal seperti hydrocele, varicocele. c. Alergi terhadap anastesi lokal

2.2.10 Syarat-Syarat Vasektomi

Pemasangan kontrasepsi vasektomi dapat dilakukan pada pria : 1. Mendapatkan persetujuan istri 2. Pasangan yang tidak lagi ingin menambah jumlah anak. 3. Pasangan yang istrinya sudah sering melahirkan. 4. Harus secara sukarela. 5. Mengetahui akibat-akibat vasektomi. 6. Umur calon tidak kurang dari 30 tahun. 7. Pasangan yang telah gagal dengan kontrasepsi lain. 8. Pria yang akan melakukan MOP harus melakukannya secara sukarela dan menandatangani surat persetujuan. 9. Pasangan suami istri telah mempunyai anak minimal 2 orang dan anak paling kecil harus sudah berumur diatas 2 tahun. Universita Sumatera Utara

2.2.11 Mitos-Mitos yang Salah Dalam Pemikiran Masyarakat terhadap Vasektomi

a. Vasektomi dilakukan dengan memotong penis. Operasi vasektomi dilakukan hanya dengan sedikit melukai pangkal penis. Bekas lukanya saja hanya sekitar 5mm. b. Setelah vasektomi, penis tidak dapat berdiri. Vasektomi bukan kebiri. Jadi para pria sama sekali tidak perlu kuatir karena tidak ada bagian dari kejantanannya yang diambil. Penis Anda tetap berfungsi normal seperti sebelumnya. Bahkan Anda sebenarnya tetap memproduksi sel sperma, hanya saja sel tersebut tidak berhasil menuju ke tempat yang benar karena salurannya sudah dipotong. c. Tidak ada cairan yang keluar saat ejakulasi. Tentu saja tetap ada cairan yang keluar. Cairan yang keluar saat ejakulasi itu adalah cairan semen. Sebelum vasektomi, cairan semen itu mengandung sel sperma. Setelah operasi, sel sperma itulah yang hilang dari cairan semen. d. Gairah seks menurun pasca operasi. Gairah seks tidak menurun pasca operasi. Justru gairah seks bisa jadi malah naik karena sudah tidak punya kekuatiran “menghamili” istri. e. Operasi vasektomi adalah pekerjaan yang “berat” Justru sebaliknya, proses operasi vasektomi cukup ringan dan cepat. Biusnya pun lokal saja Yahya, 2008 Universita Sumatera Utara

2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Vasektomi

Menurut Abadi 2010, rendahnya kesertaan pria ber-KB di Indonesia dapat terlihat dari keikutsertaannya yang baru mencapai sekitar 1,1, yakni kondom sebanyak 0,7 dan vasektomi 0,4. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, yaitu :

1. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran pria terhadap KB dan kesehatan

reproduksi. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran pria terhadap kb dapat dilihat dari hasil pengamatan berbagai survei di beberapa propinsi, tingkat pengetahuan pria terhadap keluarga berencana secara umum masih rendah, berbagai faktor yang memengaruhi antara lain : pendidikan, pekerjaan, keterpaparan, media massa, kondisi lingkungan, pengalaman menggunakan alat kontrasepsi Abadi, 2010.

2. Kondisi sosial budaya masyarakat dan agama yang belum optimal

Perlu diakui bersama bahwa selama ini program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi masih tertuju pada perempuanisteri, sementara priasuami masih belum tersentuh. MOP atau vasektomi sebagai salah satu dari dua pilihan cara kb pria yang masih diperbincangkan dan diperdebatkan. Masih adanya fatwa dari MUI yang menyatakan setuju dilakukannya vasektomi, jika dalam keadaan darurat. Bila ditinjau dari kondisi sosial ekonomi, hasil studi Pusat Kajian Pembangunan Atmajaya bekerja sama dengan Puslitbang Biomedis dan Reproduksi di DKI Jakarta 1999, menyatakan bahwa tingkat pendapatan suatu keluarga sangat berpengaruh terhadap kesertaan suami dalam ber-KB. Bila PUS keduanya bekerja, Universita Sumatera Utara isteri mempunyai penghasilan sendiri maka kesadaran pria untuk ber-KB jauh lebih tinggi. Bila ditinjau dari sosial budaya, masih banyaknya masyarakat yang tidak memahami cara vasektomi ini, cenderung isteri yang tidak memberi izin kepada suami untuk vasektomi dikarenakan takut suami akan nyeleweng, tidak bergairah dalam hubungan seksual, kemudian ada persepsi masyarakat bahwa banyak anak banyak rejeki dan preferensi jenis kelamin anak Abadi, 2010.

3. Ketersediaan fasilitas kb pria masih belum memadai

Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam kualitas pelayanan vasektomi yaitu : a. Tempat pelayanan yang belum memadai. b. Tenaga ahli untuk vasektomi masih terbatas, masih kurangnya tenaga kesehatan yang terampil untuk melakukan medis operasi pria. Kurangnya konseling dari tenaga kesehatan kepada masyarakat akan penjelasan kontrasepsi vasektomi

4. Keterjangkauan pelayanan KB Pria dan Kesehatan Reproduksi.

Tempat pelayanan kb pria yang perlu dilakukan perluasan seperti adanya tempat khusus pelayanan kb pria agar terjaga rahasia privasi, seperti adanya klinik, puskesmas atau rumah sakit untuk dilakukannya vasektomi yang dekat dengan lingkungannya, biaya yang murah. dengan banyaknya tempat pelayanan kb pria yang ada maka akan mempermudah para pria mendapatkan pelayanan dengan baik Abadi, 2010. Universita Sumatera Utara

5. Informasi Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi bagi Pria

masih sangat terbatas. Sumber informasi untuk kontrasepsi pria masih sangatlah terbatas, baik itu dari tenaga kesehatan, media TV, Radio, Media cetak, bahkan banyak masyarakat yang sama sekali tidak mengetahui apa itu vasektomi, bagaimana masyarakat mau menggunakannya, mengenal vasektomi saja masyarakat tidak pernah. Kurangnya kebijakan pemerintah terhadap kontrasepsi vasektomi ini, sehingga menimbulkan persepsi bagi masyarakat bahwa kb itu adalah urusan isteri. Adanya perbedaan persepsi tentang istilah yang digunakan pengelola dengan pemahaman masyarakat. Pengelola menganggap metode kontrasepsi yang mudah dan praktis adalah metode yang hanya sekali pasang. Sedangkan masyarakat meganggap bahwa kontrasepsi yang mudah dan praktis adalah kontrasepsi yang dapat diperoleh dimana saja tanpa menyulitkan dan melibatkan orang lain. Begitu juga dengan istilah MOP Medis Operasi Pria sering menakutkan masyarakat, sehingga menjadi hambatan dalam sosialisasinya.

6. Dukungan Isteri

Menurut Mc Kinley dalam Graeff 1996 individu sangat kuat di memengaruhi oleh reaksi-reaksi negatif dan positif dari orang-orang dalam kerangka kerja sosial mereka, keluarga dekat, tetangga, dan tokoh masyarakat tertentu bagi praktik-praktik kesehatan mereka. Pemakaian kontrasepsi termasuk kontrasepsi vasektomi akan semakin baik jika ada dukungan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Friedman dan Sarwono dalam Universita Sumatera Utara Purba 2008, ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suamiisteri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonalnya baik.

2.4 Beberapa Penelitian tentang Vasektomi

Temuan penelitian dari LDFE-UI 1998 dalam Citra Abadi, menurut hasil regresi logistik bahwa faktor-faktor diterminan sosial budaya yang memengaruhi kesertaan kontrasepsi mantap pria adalah KIE. Sementara temuan kualitatif menyimpulkan bahwa hambatan pria berkontrasepsi antara lain disebabkan terbatasnya informasi alat kontrasepsi pria dan pelayanan yang diberikan. Dari hasil penelitian di Inggris, terhadap 500 pria yang telah ikut dalam pemakaian alat kontrasepsi vasektomi pada tahun 1997, 27 mengatakan bahwa mereka memilih vasektomi untuk membebaskan isterinya dari penggunaan kontrasepsi. Sebanyak 31 lainnya mengatakan mereka telah memiliki jumlah anggota keluarga yang cukup dan vasektomi merupakan metode kontrasepsi mantap yang terbaik BkkbN, 2010. Dari hasil kuesioner Marie Stopes International MSI di London yang di isi oleh 500 pria yang telah, melakukan vasektomi pada tahun 1997, 27 mengatakan bahwa mereka memilih vasektomi untuk membebaskan isterinya dari penggunaan kontrasepsi. Sebanyak 31 lainnya mengatakan mereka telah memiliki jumlah Universita Sumatera Utara anggota keluarga yang cukup dan vasektomi merupakan metode kontrasepsi mantap yang baik BkkbN, 2010. Penelitian di Brazil, coloumbia dan mexico juga menunjukkan bahwa laki-laki yang memperhatikan dan peduli terhadap isterinya, memegang peranan penting dalam penentuan keputusan untuk melakukan vasektomi. Para pria mengatakan mereka melakukan vasektomi karena keuntungannya dibandingkan sterilisasi wanita dan metode kontrasepsi lainnya. Para pria tersebut sangat perduli dengan kesehatan isterinya dan tergerak untuk berbagi tanggung jawab dalam keluarga berencana serta terbebas dari kehamilan yang tidak di inginkan, dan kesemuanya itu bisa diwujudkan dengan mengikuti vasektomi BkkbN, 2010. Menurut Dr. Yusro Hadi Maksum, pemimpin penelitian vasektomi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, vasektomi merupakan cara ampuh untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Bahkan vasektomi telah berkembang pesat di negara-negara yang berpenduduk padat seperti China, India, dan Amerika Serikat. Tidak hanya itu, vasektomi pun memiliki dampak positif yang bagi kesehatan dan kehidupan seks. Diketahui bahwa vasektomi adalah salah satu metoda dalam penyembuhan pembengkakan kelenjar prostat Pipiet, 2011. Menurut penelitian yang dilakukan Dr. Yusro di Bandar Lampung, responden yang bersedia di vasektomi mengakui bahwa frekuensi hubungan seksual dengan sang istri meningkat bahkan bisa mencapai dua kali ejakulasi semalam. Peningkatan frekuensi hubungan seksual terjadi karena secara psikologis tidak terbebani dan adanya rangsangan-rangsangan dari dalam muncul ketika sperma terhenti disekitar Universita Sumatera Utara testis. Selama proses menunggu tubuh menghancurkan sperma tersebut, ada rangsangan yang menusuk saraf di sekitar kelamin sehingga keinginan mencapai kenikmatan seksual pun bertambah.

2.5 Konsep Perilaku Kesehatan

Menurut Green dan Kreuter 2005, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni perilaku behavior causes dan faktor diluar perilaku non behavior causes. Perilaku itu sendiri di tentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni faktor predisposisi predisposing faktor, faktor-faktor yang mendukung enabling faktor, dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong reinforcing faktor. a. Faktor-faktor predisposisi Predisposing faktor Faktor-faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap keehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah. b. Faktor-faktor pemungkin Enabling faktor Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, Universita Sumatera Utara posyandu, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, atau faktor pemungkin. c. Faktor-faktor pendorong Reinforcing faktor Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat toma, tokoh agama toga, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh acuan dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Gambar 2.1 Faktor yang Memengaruhi Perilaku Kesehatan dari teori Green dan Kreuter 2005 Faktor Perilaku Non Faktor Faktor Masalah Non masalah Kualitas Universita Sumatera Utara Diantara berbagai teori dan model perilaku kesehatan, yang saat ini menonjol di bidang promosi dan komunikasi kesehatan, salah satunya adalah Model Kepercayaan Kesehatan Health Belief Model. Menurut Model Kepercayaan Kesehatan Becker, 1974, 1979, perilaku ditentukan apakah seseorang: 1 Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu; 2 Menganggap masalah ini serius; 3 Meyakini efektifitas tujuan pengobatan dan pencegahan; 4 Tidak mahal; dan 5 menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan. Sebagai contoh, seorang wanita akan mempergunakan kontrasepsi apabila : 1 dia telah mempunyai beberapa orang anak dan mengetahui bahwa ia masih potensial untuk hamil pada beberapa tahun mendatang; 2 melihat kesehatan dan status ekonomi tetangganya menjadi rusak karena terlalu banyak anak; 3 mendengar bahwa tehnik kontrasepsi tertentu menunjukkan efektifitas sebesar 95; 4 sementara itu kontrasepsi aman dan tidak mahal; dan 5 dianjurkan oleh petugas kesehatannya supaya mulai memakai kontrasepsi Graeff, 1996. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Roger 1974, menyatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan dari penelitian tersebut juga terungkap, bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yaitu : 1. Awareness kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek. 2. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus. Universita Sumatera Utara 3. Evaluation menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial, dimana orang sudah mencoba berperilaku baru. 5. Adoptation, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus. Dalam perkembangannya, teori Green ini di modifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni: 1. Pengetahuan Knowledge Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng long lasting dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan Gerungan, 1986. Contohnya adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertiam KB, manfaat KB dan dimana memperoleh pelayanan KB. Selanjutnya Notoatmodjo 2007 mengatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan : Universita Sumatera Utara a. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi Aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari Universita Sumatera Utara penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis Synthesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada. 1. Sikap Attitude Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Notoatmodjo 2003 yang mengutip pendapat Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan Universita Sumatera Utara pelaksanaan motif tertentu sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan: Notoatmodjo, 2003. a. Menerima Receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Misalnya sikap orang terhadap KB dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang KB. b. Merespon Responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha unutk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah. Adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c. Menghargai Valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain tetangganya, saudaranya dan sebagainya untuk pergi kesarana kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif. Universita Sumatera Utara d. Bertanggung jawab Responsible Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang bapak mau memakai alat kontrasepsi, meskipun mendapatkan tantangan dari isteri atau mertuanya.

2.6 Landasan Teori

Konsep umum yang dijadikan sebagai landasan teori adalah teori Green dan Kreuter 2005 yang digunakan untuk menilai perilaku individu atau kelompok. Ada 3 faktor yang memengaruhi individu untuk bertindak yaitu faktor predisposisi pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, kebutuhan yang dirasakan, kemampuan, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat, faktor pendukung tersedia sarana dan prasarana dan faktor pendorong petugas kesehatan. Konsep tersebut dikombinasikan dengan teori Kreuter yang dikutip dari Notoatmodjo 2003, perilaku kesehatan bertitik tolak dari niat seseorang, dukungan sosial, ada tidaknya informasi dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak. Notoatmodjo 2003, mengatakan bahwa determinan perilaku dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal serta menurut Robbins 1994, beberapa karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, tanggung jawab, dan status masa kerja. Universita Sumatera Utara Berdasarkan konsep tersebut, maka landasan teori adalah sebagai berikut : │ Gambar 2.2 Landasan Teori Lawrence Green 1980 Faktor Predisposisi : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Nilai-nilai Faktor pendukung : 1. Ketersediaan sumber daya 2. Kemudahan untuk mencapai sumber daya 3. PeraturanHukum 4. Keterampilan Faktor pendorong : 1. Sikap dan perilaku petugas kesehatan 2. Panutan 3. Pekerjaan 4. Teman 5. Pembuat keputusan Faktor internal : 1. Tingkat Kecerdasan 2. Tingkat Emosional 3. Jenis Kelamin 4. Kebangsaan Genetika Perilaku dari Individu Kelompok, dan Faktor eksternal : 1. Lingkungan Fisik 2. Lingkungan Biologik 3. Lingkungan Sosial, Budaya, Ekonomi, P litik Universita Sumatera Utara

2.7 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka pada penelitian ini dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor predisposisi umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, pendapatan, faktor pendukung ketersedian fasilitas, keterjangkauan pelayanan kontrasepsi, faktor pendorong informasi, dukungan istri, sedangkan variabel dependen adalah keikutsertaan vasektomi. Faktor Predisposisi : 1. Pendidikan 2. Pengetahuan 3. Pendapatan Faktor Pendukung : 1. Ketersediaan Fasilitas 2. Keterjangkauan pelayanan kontrasepsi Faktor Pendorong 1. Informasi Keikutsertaan Vasektomi Universita Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional dengan pendekatan potong lintang cross sectional dimana proses pengambilan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan antara variabel dependen dengan independen yang dilakukan di wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang 2013. Alasan pemilihan lokasi adalah karena di Kecamatan Percut Sei Tuan pencapaian program KB terutama kontrasepsi Vasektomi masih belum mencapai target yang diharapkan yaitu 5 untuk kb pria, data profil dari PPLKB Percut Sei Tuan januari tahun 2013, jumlah PUS di Kecamatan Percut Sei Tuan ada sebanyak 75310 orang dengan cakupan peserta KB aktif sebesar 54.308 orang, yang terbagi menjadi akseptor IUD sebesar 10.007 orang, MOW sebesar 2724 orang, Implant sebesar 7126 Orang, Suntik sebesar 13.148 orang, Pil sebesar 15.135 Orang, Kondom sebesar 5630 orang dan vasektomi sebesar 538 orang 0,71. Sedangkan wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Lubuk Pakam dari 4300 PUS hanya ditemukan 46 orang peserta KB MOP dari 13 desa yang ada, target yang baru tercapai 0,10. 38 Universita Sumatera Utara