4.4.1 Uji Kolinearitas
Berdasarkan uji Wald maka variabel-variabel yang masuk ke dalam model awal regresi logistik ganda adalah pengetahuan, pendapatan, ketersediaan. Kemudian
dilakukan pemeriksaan kolinearitas untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel independen dengan melihat nilai p pada uji Chi Square. Bila nilai p0,05
maka terjadi kolinearitas sehingga variabel tidak dapat bersama dalam satu model.
Tabel 4.15 Nilai P pada Uji Kolinearitas antar Variabel Independen Pengetahuan
Pendapatan Ketersediaan
Pengetahuan 0,352
0,001 Pendapatan
0,352 0,613
Ketersediaan 0,001
0,613
Dari Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa terdapat gejala kolinearitas antara variabel pengetahuan, informasi, keterjangkauan, ketersediaan, pendapatan. Sehingga
tidak dapat bersama dalam satu model. Maka alternatif model yang dapat dibentuk yaitu:
1. Log p Vasektomi = fPengetahuan, Informasi, Pendapatan, Ketersediaan 2. Log p Vasektomi = fPengetahuan, Pendapatan, Ketersediaan
4.4.2 Pemeriksaan Interaksi
Kemudian dilakukan pemeriksaan yaitu memeriksa kemaknaan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Universita Sumatera Utara
Tabel 4.16 Pemeriksaan Interaksi Variabel
B Sig
Exp B
95 CI
Informasi 2,300
0,001 9,979
[3,179; 31,318] Pengetahuan
1,525 0,007
4,597 [1,518; 13,921]
Pendapatan 1,653
0,037 5,223
[1,103;24,725] Keterjangkauan
-1417 0,010
0,242 [0,083;0,711]
Informasi by Pengetahuan ,217
0,864 1,243
[0,104;14,846] Pendapatan by pengetahuan
,394 0,827
1,482 [0,044;50,289]
Keterjangkauan by pengetahuan -,108
0,930 0,897
[0,080;10,106] Constant
-2,702 0,001
0,067
Ternyata tidak ada interaksi antar variabel independen karena nilai signifikansi hasil interaksi lebih dari 0,05, kemudian seluruh v
ariabel tersebut dengan metode backward LR, dimasukkan dalam model multivariat secara bersama-sama. Variabel
yang terpilih dalam model akhir regresi logistik ternyata variabel yang mempunyai nilai p 0,05. Hasil akhir uji regresi logistik berganda dapat dilihat pada Tabel 4.17
berikut :
Tabel 4.17 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda Analisis Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan
Variabel B
Sig. Exp B
OR 95 CI
Pengetahuan 1,525
0,007 4,597
1,518-13,921 Informasi
2,300 0,001
9,979 3,179-31,318
Keterjangkauan -1,417
0,010 0,242
0,083-0,711 Pendapatan
1,653 0,037
5,223 1,103-24,725
Constant -2,702 0,001
0,67
Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi vasektomi terhadap keikutsertaan pria vasektomi
diperoleh nilai probabilitas p = 0,007 dengan besar pengaruh pengetahuan pria
Universita Sumatera Utara
pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi vasektomi dilihat dari nilai Exp B dengan nilai 4,597 dimana dari hasil analisis terlihat bahwa pria yang mempunyai
pengetahuan baik mempunyai peluang untuk ikutserta dalam keluarga berencana sebesar 5 kali lebih besar dibandingkan dengan pria yang memperoleh pengetahuan
yang kurang terhadap keikutsertaan pria dalam vasektomi. Hasil analisis uji regresi logistik berganda informasi terhadap keikutsertaan
pria dalam vasektomi diperoleh nilai probabilitas p = 0,001 dengan besar pengaruh informasi terhadap keikutsertaan terhadap vasektomi dilihat dari nilai Exp B
dengan nilai 9,979 dimana dari hasil analisis terlihat bahwa pria yang mendapat informasi berpeluang untuk ikutserta dalam sebesar 10 kali dibandingkan dengan pria
yang kurang mendapatkan informasi untuk ikutserta dalam vasektomi. Hasil analisis uji regresi logistik berganda keterjangkauan terhadap
keikutsertaan pria dalam vasektomi diperoleh nilai probabilitas p = 0,010 dengan besar pengaruh keterjangkauan terhadap keikutsertaan terhadap vasektomi dilihat
dari nilai Exp B dengan nilai 242 dimana dari hasil analisis terlihat bahwa keterjangkauan pelayanan dapat memengaruhi keikutsertaan pria dalam sebesar 242
kali. Hasil analisis uji regresi logistik berganda pendapatan terhadap keikutsertaan
pria dalam vasektomi diperoleh nilai probabilitas p = 0,037 dengan besar pengaruh pendapatan terhadap keikutsertaan terhadap Vasektomi dilihat dari nilai Exp B
dengan nilai 5,223 dimana dari hasil analisis terlihat bahwa pria yang memiliki
Universita Sumatera Utara
pendapatan tinggi berpeluang untuk ikutserta dalam KB sebesar 5 kali dibandingkan dengan pria yang pendapatannya rendah untuk ikutserta dalam vasektomi.
Model persamaan regresi logistik berganda yang dapat memprediksi informasi pria dan dukungan isteri yang memengaruhi keikutsertaan vasektomi di Kecamatan
Percut Sei Tuan, adalah sebagai berikut:
tan 653
, 1
417 ,
1 inf
300 ,
2 525
, 1
702 ,
2
1 1
pendapa auan
keterjangk ormasi
n pengetahua
e x
p
+ −
+ +
+ −
−
+ =
Keterangan: P
: Probabilitas keikutsertaan vasektomi X
1
X : Pengetahuan yang diperoleh pria pasangan usia subur tentang alat
kontrasepsi vasektomi, koefisien regresi 1,525
2
X : Informasi yang diperoleh pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi
vasektomi, koefisien regresi 2,300
3 :
X Keterjangkauan pelayanan Vasektomi di peroleh koefisien regresi-1,417
4 :
a : Konstanta -2,702
Pendapatan, koefisien regresi 1,653
Persamaan tersebut menyatakan bahwa responden yang tingkat informasi kurang baik dan tidak mendapat dukungan isteri memiliki probabilitas sebesar 80
terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana.
Universita Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Faktor Predisposisi terhadap Keikutsertaan Vasektomi 5.1.1 PengaruhPendidikan terhadap Keikutsertaan Pria Pasangan Usia Subur
dalam Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p=0,352 p0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara pendidikan dengan
keikutsertaan pria PUS menjadi akseptor Vasektomi yaitu semakin tinggi pendidikan maka semakin baik keikutsertaan pria PUS menjadi akseptor Vasektomi di
Kecamatan Percut Sei Tuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budisantosa
2008 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan partisipasi pria dalam KB dengan nilai p=0,572. Begitu juga
dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharyani 2010 yang menyatakan bahwa pendidikan dengan keikutsertaan pria menjadi akseptor KB tidak terdapat hubungan
yang signifikan dengan nilai p=0,130. Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan praktik untuk memelihara mengatasi masalah-masalah dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau
tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan
72
Universita Sumatera Utara
kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran Notoatmodjo, 2005.
Menurut Notoatmodjo 2002, kesehatan merupakan interaksi berbagai faktor, baik internal dalam diri manusia maupun eksternal di luar diri manusia. Faktor
internal terdiri dari faktor fisik dan psikis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari kondisi sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan
sebagainya. Menurut Lukito 2003 di dalam Simanulang 2011, pemanfaatan masyarakat
terhadap berbagai produk dan inovasi kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin mudah seseorang
untuk menerima sebuah inovasi khususnya dalam bidang kesehatan. Demikian juga dalam penelitian ini, responden yang menggunakan vasektomi
seluruhnya 7 responden memiliki latar belakang pendidikan tinggi, yaitu Perguruan Tinggi PT, sedangkan pada tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA tidak ada. Hal
ini seseuai dengan yang dikemukakan oleh Lukito 2003, yaitu semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menerima inovasi dalam bidang
kesehatan, dalam hal ini kontrasepsi vasektomi.
5.1.2 Pengaruh Pengetahuan terhadap Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013
Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai p=0,001 0,05 menunjukkan bahwa pengetahuan secara signifikan memengaruhi keikutsertaan pria PUS dalam
Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan. Namun pada uji statistik regresi logistik
Universita Sumatera Utara
berganda menunjukkan variabel pengetahuan berpengaruh terhadap keikutsertaan
Vasektomi dengan nilai p=0,007.
Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Budisantosa 2008 yang
mengemukakan bahwa pengetahuan berpengaruh dengan patisipasi pria dalam KB dengan nilai p=0,009. Begitu juga dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Sariyono 2004 yang menyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh dengan parrtisipasi pria dalam KB dengan nilai p=0,001, serta penelitian yang dilakukan oleh
Ekarini 2008 yang menyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap partisipasi pria dalam KB dengan p=0,001 OR=18,712. Namun hasil penelitian ini
tidak sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Maharyani 2010 yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak berpengaruh secara signifikan dengan
pasrtisipasi pria dalam KB dengan nilaii p=0,882. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Fitri, 2002 didalam
Simanulang, 2011 di Kecamatan Karangayar, Kabupaten Kebumen Bualan. Berdasarkan hasil penelitannya, ditemukan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan keikutsertaan suami untuk menggunakan kontrasepsi permanen vasektomi dengan probabiliti sebesar 0,003. Secara umum, tingkat
pengetahuan kaum suami tentang kontrasepsi vasektomi masih sangat rendah.Para suami sering salah kaprah tentang efek kontrasepsi vasektomi. Malahan mereka
sering menganggap vasektomi sama dengan kebiri. Padahal, vasektomi bukan kebiri. Vasektomi masih memungkinkan pria untuk memiliki kejantanan dan keturunan,
Universita Sumatera Utara
sementara bila pria dikebiri tidak akan memiliki kejantanan apalagi keturunan karena buah zakar testis dipotong, dibuang sehingga tidak dapat lagi memproduksi sperma
dan hormon testoteron pemberi sifat kejantanan. Akibatnya pria jadi kewanita- wanitaan, seperti terjadi pada zaman Romawi dimana laki-laki menjadi penjaga
wanita. Sedangkan vasektomi hanya pemotongan saluran sperma kiri dan kanan saja, agar cairan mani yang dikeluarkan pada saat ejakulasi tidak lagi mengandung sperma.
Pada vasektomi buah zakartestis tidak dibuang jadi tetap dapat memproduksi hormon testoteron kejantanan Gema Pria, 2009.
5.1.3 Pengaruh PendapatanBulan terhadap Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013
Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai p=0,140 0,05 menunjukkan bahwa pendapatanbulan tidak berpengaruh secara signifikan memengaruhi
keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan. Namun pada uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan variabel pendapatanbulan berpengaruh
terhadap keikutsertaan Vasektomi dengan nilai p=0,037. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Maharyani 2010 yang
mengemukakan bahwa pendapatan secara signifikan berpengaruh terhadap partisipasi pria dalam KB dengan nilai p=0,005.
Tingkat pendapatan adalah satuan atau satuan materi yang diperoleh dari hasil pekerjaan seseorang.Tingkat pendapatan menjadi salah satu faktor yang memengaruhi
seseorang untuk melakukan tindakan, khususnya tindakan yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang Notoatmojo, 2005. Menurut Katz 1960, sebagaimana yang
Universita Sumatera Utara
dikutip oleh Notoadmojo, timbulnya tindakan seseorang dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Lebih lanjut Katz mengatakan bahwa
tindakan itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak terhadap obyek demi
pemenuhan kebutuhan hidupnya Notoatmojo, 2005. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian lainnya seperti Lukito
2003 didalam Simanulang, 2011, yang mengatakan tingkat sosial ekonomi sangat memengaruhi seseorang terhadap pemilihan media, sumber informasi, dan
kemampuan dalam membeli alat yang dibutuhkan dalam menunjang kesehatannya. Menurut Rafael yang dikutip Tarigan 2002, tingkat penghasilan income
seseorang berhubungan kuat dengan pemanfaatan pelayanan atau produk kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, semakin tinggi pula tingkat
pemanfaatan fasilitas dan produk kesehatan yang lebih baik. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan. Dari 7 responden yang
menggunakan kontrasepsi vasektomi, seluruhnya memiliki tingkat pendapatan lebih tinggi dari UMP. Demikian juga dengan hasil penelitian Fitri, 2002 didalam
Simanulang, 2011 di Kecamatan Karangayar, Kabupaten Kebumen Bualan dinyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan
keikutsertaan suami untuk menggunakan kontrasepsi permanen vasektomi sebesar 0,025.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, terdapat pengaruh tingkat pendapatan dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi.Artinya semakin tinggi tingkat
Universita Sumatera Utara
pendapatan, maka semakin besar kemungkinan seorang suami untuk menggunakan kontrasepsi. Sesungguhnya untuk meningkatkan partisipasi suami untuk mengikuti
kontrasepsi vasektomi, maka pemerintah telah melaksanakan operasi kontrasepsi vasektomi secara gratis. Namun, sosialisasi yang masih minim mengakibatkan
masyarakat menganggap bahwa operasi vasektomi hanya bisa dijangkau oleh kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi karena biaya yang
dibutuhkan besar.
5.2 Pengaruh Faktor Pendukung terhadap Keikutsertaan Vasektomi 5.2.1 Pengaruh Ketersediaan Fasilitas terhadap Keikutsertaan Vasektomi di
Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013
Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai p=0,077 0,05 menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas secara signifikan tidak memengaruhi keikutsertaan pria
PUS dalam Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan. Menurut Manuaba 1998, faktor-faktor yang memengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepsi diantaranya
adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya layanan kesehatan yang terjangkau. Adanya keterkaitan antara pendapatan dengan kemampuan membayar
jelas berhubungan dengan masalah ekonomi, sedangkan kemampuan membayar bisa tergantung variabel non ekonomi dalam hal selera atau persepsi individu terhadap
suatu barang atau jasa. Tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan tempat pelayanan
kontrasepsi. Untuk dapat digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus
Universita Sumatera Utara
tersedia dan mudah didapat. Promosi metode tersebut melalui media, melalui kontak langsung oleh petugas program KB, oleh dokter dan sebagainya dan dapat
meningkatkan secara nyata pemilihan metode kontrasepsi. Memberikan konsultasi medis mungkin dapat dipertimbangkan sebagai salah satu upaya promosi. Disamping
itu daya beli individu juga dapat memengaruhi penggunaan kontrasepsi. Secara tidak langsung daya beli individu ini juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari
pemerintah. Menurut Rochman dalam Hutauruk 2005, yang berhubungan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah faktor organisasional yaitu ketersediaan sumber daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Suatu pelayanan hanya bisa
digunakan apabila jasa tersebut tersedia atau bisa di dapat tanpa mempertimbangkan sulit atau mudahnya penggunaannya. Hasil penelitian hutauruk 2006 juga
mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pelayanan KB dengan utilisasi pelayanan KB Sig=0,000.
Perilaku pemanfaatan fasilitas atau produk kesehatan juga sangat dipengaruhi oleh petugas kesehatan. Seseorang yang sudah mengetahui manfaat kesehatan dan
ingin memanfaatkannya dapat terhalang karena sikap dan tindakan petugas kesehatan yang tidak ramah dan memotivasi individu yang akan memanfaatkan fasilitas
kesehatan. Selain itu, kurangnya tenaga terlatih untuk vasektomi, kurangnya motivasi provider untuk pelayanan vasektomi dan kurangnya dukungan peralatan dan medical
suplies untuk vasektomi.
Universita Sumatera Utara
5.2.2 Pengaruh Keterjangkauan Pelayanan terhadap Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013
Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai p=0,024 0,05 menunjukkan bahwa keterjangkauan pelayanan memengaruhi secara signifikan keikutsertaan pria
PUS dalam Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan. Namun pada uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan variabel keterjangkauan berpengaruh terhadap
keikutsertaan pria PUS dalam Vasektomi dengan nilai p=0,010 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budisantosa
2008, yang menyatakan bahwa keterjangkauan pelayanan atau akses kepelayanan kesehatan berpengaruh terhadap partisipasi pria dalam KB dengan nilai p=0,133. Dan
hasil penelitian Purba 2008, keterjangkauan pelayanan dapat dilihat dari 3 kategori yaitu segi jarak, waktu tempuh dan biaya. Masing-masing sub variabel tersebut
setelah di uji dengan uji chi-square menunjukkan hubungan yang signifikan dengan pemakaian alat kontrasepsi, sehinga dapat dikatakan bahwa jarak, waktu tempuh dan
biaya berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Hasil ini menunjukkan bahwa jauh dekatnya jarak di lokasi penelitian akan
memengaruhi mereka dalam pemanfaatan pelayanan. Jika mereka membutuhkan pelayanan maka seharusnya mereka tidak akan memperhitungkan jarak dan kondisi
jalan. Jarak bukanlah sesuatu hal yang dapat menghalangi mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan alat kontrasepsi.
Hal ini dapat dilihat dari responden yang jarak rumahnya dekat tetapi 89,7 tidak memakai alat kontrasepsi, sedangkan responden yang jarak rumahnya jauh dan
Universita Sumatera Utara
tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak 64,8. Dari kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa jarak bukan suatu hal yang dapat menyebabkan responden menjadi
terganggu untuk mendapatkan alat kontrasepsi. Jika mereka membutuhkan alat kontrasepsi tersebut maka mereka tidak akan mempermasalahkan jarak ke
puskesmas. Meskipun sebenarnya jarak merupakan suatu kondisi yang menghambat seseorang dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan
Hasil penelitian Purba 2008, menunjukkan bahwa jarak rumah responden 29 dekat dengan puskesmas, dapat ditempuh dalam waktu 30 menit 63, dengan
berjalan kaki 47, menggunakan sepeda 33 dan sepeda motor 30.
5.3 Pengaruh Faktor Pendorong terhadap Keikutsertaan Vasektomi 5.3.1 Pengaruh Informasi Pelayanan terhadap Keikutsertaan Vasektomi di
Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013
Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai p=0,001 0,05 menunjukkan bahwa informasi secara signifikan memengaruhi keikutsertaan pria PUS dalam
Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan. Uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan variabel informasi
memengaruhi terhadap keikutsertaan Vasektomi dengan nilai p=0,001. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Herlinawati 2004 yang menyatakan
bahwa ada pengaruh informasi terhadap keikutsertaan pria dalam KB dengan nilai p=0,001.
Menurut Manuaba 1998, informasi dan promosi metode kontrasepsi dapat melalui media, melalui kontak langsung dengan petugas program KB, oleh dokter
Universita Sumatera Utara
dan sebagainya dapat meningkatkan secara nyata pemilihan metode kontrasepsi. Metode konsultasi medis mungkin dapat dipertimbangkan sebagai salah satu upaya
promosi.
5.3.2 Pengaruh Dukungan Isteri terhadap Keikutsertaan Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013
Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai p=0,001 0,05 menunjukkan bahwa dukungan isteri secara signifikan memengaruhi keikutsertaan pria PUS dalam
Vasektomi di Kecamatan Percut Sei Tuan. Pemakaian kontrasepsi akan semakin baik jika ada dukungan dari pihak-pihak
tertentu. Menurut Friedman dan Sarwono dalam Purba 2008, ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suamiisteri
sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya.Hal itu disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri.
Adioetomo, dkk 2010, mengatakan bahwa penerimaan keluarga berencana oleh masyarakat sangat ditentukan oleh faktor luar dan bukan oleh motivasi pribadi,
terutama pada kelompok masyarakat yang berasal dari lapisan sosial ekonomi bawah. Tetapi apakah perubahan tingkah laku yang diilhami oleh faktor eksternal ini
akanmenyebabkan perubahan sikap yang mengakardi dalam diri mereka, harus diamati lebih jauh.
Universita Sumatera Utara
5.4. Keterbatasan Penelitian