Di pelataran
Sigit
itulah Nyi Danowati mengajarkan warga membatik. Motif yang diajarkan Nyi Danowati adalah motif batik Majapatit, misalnya
liris, padas gempal, gandrung,
dan lain-lain
.
Wawancara Bukhari, 2242014
C. Batik Bakaran
Dalam perkembangannya Batik Bakaran mengalami pasang surut. Batik Bakaran memang tidak setenar batik dari daerah lainnya seperti Batik Lasem,
Pekalongan, Solo, Jogja, ataupun batik dari daerah lainnya. Sejak abad XIV-XX batik ini memang tidak terkenal. Hal tersebut disebabkan pada waktu itu Bakaran
merupakan desa yang terisolir, sehingga tidak banyak orang yang mendatangi tempat tersebut. Batik Bakaran hanya berkembang di daearah lokal sekitar Kawedanan
Juwana saja. Walaupun demikian pada saat itu Batik Bakran pernah menjadi
trend
pakaian para pejabat Kawedanan Juwana. Berbeda dengan Batik Lasem yang lebih terkenal karena Lasem sendiri yang secara geografis dilewati jalur pantai utara,
sehingga kota Lasen menjadi tempat yang strategis dalam bidang perdangan. Selain itu Lasem merupakan kota pelabuhan yang banyak disinggahi kapal-kapal pedagang.
Pada tahun 1960-an Batik Bakaran sudah hampir punah karena semakin sedikit orang yang melakukan kegiatan membatik. Di Desa Bakaran hanya ada tiga
pengrajin batik yang masih melakukan kegiatan membatik dan itupun untuk dipakai sendiri. Tahun 1975, munculah seorang tokoh bernama Bukhari yang bertekat untuk
menghidupkan kembali dan melestarikan Batik Bakaran sebagai warisan budaya. Bukhari sendiri adalah penerus generasi ke lima pembatik di Desa Bakaran. Ia
merupakan keturunan dari pembatik ulung keluarganya. Di tahun 1977 ia bersama istri memulai usaha batik hanya dengan modal selembar kain mori. Walaupun belum
banyak kain batik yang diproduksi masih ada beberapa orang yang berminat terhadap Batik Bakaran.Sampai akhirnya pada tahun 1983 perkembangan Batik Bakaran mulai
terpantau oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Diperindag. Untuk membantu lebih mengembangkan Batik Bakaran Disperindag mengadakan pedidikan kilat
diklat pada tahun 1983-1986. Tujuan dari diklat tersebut untuk memperbaiki kualitas, sehingga akan menarik minat konsumen terhadap Batik Bakaran.
Tahu 1998Batik Bakaran kembali mengalami keterpurukan karena adanya krisis moneter. Harga bahan baku yang naik empat kali lipat membuat parapengrajin
batik tidak mampu memproduksi batik lagi. Para pengrajin tersebut lebih memilih pekerjaan lain sebagai buruh menata ikan asin di desa lain. Dua tahun kemudian
setelah keadaan ekonomi kembali membaik Bukhari merintis kembali usaha batiknya walaupun masih dalam skala kecil. Untuk lebih mengenalkan Batik Bakaran pada
masyarakat luas tahun 2004 Bukhari mengusulkan Batik Bakaran digunakan sebagai seragam PNS di Kabupaten Pati. Tetapi entah karena alasan apa, usulan tersebut
belum mendapatkan respon. Baru pada tahun 2006 usulan tersebut diterima berkaitan sebagai upaya penyelamatan produksi asli Indonesia. Pada saat itu batik diakui
sebagai warisan budaya dari Malaysia. Sejak Pemkab Pati mengeluarkan kebijakan agar PNS memakai batik pada
hari-hari tertentu, pemasaran Batik di daerah Pati meningkat pesat bahkan juga di luar Pati. Melaluli promosi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Disperindag dan
promosi dari mulut ke mulut oleh konsumen Batik Bakaran kembali bangkit. Sejak kebangkitannya di tahun 2006 Batik Bakaran berkembang semakin pesat dan
permintaan batik ini semakin meningkat. Para pengrajin batik yang semula mencari pekerjaan lain kini sudah kembali bekerja sebagai pengrajin batik kembali.
Wawancara Puryanto, 3112013; Wawancara Sugiyanto 1422014 Pengusaha muda pun semakin banyak bermunculan. Alex dan Andreas adalah pengusaha muda
yang menggeluti usaha batik. Mereka termotivasi untuk melestarikan warisan budaya
nenek moyang mereka agar tidak punah. Selain itu, usaha batik juga memiliki prospek yang menjanjikan di masa depan. Wawancara Alex 842014; Wawancara Andrea
2242014 Membatik juga disertakan dalam kegiatan ekstrakurikuler ataupun muatan
lokal di sekolah-sekolah sebagai usaha untuk melestarikan Batik Bakaran. Kegiatan tersebut diusulkan oleh Bukhari tokoh masyarakat dan Puryanto sebagai ketua
asosiasi Batik Bakaran yang saat ini digantikan oleh Andreas. Usulan tersebut diterima dan sudah berjalan kurang lebih selama lima tahun. Dalam PORSENI antar
sekolah yang diadakan setiap satu tahun sekali, kegiatan membatik menjadi salahsatu item yang dilombakan. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan rasa cinta akan budaya
Indonesia pada diri anak bangsa.Wawancara Puryanto 2192013; wawancara Bukhari 2242014
Di bawah ini merupakan profil Batik Bakaran: 1.
Motif Batik Tulis Bakaran Batik Bakaran memiliki dua jenis motif batik yaitu motif klasik dan
kontemporer. Motif kasik merupakan warisan leluhur di mana motif tersebut merupakan simbol yang memiliki makna dan filosofi tersendiri. Batik motif klasik
ini biasanya berwana coklat soga, putih dan hitam. Motif
remek
atau retak dan warna soga dari moif klasik inilah yang menjadi ciri khas dari Batik Bakaran.
Wawancara Bukhari, 1752014 Beberapa motif batik klasik antara lain sebagai berikut
Liris, Gandrung, Padas Gempal, Manggar, Blebak Lung, Blebak Urang,Blebak Kopik, Sido Mukti,
Kawung. Gringsing, Ungker Centel, Kedele Kecer, ladrang,
dll. Motif klasik sudah mendapatkan hak paten dari Ditjen Haki sebagai warisan budaya Masyarakat Pati.
Wawancara Puryanto, 2192013
Motif kontemporer merupakan motif hasil inovasi dari para pengrajin batik agar dapat mengikuti perkembangan jaman dan menyesuaikan permintaan pasar
atau konsumen. Sejak tahun 2006 motif kontemporer ini mulai bermunculan. Tujuan dari inovasi ini adalah agar motif Batik Bakaran tidak monoton dan
semakin banyak peminatnya. Wawancara Bukhari 442014 Motif kontemporer ini lebih simpel berupa bunga, pohon, ikan, dsb. Warna pada motif kontemporer ini
pun semakin beragam. Warna teranglah yang menjadi favorit konsumen batik saat ini, di daerah Pati maupun di luar Pati. Beberapa motif kontemporer ini adalah
kembang druju, anggrek bulan, bunga matahari, gelombang cinta, dsb.
Walaupun demikain motif klasik harus tetap dilestarikan agar tidak punah. Cara melestarikannya dengan tetap memproduksi batik motif klasik walau hanya
dalam jumlah yang sedikit. Selain itu, tetap memajang batik motif klasik di
showroom
. Tujuannya agar pengunjung mengetahui jenis batik motif klasik yang ada.
Ratusan motif kontemporer telah diciptakan oleh pengrajin batik Desa Bakaran, tetapi motif-motif tersebut belum ada yang dipatenkan. Menurut Puryanto
alasan mengapa motif kontemporer belum dipatenkan, karena proses paten membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan terciptanya suatu motif berkembang
sesuai dengan permintaan pasar. Jika satu motif sudah terpatenkan belum tentu motif tersebut masih ada yang meniru karena sudah berganti
trend.
Wawancara Puryanto 2192013 Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bukhari pengusaha batik
dari Desa Bakaran Wetan. Ia menuturkan biaya paten sangat mahal sehingga, para pengrajin tidak memiliki dana. Banyak pengrajin yang beranggapan lebih baik
mengunakan dana untuk tambahan modal. Menurut para pengrajin dipatenkan atau tidak sama saja. Selama ini tidak ada tindakan dari pemerintah kepada pelaku-
pelaku peniru motif yang sudah dipatenkan, apalagi jika pelaku itu dari negara lain. Kompas, 7 Oktober 2010.
2. Teknik Produksi
Batik Bakaran merupakan batik tulis. Sehingga dalam proses produksinya menggunakan alat-alat tradisional. Proses produksinya pun memerlukan waktu
yang lama. Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan Batik Bakara: a.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam proses membatik adalah membuat pola motif yang disebut
mola.
Dalam membuat pola pembatik bisa membuat desain dengan kreasi sendiri atau meniru motif yang sudah ada.
Sebelum menggunakan canting, pembatik membuat pola pada kain dengan menggunakan pensil.
b. Jika proses
mola
sudah selesai, tahap berikutnya adalah melukis pada kain dengan menggunakan canting. Proses ini disebut dengan
ngengkreng.
Kain yang akan dibatik diletakkan di atas gawangan, kemudian kain dilukis menggunakan
canting dengan mengikuti pola yang suda ada pada kain. c.
Setelah proses
mola
selesai langkah berikutnya adalah
isen-isen
.
Isen-isen
merupakan proses mengisi ornamen-ornamen pada pola yang telah dibuat sebelumnya. Isen-isen ini dibedakan menjadi dua, yaitu
cecekan
dan
sawut. Cecekan
adalah ornamen-ornamen yang berupa titik-titik kecil, sedangkan
sawut
adalah garis yang diulang untuk menutupi ornamen yang akan diberi warna soga.
d. Tahap selanjutnya adalah menutupi kain yang akan dipertahankan berwaran
putih menggunakan lilin atau
malam.
Proses ini disebut dengan
nembok.
e. Setelah proses
nembok
selesai, tahap berikutnya adalah
medhel. Medhel
merupakan proses pewarnaan yang pertama pada bagian kain yang tidak tertutup lilin. Kain dicelupkan pada larutan warna biru tua.
f. Setelah proses
medhel,
kain dijemur pada tempat yang teduh agar tidak terkena langsung paparan sinar matahari.
g. Setelah kain kering, proses berikutnya adalah
ngerok
dan
ngremuk.
Ngerok adalah proses menghilangkan malam pada ornamen yang akan diberi warna
soga. Proses
ngerok
terebut menggunakan pisau. Sedangkan
ngremuk
adalah
mengucek
atau mencuci bagian yang telah dikerok. h.
Setelah kain kering, proses selanjutnya adalah melukis kembali dengan menggunakan canting pada ornamen-ornamen yang akan dipertahankan pada
proses pewaranaan pertama. Proses ini disebut dengan
mbironi. Mbironi
adalah menutup untuk mempertahankan warna biru.
i. Selesai proses
mbironi,
langkah selanjutnya adalah
nyoga.
Kain batik dicelupkan pada larutan warna yang berwarna soga. Ornamen yang tidak ditutup
lilin atau
malam
akan berwarna soga. j.
Tahap berikutnya, yaitu menghilangkan lilin atau
malam
pada kain dengan cara mencelupkan kain pada air mendidih secara berulang-ulang. Proses ini biasa
disebut dengan
nglorod.
k. Tahap terakhir adalah mencuci kain batik yang sudah dilorot, kemudian di
jemur ditempat yang teduh. Wawancara Ibu Wiwik 16102013 Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses membatik sebagai berikut:
1.
Alat :
a.
Canting
Canting dipakai untuk melukis di atas kain mori.
b.
Wajan kecil
Wanjan kecil berfungsi untuk mencairkan lilin yang akan digunakan untuk membatik.
c.
Kompor kecil
Kopor kecil merupakan alat perapian sebagai pemanas lilin. d.
Gawangan
Gawangan adalah alat yang terbuat dari kayu atau bambu, berfungsi untuk membentangkan kain mori saat membatik.
2. Bahan :
a.
Kain mori
Jenis kain mori yang digunakan prima dan primisima atau menggunakan kain sutra.
b.
Malam atau lilin
Jenis malan atau lilin yang digunakan paravin. c.
Pewarna
Pewarna yang digunakan saat ini adalah pewarna sintetis karena lebih praktis. Selain itu pewarna alami sudah sulit didapatkan. Jenis pewarna yang
digunakan adalah remasol, rapit, napthol, dan indigosol. Wawancara Puryanto, 3112013
Untuk menjaga kain batik tulis tetap awet diperlukan perawatan khusus. Langkah-langkah perawatan tersebut sebagai berikut:
a. Cuci kain batik dengan shampo rambut. Caranya larutkan dulu shampo pada
air hingga tidak ada lagi shampo yang mengental. Baru kain batik
dicelupkan. Bisa juga menggunakan sabun khusus untuk mencuci batik yang
disebut lerak. Lerak bisa didapatkan di pasaran.
b. Jangan mencuci kain batik menggunakan deterjen. Jika kain batik terlalu
kotor cucilah dengan air hangat. Bila terdapat noda pada kain batik cucilah dengan sabun mandi atau kulit jeruk pada bagian yang terkena noda tersebut.
Jangan pula mencuci kain batik pada mesin cuci.
c. Setelah proses pencucian selesai, jemur kain di tempat yang teduh dan tidak
perlu diperas. Biarkan mengering secara alami. Pada saat menjemur tarik
bagian tepi kain agar serat kain yang terlipat kembali seperti sediakala.
d. Untuk cara menyetrika, semprotkan air pada kain batik, kemudian lapisi kain
batik dengan kain lainnya baru kemudian disetrika. Jika ingin menggunakan pewangi, tutup kain batik dengan koran baru disemprotkan pewangi
kemudian di setrika.
e. Setelah proses setrika, simpan kain batik pada plastik agar tidak dimakan
ngengat. Atau meletakan merica yang dibungkus
tissue
pada lemari pakaian. Jangan meletakkan kapur barus pada lemari pakaian karena zat ini sangat
keras dan
tajam sehingga
dapat merusak
kain batik.
http:tjokrobatikbakaran.blogspot.com
3. Pemasaran
Masyarakat Bakaran terutama para pengusaha batik telah melakukan berbagai upaya untuk memperkenalkan Batik Bakaran kepada masyarakat luas. Salah
satunya adalah mengikuti berbagai
event
pamerandi tingkat kecamatan, kabupaten maupun provinsi. Tujuannya adalah untuk mengangkat Batik Bakaran ke tingkat
kabupaten. Usaha itu telah membuahkan hasil, sekarang Batik Bakaran telah dikenal oleh masyarakat luas sebagai batik khas asal Kabupaten Pati.
Upaya lain yang dilakukan oleh para pengusaha batik di Desa Bakaran untuk mengenalkan produk mereka selain mengikuti
event
pameran, adalah dengan memanfaatkan media cetak dan
online
sebagai ajang promosi. Kini di sepanjang jalan Desa Bakaran banyak terpasang papan iklan yang menunujukan
showroom
para pengusaha tersebut. Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, pengusaha batik
memanfaatkan jejaring sosial seperti
facebook dan Blackberry Messenger
sebagai media promosi
.
Puryanto mengaku penjualan batik melalui media jejaring sosial lebih menguntungkan. Pelanggan Puryanto tidak hanya dari Pati saja, tetapi luar
daerah juga seperti Jakarta, Bandung, Medan, dan Aceh.Wawancara Puryanto 21112013
Di
showroom-showroom
tersebut banyak dipamerkan berbagai motif Batik Tulis Bakaran dengan harga yang bervariasi. Harga per potong batik motif
kontemporer berkisar antara Rp. 100.000,00 hingga Rp. 400.000,00. Harga tersebut tergantung dari kerumitan motif dan variasi warna. Semakin rumit dan banyak
variasi warna makan akan semakin mahal harga kain batik tersebut. Untuk batik motif klasik sendiri berkisar dari ratusan ribu hingga jutaan
rupiah, karena proses pembuatan batik bermotif klasik ini membutuhkan waktu berbulan-bulan. Batik motif klasik mulai jarang diproduksi karena tidak banyak
peminatnya. Mereka memproduksi jika ada yang memesan saja. Walaupun demikian batik motif klasik tersebut tetap dilestarikan sedangkan batik motif
kontemporer terus dikembangkan. Selain kain batik para pengusaha Batik Bakaran juga memproduksi pakaian jadi berupa kemeja laki-laki walaupun produksi
tersebut tidak banyak.Agar lebih menarik minat konsumen, Batik Bakaran dikemas secara lebih menarik pula. Andreas misalnya yang mengemas batik hasil
produksinya dalam sebuah kardus agar terlihat lebih rapi. Setiap pengunjung yang membeli batik juga mendapatkan tas cantik sebagai pembungkusnya.
Batik Bakaran kini mampu bersaing dengan Batik Lasem, Solo, Jogja, dan Pekalongan. Seperti Puryanto, pemasaran batik produksi Bukhari juga sampai ke
luar daerah seperti Bandung, Surabaya, Jakarta, Rembang, Blora dan Semarang. Bahkan ia sudah mampu menembus pasar Internasional seperti Kanada dan
Amerika Serikat. Pemasaran ke luar negeri tersebut dilakukan melalui rekan yang tinggal di luar negeri. Dalam satu bulan usaha Bukhari ini rata-rata mampu
memproduksi 500-600 batik bakaran dengan omzet yang mencapai 60 juta rupiah. wawancara Bukhari 2242014
Pengusaha lain seperti Andreas juga memasarkan produknya secara
online
melalui jejaring sosial. Pelanggan Andreas pun tidak hanya di daerah Pati saja bahkan di luar daerah Pati seperti Semarang, Surabaya, Jakarta, Medan dan
Makasar. Produksi batik dari Andreas ini setiap bulannya mencapai 200-500 lembar dengan omzet rata-rata 50 juta perbulannya. wawancara Andreas
2242014 Rata-rata pengusaha Batik Bakaran mempunyai pelanggan dari luar daerah,
seperti Alex seorang pengusaha pemuda yang merintis usaha batik dengan saudaranya Juwarto. Walapun usahanya masih dalam skala kecil yang hanya
memproduksi batik sebanyak 100 lembar saja, tetapi mereka memiliki pelanggan dari luar daerah seperti Jakarta Semarang dan Surabaya. Mereka juga sering
mengikuti pameran baik di daerah Pati maupun luar daerah Pati. wawancara Alex, 842014
D. Potensi yang Dimiliki Batik Bakaran