produksinya dalam sebuah kardus agar terlihat lebih rapi. Setiap pengunjung yang membeli batik juga mendapatkan tas cantik sebagai pembungkusnya.
Batik Bakaran kini mampu bersaing dengan Batik Lasem, Solo, Jogja, dan Pekalongan. Seperti Puryanto, pemasaran batik produksi Bukhari juga sampai ke
luar daerah seperti Bandung, Surabaya, Jakarta, Rembang, Blora dan Semarang. Bahkan ia sudah mampu menembus pasar Internasional seperti Kanada dan
Amerika Serikat. Pemasaran ke luar negeri tersebut dilakukan melalui rekan yang tinggal di luar negeri. Dalam satu bulan usaha Bukhari ini rata-rata mampu
memproduksi 500-600 batik bakaran dengan omzet yang mencapai 60 juta rupiah. wawancara Bukhari 2242014
Pengusaha lain seperti Andreas juga memasarkan produknya secara
online
melalui jejaring sosial. Pelanggan Andreas pun tidak hanya di daerah Pati saja bahkan di luar daerah Pati seperti Semarang, Surabaya, Jakarta, Medan dan
Makasar. Produksi batik dari Andreas ini setiap bulannya mencapai 200-500 lembar dengan omzet rata-rata 50 juta perbulannya. wawancara Andreas
2242014 Rata-rata pengusaha Batik Bakaran mempunyai pelanggan dari luar daerah,
seperti Alex seorang pengusaha pemuda yang merintis usaha batik dengan saudaranya Juwarto. Walapun usahanya masih dalam skala kecil yang hanya
memproduksi batik sebanyak 100 lembar saja, tetapi mereka memiliki pelanggan dari luar daerah seperti Jakarta Semarang dan Surabaya. Mereka juga sering
mengikuti pameran baik di daerah Pati maupun luar daerah Pati. wawancara Alex, 842014
D. Potensi yang Dimiliki Batik Bakaran
1.
Keahlian Membatik
Keahlian membatik masyarakat Desa Bakaran diturunkan dari leluhur dan juga pendiri Desa Bakaran. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendiri Desa
Bakaran bernama Nyi Danowati. Agar Batik Bakaran tidak punah, maka para orang tua yang mempunyai keahlian membatik menurunkan keahlian membatik
kepada anak-anaknya. Biasanya anak tersebut hanya melihat bagaimana saat ibu mereka menggunakan canting kemudian ditirukan. Motif yang mereka pelajari saat
itu adalah motif klasik yang merupakan motif dari Majapahit. Tini istri dari Bukhari belajar membatik dari ibu mertua. Awalnya ia tidak
mau karena membatik merupakan pekerjaan yang rumit, tetapi demi melestarikan budaya akhirnya akhirnya ia bersedia belajar membatik. Di bawah bimbingan ibu
mertua Tini belajar secara disiplin dan teliti. Tidak hanya kaum perempuan saja yang mahir dalam mencanting. Bukhari
walaupun seorang laki-laki pun mahir dalam mencanting. Selain mahir dalam mencanting pak Bukhari menciptakan berbagai macam motif baru.
Dalam mencipatakan motif Bukhari biasanya terinspirasi dari lagu ataupun dari sesuatu yang sedang berkembang dalam kehidupan masyarkat. Motif baru
yang pernah diciptakan oleh Bukhari motif jambu alas yang terinspirasi dari sebuah lagu yang saat itu sedang populer di masyarakat. Selain itu Bukhari juga
menciptakan motif gelombang cinta yang memang pada saat itu musim bunga gelombang cinta. Alhasil motif-motif baru tersebut mampu menarik minat
konsumen. Motif terbaru ciptaan Bukhari adalah motif mina tani yang digunakan untuk seragam PNS. Ia terinpirasi dari slogan Kabupaten Pati yang berbunyi Pati
Bumi Mina Tani. Mina yang berarti hasil laut, sedangkan tani merupakan hasil pertanian. Jadi dalam motif batik mina tani terdapat gambar hasil pertanian dan
hasil laut dari Kabupaten Pati.
Wawancara Bukhari 1752014 Generasi muda Desa Bakaran sudah mulai menyadari untuk melestarikan
warisan budaya yang mereka miliki. Seperti Juwarto dan Alex, walapun mereka laki-laki tetapi mereka mewarisi keahlian membatik dari orang tua mereka. Alex
pun menciptakan motif baru yang terinspirasi dari keadaan alam di Juwana. Sekarang usaha batik menjadi mata pencaharian mereka karena mempunyai
prospek yang baik untuk masa depan.Kebijakan Pemkab dengan mengangkat Batik Bakaran sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Pati memberi manfaat
yang positif. Wawancara Alex, Juwarto 842014 Di bawah ini beberapa motif klasik batik Bakaran beserta filosofinya:
a. Gandrung adalah motif yang diciptakan oleh Nyi Danowati. Motif ini
merupakan lambang kerinduan pada seorang kekasih. Pada saat membatik Nyai Sabirah tidak sengaja mencoretkan malam pada kain batikannya karena ia
terlalu bergembira saat sang kekasih berhasil menemukannya. Seiring berjalanya waktu motif tersebut kemudian disempurnakan sehingga jadilah
motif gandrung.
b. Motif Padas Gempal,
padas
berarti batu karang,
gempal
berarti gumpalan. Jadi padas gempal diartikan sebagai gumpalan batu karang. Bentuk batu karang yang
beraneka rangam melambangkan budaya di Indonesia yang beraneka ragam.
c. Motif Liris, merupakan simbol dari hujan rintik-rintik yang mengandung
maknarintangan bukanlah suatu kendala tetapi motivasi untuk tetap mmaju.
d. Motif manggar, manggar adalah bunga kelapa, kelapa merupakan tumbuhan
yang dapat hidup di mana saja dan semua yang ada pada tanaman kelapa bermanfaat. Filosofi dari motif ini adalah agar manusia dapat hidup seperti
pohon kelapa yang bermanfaat bagi siapa saja.
e. Blebak Lung, blebak adalah latar putih dengan motif retak berwarna soga,
sedangkan lung adalah pohon ubi jalar. Dalam motif ini mengandung makna
bahwa harapan untuk mendapakat rezki yang tidak pernah terputus.
f. Blebak urang, urang artinya udang. Di juwana terdapat banyak tambak untuk
membudiyadakan udang maupun ikan bandeng. Tambak merupakan sumber
penghidupan masyarakat Juwana.
g. Blebak Kopik, kopik dalam bahasa jawa berati kartu. Sebuah kartu yang harus
dirahasiakan karena merupakan suatu strategi atau siasat untuk menjadi yang
terdepan.
h. Sido mukti, sido mukti mempunyai arti menjadi mulia, yang berasal dari kata
sido artinya menjadi, sedangkan mukti berarti mulia. Motif ini dipakai pada saat upacara pernikahan. Makna yang terkandung dalam motif ini adalah diharapkan
kedua mempelai mendapatkan kebahagian dalam menjalani pernikahannya.
i. Kawung, kawung merupakan buah aren yang menghasilkan gula yang
menyimbulkan rasa manis, rasa manis ini mengandung filosofi keanggunan dan kebijaksanaan, sedangkan pohon aren yang lurus menyimbulkan kejujuran dan
kedisiplinan.
j. Gringsing, gringsing merupakan sisik ikan, pada motif ini seluruh kain tertutup
oleh motif sisik ikan. Motif ini menggambarkan keindahan dan ketelitian
masyarakat pesisir.
k. Ungker cantel, motif ini seperti untain mata kail saling berkaitan yang
mengandung makna gotong royong.
l. Kedele kecer, motif ini berupa kedelai yang tercecer merupakan simbol
kesejahteraan masyarakat.
m. Bregat ireng, bregat merupakan sebuah pohon besar, sedangkan ireng berarti
hitam atau gelap. Motif ini dipakai pada saat lelayu. Wawancara Bukhari,
1752014
2.
Tradisi dan Mitos
Di desa Bakaran terdapat suatu bangunan yang bernama
Sigit
. Bangunan tersebut menyerupai mushola tetapi tanpa mihrab. Sigit dibangun oleh Nyai Ageng
Sabirah sebagai tempat persembunyian untuk mengelabuhi prajurit Kerajaan Demak. Walaupun dalam persembunyian Nyai Ageng Sabirah tetap berinteraksi
dengan masyarakat sekitar. Di pelaratan
Sigit
itulah ia mengajarkan keahlian membatik yang dimiliki kepada masyarakat sekitar.
Sekarang bangunan tersebut menjadi punden yang merupakan tempat sakral bagi Masyarakat Desa Bakaran. S
etiap hari Kamis Kliwon atau malam Jum’at Legi punden Nyai Ageng Sabirah ramai dikunjungi oleh mereka yang ingin bertirakat
ditempat tersebut. Menurut mereka malam Jum’at legi dianggap hari yang paling baik di antara empat Jum’at dalam satu bulan.
Nyai Ageng Sabirah leluhur yang dituakan oleh masyarakat Desa Bakaran. Masyarakat menganggap bahwa mereka merupakan anak-cucu dari Nyai Ageng
Sabirah. Untuk menghormatinya ada suatu tradisi membawa bayi yang lahir ke punden untuk dikelilingkan sambil menaburkan uang receh dan beras kuning.
Maksud dari tradisi tersebut adalah untuk menunjukan kelahiran cucu dari Nyai ageng Sabirah.
Adapun mitos berkembang di Desa Bakaran adalah masyarakat Desa Bakaran dilarang menjual nasi. Di balik mitos tersebut terdapat suatu makna bahwa
sekedar nasi janganlah dijual. Berikan saja nasi itu kepada yang membutuhkan. Wawancara Sugiyanto, 1422014; wawancara Bukhari 1752014
Legenda,filosofi, serta trasidi yang terdapat di Desa bakaran merupakan suatu potensi untuk mengembangkan Batik Bakaran. Caranya dengan membuat
sebuah deskripsi mengenai legenda, filosofi dan tradisi tersebut. Kemudian, kemas deskripsi tersebut dalam bentuk
booklet.
Di
booklet
tersebut pemilik showroom juga dapat mencantumkan gambar-gambar batik hasil produksinya.
Booklet
dicetak dalam jumlah yang banyak untuk dibagikan kepada pengunjung yang datang.
Dengan demikian, secara tidak langsung pengunjung akan mendapat pengetahuan salah satu budaya lokal yang ada di Kabupaten Pati.
3.
Potensi Ekonomi
Pada umumnya masyarakat di Desa Bakaran bekerja sebagai buruh, baik buruh tani maupun buruh tambak. Pendapatan sebagai buruh tersebut hanya 25 ribu
rupiah sampai 30 ribu rupiah per hari. Jumlah tersebut tentu tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apa lagi untuk membiayai pendidikan anak-anak
mereka. Tetapi dengan kehalian membatik yang dimiliki oleh para ibu rumah tangga, mereka dapat membantu meningkatkan perekonomian rumah tangga.
Misalnya Miyati 54 tahun, suaminya bekerja sebagai buruh
ngedos
panen padi. Contoh lainnya Parmi 52 tahun, suaminya bekerja sebagai buruh srabutan. Sudah
sejak lama mereka bekerja sebagai pembatik di industri rumah tangga batik “Tjokro”. Kini setiap bulan mereka pendapatkan penghasilan rata-rata 900 ribu
rupiah dalam satu bulan. Mereka mengaku penghasilan dari bekerja sebagai pembatik tersebut dapat membantu meringankan perekonomian keluarga. Kompas
13 Agustus 2009 Pembatik yang lainnya adalah Siti 37 tahun yang belajar membatik dengan
melihat tetangganya yang sedang membatik. Suami Siti adalah seorang tukang bangunan. Dengan keahlian membatik yang dimiliki Siti sekarang ini ia menjadi
pembatik di “Tjokro”.Pekerjaan sampingan sebagai pembatik membantu perekonomian keluarga Siti. Wawancara Siti 17102013.
Bentuk dukungan dari pemerintah untuk mengembangkan Batik Bakaran adalah pengadaan seragam untuk seluruh PNS di wilayah Kabupaten Pati di tahun
2014 ini. Tujuan Pemkab Pati mewajibkan PNS menggunakan Batik Bakaran sebagai seragam dinas karena, masih banyak pegawai yang memakai batik dari
daerah lain. Hal itu disebabkan instruksi dari Bupati yang lama baru himbauan saja.
Tujuan kedua dari pengadaan seragam ini adalah untuk membantu meningkatkan UKM yang ada di Pati. Selain itu juga untuk memperkenalkan Batik
Bakaran sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Pati. Anggaran untuk pengadaan seragam batik tersebut sekitar 4 miliyar rupiah. Dengan anggaran
tersebut diharapkan dapat memberdayakan semua pengrajin batik yang ada di Desa Bakaran. Haryanto sebagai bupati yang baru mengharapkan agar tidak ada
monopoli dalam pengadaan seragam batik ini. Semuamendapatkan porsi sesuai dengan kemampuan dan kesangupan masing-masing. www.jatengprov.go.id
Pengadaan batik sebanyak 14-16 ribu potong dengan motif dan warna yang sama bertujuan agar tidak ada kesenjangan sosial antara pejabat dan staf. Motif
batik yang digunakan untuk seragam ini adalah desain dari Bukhari. Seragam batik ini berwarna coklat soga sesuai dengan ciri khas dari Batik Bakaran.
E. Peluang Pengembangan Pariwisata