TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA TEORETIS.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA TEORETIS.

”Sebelum dikeluarkan UULPM PUTS, sebenarnya pengaturan mengenai persaingan usaha tidak sehat didasarkan pada Pasal 1365 KUH Perdata mengenai perbuatan melawan hukum onrechtmatigdaad dan Pasal 382 bis KUH Pidana ”. Lintang Asmara 2011 : 1 Menurut KUH Perdata , ”Tiap-tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut” Pasal 1365 KUH Perdata. Selanjut Lintang Asmara menguraikan, ”Barang siapa yang mendapatkan, melangsung- kan atau memperluas hasil perdagangan atau perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seseorang tertentu, diancam karena persaingan curang dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak tiga belas ribu lima ratus rupiah, bila perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi konkuren- konkuren orang lain”. Pasal 382 bis KUH Pidana. Dari rumusan Pasal 382 bis KHU Pidana ini terlihat bahwa seseorang dapat dikenakan sanksi pidana atas tindakan ”persaingan curang” dan harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut : 1. Adanya tindakan tertentu yang dikategorikan sebagai persaingan curang. 2. Perbuatan persaingan curang itu dilakukan dalam rangka mendapatkan, melangsungkan dan memperluas hasil dagangan atau perusahaan. 3. Perusahaan yang diuntungkan karena persaingan curang tersebut,baik perusahaan si pelaku maupun perusahaan lain. 4. Perbuatan pidana persaingan curang dilakukan dengan cara menyesatkan khalayak umum atau orang tertentu. 5. Akibat dari perbuatan persaingan curang tersebut telah menimbulkan kerugian bagi konkorennya dari orang lain yang diuntungkan dengan perbuatan si pelaku” Lintang Asmara, 2011 : 1. Sebetulnya sudah sejak lama masyarakat Indonesia, khususnya para pelaku bisnis merindukan sebuah undang-undang uang secara komprehensif mengatur persaingan sehat. Keinginan itu didorong oleh munculnya praktek-praktek perdagangan yang tidak sehat, terutama karena penguasa sering memberikan perlindungan ataupun priveleges kepada para pelaku bisnis tertentu, sebagai bagian dari praktek-praktek kolusi, korupsi, kroni dan nepotisme. Dikatakan secara komprehensif , karena sebenarnya secara pragmentasi, batasan- batasan yuridis terhadap praktek-praktek bisnis yang tidak sehat atau curang dapat ditemukan secara tersebar di berbagai hukum positif. Tetapi karena sifatnya yang sektoral, perundang- undangan tersebut sangat tidak efektif untuk secara konseptual memenuhi berbagai indikator sasaran yang ingin dicapai oleh undang-undang persaingan sehat tersebut. Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi danatau pemasaran barang danatau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Pengertian dan pemahaman yang salah akan persaingan dan pasar bebas mengakibatkan tibulnya sikap skeptis para pembuat kebijakan dan penegak hukum ketika ULPM PUTS ini disahkan. Pertanyaan yang timbul adalah dapatkah Undang-Undang anti monopoli ini memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia mengingat selama ini Indonesia mengalami pembangunan dengan sistem ekonomi diperintah dan terencana. Selain itu persaingan selalu dikaitkan dengan individualisme yang bertolak belakang dengan kultur masyarakat yang komunal dimana segala sesuatunya dilakukan atas dasar kekeluargaan dan gotong royong. Hal ini dikuatkan oleh Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 bahwa cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Ayat lainnya menyatakan perekonomian Indonesia dilandaskan pada demokrasi ekonomi kerakyatan. Adanya sikap skeptis ini dapat menjadi hambatan bagi terwujudnya tujuan yang ingin dicapai Undang-Undang antimonopoli ini mengingat adanya relevansi yang kuat antara hukum dan pembangunan ekonomi. Hukum merupakan alat rekayasa sosial yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hukum persaingan usaha di Indonesia dapat menjalankan tugasnya sebaga alat rekayasa sosial apabila terdapat keadaan yang cukup kondusif yaitu stabilitas, prediktabilitas, keadilan, pendidikan dan kemampuan aparat penegak hukum. Dengan demikian hukum persaingan usaha mampu menempatkan dirinya tidak saja sebagai alat rekayasa sosial namun juga sebagai tool of economic development. Menurut Munir Fuady sebagaimana dikutip dari pendapat Frank Fishwick 1995 : 21, k ata ”monopoli berasal dari kata Yunani yang berarti ”penjual tunggal”. Disamping itu istilah monopoli di negara United State of America USA sering digunakan kata ”antitrust” untuk pengertian yang sepadan dengan istilah ”anti monopoli” atau istilah “dominasi” yang dipakai oleh masyarakat Eropah yang artinya juga sepadan dengan arti isitilah “monopoli”. Di samping itu terdapat lagi istilah yang artinya mirip- mirip yaitu istilah “kekuatan pasar”. Dalam praktek keempat istilah ters ebut yaitu isitilah ”monopoli”, ”antitrust”, kekuatan pasar” dan ”isitilah ”dominasi” saling dipertukarkan pemakaiannnya. Keempat isitilah tersebut dipergunakan untuk menunujukkan suatu keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang menguasai pasar, dimana di pasar tersebut tidak tersedia lagi produk atau produk subsitusi yang potensial dan terdapatnya kemampuan pelaku pasar tersebut untuk menerapkan harga produk tersebut yang lebih tinggi, tanpa mengikuti hukum persaingan pasar atau hukum permintaan dan penawaran pasar. Dapat dipahami mengapa dalam pasar bebas harus dicegah penguasaan pasar oleh satu, dua atau beberapa pelaku usaha saja monopoli dan oligopoli, karena dalam pasar yang hanya dikuasai oleh sejumlah pelaku usaha maka terbuka peluang untuk menghindari dan mematikan bekerjanya mekanisme pasar market mechanism sehingga harga-harga ditetapkan secara sepihak dan merugikan konsumen. Pelaku usaha yang jumlahnya sedikit dapat membuat berbagai kesepakatan untuk membagi wilayah pemasaran, mengatur harga, kualitas dan kuantitas barang dan atau jasa yang ditawarkan guna memperoleh keuntungan yang setinggi- tingginya dalam waktu yang relatif singkat. Persaingan usaha di antara para pelaku usaha juga dapat terjadi secara curang unfair competition sehingga merupakan konsumen, bahkan negara. Oleh karena itu, pengaturan hukum untuk menjamin terselenggaranya pasar bebas secara adil mutlak diperlukan. Meskipun monopoli harus dicegah tapi sampai pada saat ini belum ada suatu perangkat hukum dan peraturan perundang-undangan dibidang hukum dan bisnisyang mampu untuk mencegah terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Bahkan monopoli yang dilakukan oleh BUMN saat ini cenderung merugikan masyarakat ketimbang mmberi manfaat sulit untuk diawasi. Keterbukaaan informasi yang kurang menyebabkan praktek monopoli semakin merajalela dan masyarakatpun tidak mampu berbuat apa-apa karena tidak mengetahui- nya. Jika berbicara mengenai monopoli, kita tidak dapat melepaskan perhatian dengan gejala perkembangan konglomerasi yang banyak menimbulkan reaksi dari kalangan masyarakat dan para ahli hukum dan ekonomi. Pendapat merekapun tidak selamanya sama. Suara sumbang mengenai monopoli memang banyak terdengar. Adanya kelompok tertentu yang memonopoli suatu bidang atau produk tertentu mulai mejangkiti dan mewabah di Indonesia. Sebagai bentuk penguasaan pangsa pasar atau produk tertentu, monopoli bukan saja dapat menarik keuntungan sebesar-besarnya tetapi dapat mengganggu sistem dan mekanisme perekenomian yang sedang berjalan sebagai akibat distorsi ekonomi yang ditaburkannya, seiring dengan semakin besarnya penguasaan atas pangsa pasar dan produk tertentu. Pada dasarnya praktek monopoli ini merupakan pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi danatau pemasaran barang dan atau jasa tertentu sehingga dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Berdasarkan definisi monopoli tersebut di atas dapat kita ambil unsur-unsur dari praktek monopoli yaitu : a. Terjadinya pemusatan kekuatan ekonomi pada satu atau lebih pelaku usaha. b. Terdapat penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan ataua jasa tertentu. c. Terjadi persaingan usaha tidak sehat, serta

d. Tindakan tersebut dapat merugikan kepentingan umum Andi Fahmi Lubis dkk, 2001 : 132-133

Saiful Akbar menjelaskan bahwa ”di dalam fenomena persaingan usaha nasional selalu terdapat isu kondisi struktural ekonomi, isu perilaku mendukung persaingan atau tidak mendukung persaingan dari para pelaku usaha nasional serta isu kebijakan persaingan usaha nasional. Dalam isu pertama, perspektif ekonomi sangatlah menonjol, untuk isu kedua, perspektif ekonomi terkait dengan masalah motif ekonomi dari perilaku tersebut dan sudut pandang hukum akan membahas ada atau tidaknya aturan dari perilaku tersebut, sedangkan isu ketiga, sangat menonjol perspektif hukumnya. Oleh karenanya, dalam pembahasan isu persai- ngan usaha pastinya akan terdapat perspektif ekonomi dan perspektif hukumnya ” Saiful Akbar, 2011 : 2. ”Dalam literatur ilmu hukum bisnis anti monopoli, biasanya yang diartikan anti persaingan sehat adalah dampak negatif tindakan tertentu terhadap : 1. harga barang danatau jasa 2. kualitas barang danatau jasa 3. kuantitas barang danatau jasa ” Munir Fuady : 2003 : 5. Selanjutnya Munir Fuady mengatak an kepada pengertian ”Pemusatan Kekuatan Ekonomi , Undang-Undang Anti Monopoli memberi arti sebagai penguasaan yang nyata atas suatu pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga barang danatau jasa. Lebih lanjut lagi Munir Fuady menjelaskan ”kepada pengertian ” posisi dominan” Undang-Undang Anti Monopoli memberi arti sebagai suatu keadaan di mana pelaku usaha ti- dak mempunyai pesaing yang berarti di pasar yang bersangkutan dalam kaitannya dengan pang sa pasar yang dikuasai atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada paso- kan atau penjualan,serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang dan atau jasa tertentu. Dengan demikian Undang-Undang Anti Monopoli UULPM PUTS dalam memberikan arti kepada posisi dominan atau perbuatan anti persaingan lainnya mencakup baik kompetisi yang interbrand, maupun kompetisi yang intrabrand. Yang dimaksud dengan kompetisi yang interbrand adalah kompetisi di antara produsen produk yang generiknya sama same generic product. Dilarang misalnya jika satu perusahaan menguasai 100 seratus persen pasar televise atau yang disebut dengan isitilah “monopoli”. Sedangkan yang dimaksud dengan kom- petisi yang intrabrand adalah kompetisi di antara distributor wholesale maupun eceran atas produk dari produsen tertentu. Sementara yang dimaksud dengan “pelaku usaha” adalah setiap perorangan atau sekelom- pok orang atau juga badan usaha,baik yang berbentuk badan hukum maupun tidak berbadan hukum, didirikan atau berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah Republik Indone- sia yang menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. Jadi dalam hal ini ke dalam kategori “pelaku usaha” termasuk : 1. Orang perorangan, 2. Badan Usaha berbentuk Badan Hukum, 3. Badan Usaha Bukan Berbentuk Badan Hukum. Undang-Undang anti monopoli UULPM PUTS masih melihat suatu pelaku usaha dalam arti suatu bentuk usaha, baik berbadan hukum maupun yang bukan berbadan hukum. Jadi, jika dalam suatu kelompok usaha ada dua badan hukum misalnya, maka hal tersebut dianggap sebagai dua pelaku usaha. Karena itu, bagi Undang-Undang anti monopoli UULPM PUTS tersebut, tidak begitu relevan misalnya memperbedakan apakah suatu distribusi ganda dual distribution berbentuk “sejajar” atau berbentuk “campuran” myriad distribution Yang dimaksud dengan distribusi ganda yang sejajar adalah jika ada satu perusahaan yang mengangkat distributornya lebih dari satu, tetapi kedua perusahaan distribusi tersebut berada di luar grup dan saling bersaing satu sama lain. Sementara itu yang dimaksud dengan distribusi ganda campuran adalah dimana seorang produsen mengangkat dua distributor, satu merupakan distributor dalam satu kelompok usaha dengan produsen tersebut, sementara distributor yang satunya lagi adalah distributor bebas, yakni yang berada di luar kelompok usaha yang bersangkutan. Sehingga dalam distribusi ganda yang campuran terebut terancam baik persai- ngan usaha yang vertikal maupun yang horizontal. Disamping itu, ada juga yang mengartikan kepada tindakan monopoli sebagai suatu keisti- mewaan atau keuntungan khusus yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang atau peru sahaan yang merupakan hak atau kekuasaaan yang eksklusif untuk menjalankan bisnis atau per dagangan tertentu atau memproduksi barang-barang khusus atau mengontrol penjualan terha- dap seluruh suplai barang tertentu. Dalam hukum Inggris kuno, monopoli diartikan sebagai suatu izin atau keistimewaan yang dibenarkan oleh raja untuk membeli, menjual, membuat, mengerjakan atau menggunakan apa- pun secara keseluruhan dimana tindakan monopoli tersebut secara umum dapat mengekang ke- bebasan berproduksi atau berdagang trading. Atau monopoli dirumuskan juga sebagai suatu tindakan yang memiliki atau mengontrol bagian besardari suplai di pasar atau output dari komo ditas tertentu yang dapat mengekang kompetisi, membatasi kebebasan perdagangan yang mem- berikan kepada pemonopoli kekuaaan pengontrolan terhadap harga. Menurut Abdurrachman A, ada lagi yang mengartikan kepada tindakan monopoli yang umum sebagai suatu hak atau kekuasaan hanya untuk melakukan suatu kegiatan atau aktivitas yang khusus, seperti membuat suatu produk tertentu. Memberikan suatu jasa dan sebagainya. Atau suatu monopoli dalam dunia usaha diartikan sebagai pemilikan atau pengendalian persediaan akan atau pasaran untuk suatu produk atau jasa yang cukup banyak untuk mematah- kan atau memusnahkan persaingan, untuk mengendalikan harga atau dengan cara lain membata si perdagangan Abdurrachman A, 1991 : 700 . Pengertian Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menurut UULPM PUTS adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibat dikuasainya produksi danatau pemasaran atas barang danatau jasa tertentu sehingga menim- bulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat mengakibatkan kerugian kepentingan umum. Menurut Ditha Wiradiputra mengatakan bahwa : ”Bagi negara berkembang seperti Indonesia, implementasi hukum persaingan usaha bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih- lebih masih adanya anggapan dikalangan negara berkembang yang mengatakan bahwa implementasi hukum persaingan usaha yang berlebihan dapat mengganggu aktivitas bisnis pela ku usaha, dan kurang menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan nasional, ditambah biaya yang dibutuhkan dalam proses investigasi dugaan terjadi praktek anti persaingan usaha juga ti- daklah murah ” Ditha Wiradiputra, 2010 : 1. Lebih lanjut Ditha Wiradiputra menjelaskan bahwa ”efektifitas implementasi dari hukum persaingan usaha merupakan tugas yang sulit serta memerlukan tingkat pengetahuan dan keah- lian yang tinggi. Kondisi struktur awal yang terjadi dalam ekonomi transisi dari proteksi ke liberalisasi,khususnya pada negara berkembang membuat implementasi hukum persaingan men jadi tugas yang lebih menantang daripada implementasi hukum persaingan usaha pada negara yang telah maju. Hambatan masuk yang timbul dari konsentrasi pasar yang tinggi, kontrol dan kepemilikan pemerintah, hambatan administrasitif, semuanya tinggi di ekonomi transisi. Dan tidak hanya itu, implementasi hukum persaingan usaha juga tidak akan terlepas dari tekanan secara politik maypun sosial. Ditha Wiradiputra menambahkan : ”namun untuk melihat bagaimana efektifitas dari penegakan hukum persaingan usaha terhadap berbagai sektor industri yang ada bukanlah tugas yang mudah dan juga tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu yang relatif singkat”. Menurut Irna Irmalina dalam Tesisnya berjudul Tinjauan Terhadap Fungsi dan Kedudukan KPPU Dalam Penegakan Peraturan Persaingan Usaha mengatakan : ”dalam prakteknya persaingan usaha sangat terpengaruh oleh berbagai kebijakan pemerintah atau kebijakan publik. Seharusnya kebijakan publik tersebut dibuat dengan wawasan yang berpihak kepada mayarakat sebagai konsumen, baik kepada produsen maupun kepada konsumen, namun kenyataannya banyak kebijakan yang menyangkut sektor usaha yang diwarnai dengan berbagai kepentingan yang terselubung dari ihak tertentu. Suatu kebijakan mengenai tata niaga komoditi tertentu misalnya, ternyata menciptakan hambatan masuk yang memberi peluang kepada kelompok tertentu untuk melakukan praktek m onopoli dan menutup pesaing untuk masuk” Selanjutnya Irna Irmalina sebagaimana mengutip dari pendapat Hasan M. Fadli, 2005 menjelaskan : ” di masa pemerintahan orde baru, banyak dijumpai praktek persaingan yang tidak sehat. Hasan M. Fadli mengatakan, secara umum ciri praktek usaha pada masa orde baru adalah : 1. Unregulated, atau nyaris tanpa aturan, ciri ini berkaitan dengan struktur kekuasaan yang memusatkan pada diri seorang presiden. Saat itu hampir tidak ada kebijakan tentang praktek usaha yang berwawasan kepentingan publik, 2. Concentrated, atau terpusat baik berupa monopoli, ataupun oligopoli. Pada masa itu praktek perekonomian terpusat hanya pada beberapa gelintir pelaku usaha melalui proses nepotisme, 3. Protected dan No Competition atau dilindungi dan tanpa persaingan. Sebagian besar dunia usaha industri yang memperoleh hak monopoli dan ologopoli diproteksi sedemikian rupa dengan kebijakan pemerinta. Proteksi ini tidak hanya terbatas pada komoditi strategis yang menguasai hajat hidup orang banyak, melainkan me luas pada berbagai komoditi lainnya”, 4. Priveledge, atau perlakuan khusus. Diantara yang memperoleh perlakuan khusus dari kebijakan pemerintah adalah keluarga pejabat mulai dari level paling atas hingga sampai paling bawah”. Irna Irmalina menambahkan bahwa :”implikasi dari struktur ekonomi orde baru seperti itu yang paling nyata adalah alokasi sumber daya ekonomi yang timpang antar sektor, antar kelompok usaha dan antar daerah. Masyarakat menanggung beban harga yang klebih mahal dari yang seharusnya. Disamping itu perburuan rente dan praktek-prakek kolusi tidak dapat dihindarkan, dan transparansi serta good governance sebagai paradigma penyelenggaraan kepemerintahan sama sekali tidak diwujudkan” Kehadiran UULPM PUTS dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepastian hukum, perlindungan hukum yang sama kepada setiap pelaku usaha dalam berusaha dan penegakan hukum dengan cara mencegah timbulnya praktek-praktek monopoli danatau persaingan usaha yang tidak sehat lainnya dengan harapan dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif dimana setiap pelaku usaha dapat bersaing secara wajar dan sehat. Untuk itu diperlukan aturan hukum yang pasti dan jelas yang mengatur larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat lainnya. Dengan keluarnya UULPM PUTS peraturan ini sebagai tool of social control and a tool of social engineering yang tiada lain adalah merupakan sebagai alat control social dan berusaha menjaga kepentingan umum dan mencegah praktek monopoli danatau persaingan usaha tidak sehat. Selanjutnya juga merupakan alat rekayasa social berusaha untuk meningkatkan efisiensi ekonomi nasional, mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat dan berusaha menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha serta akan membawa nilai positif bagi perkembangan iklim usaha di Indonesia yang selama ini dikatakan jauh dari kondisi ideal. Salah satu tujuan diberlakukannya UULPM PUTS ini adalah untuk memastikan bahwa mekanisme pasar dapat bekerja dengan baik dan konsumen menikmati hasil dari proses persaingan atau surplus konsumen. Dalam UU ini diatur mengenai larangan perjanjian, kegiatan dan penyalahgunaaan posisi dominan yang dapat mengarah pada persaingan usaha tidak sehat. Disamping itu UULPM PUTS juga menjamin dan memberi peluang yang besar kepada pelaku usaha yang ingin berusaha sebagai akibat dilarangnya praktek monopoli dalam bentuk penciptaan barrier toentry. Dampak positif lain adalah terciptanya pasar yang tidak terdistorsi, sehingga menciptakan peluang usaha yang semakin besar bagi pelaku usaha. Keadaan ini akan memaksa para pelaku usaha untuk lebih innovatif dalam memciptakan dan memasarkan produk barang danatau jasa. Rachmadi Usman dalam bukunya berjudul Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia me ngatakan bahwa : ”Lembaga yang akan menjadi penjaga untuk tegaknya peraturan persaingan usaha merupakan syarat mutlak agar peraturan persaingan usaha dapat lebih operasional. Pem- berian kewenangan khusus kepada suatu komisi untuk melaksanakan suatu peraturan di bidang persaingan merupakan hal yang lazim dilakukan oleh kebanyakan negara. Contoh di negara Amerika Serikat USA, Departemen Kehakimannya mempunyai divisi khusus, yaitu Antitrust Division untuk menegakkan undang-undang anti monopoli yang dikenal dengan nama Sherman Act. Departemen Kehakiman bersama-sama Federal Trade Commission juga bertugas menegak kan Clayton Act. Sedangkan tugas untuk menegakkan Robinson Patman Act, khususnya yang menyangkut tindakan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan, diserahkan kepada Fede ral Trade Commission : Jepang, Koreadan Taiwan dengan Fair Trade Commission” Rachmadi Usman, 2004 : 78-79. Selanjutnya Rachmadi Usman menjelaskan “demikian pula yang terjadi di Indonesia, Penegakan hukum persaingan diserahkan kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU, di samping kepolisian, kejaksaan dan peradilan. Penegakan pelanggaran hukum peraingan harus dilakukan terlebih dahulu dalam dan melalui Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU. Setelah itu, tugas dapat diserahkan kepada penyidikpenyelidik kepolisian, kemudian diteruskan ke pengadilan, jika pelaku usaha tidak bersedia menjalankan putusan yang telah dijatuhkan KPPU. Sebenarnya, penegakan hukum persaingan usaha dapat saja dilakukan oleh kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Pengadilan merupakan tempat penyelesaian perkara yang resmi dibentuk negara.Namun untuk hukum persaingan usaha,pada tingkat pertama penye lesaian sengketaperkara antar pelaku usaha tidak dilakukan oleh pengadilan. Alasan yang da- pat dikemukakan adalah karena hukum persaingan usaha membutuhkan orang-orang spesialis yang memiliki latar belakang danatau mengerti betul seluk beluk bisnis dalam rangka menjaga mekanisme pasar.Institusi yang melakukan penegakan hukum persaingan usaha harus beranggo takan orang-orang yang tidak saja berlatar belakang hukum, tetapi juga ekonomis dan bisnis. Hal ini sangat diperlukan, mengingat masalah persaingan usaha sangat terkait erat dengan eko- nomi dan bisnis’. Lebih lanjut Rachmadi Usman menambahkan : ” alasan lain mengapa diperlukan institusi yang secara khusus menyelesaikan kasus praktek monopoli dan peraaingan usaha tidak sehat adalah agar berbagai perakarasengketa tidak bertumpuk di pengadilan. Institusi yang secara khusus menyelesaikan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dapat dianggap seba gai suatu alternatif penyelesaian sengketa, spenjang pengertian alternatif di sini adalah quasi judikatif sudah lama dikenal”. Hukum terutama dapat dilihat bentuknya melalui kaidah-kaidah yang dirumuskan secara ek- splisit. Di dalam kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan hukum tersebut terkandung tindakan- tindakan yang harus dilaksanakan seperti penegakan hukum.Kehendak-kehendak hukum dilaku kan melalui manusia-manusia, manusia yang menjalankan penegakan hukum benar-benar me- nempati kedudukan yang penting dan menentukan. Apa yang dikatakan dan dijanjikan oleh hu- kum, pada akhirnya akan menjadi kenyataan melalui tangan orang-orang tersebut. Pada hakekatnya hukum mengandung ide atau konsep-konsep yang dapat digolongkan seba gai sesuatu yang abstrak. Ke dalam kelompok yang abstrak termasuk ide tentang keadilan, ke- pastian hukum dan kemanfaatan sosial. Apabila berbicara tentang penegakan hukum, maka pa- da hakekatnya berbicara tentang penegakan ide-ide serta konsep-konsep yang notabene adalah abstrak tersebut. Dirumuskan secara alain, penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep tersebut menjadi kenyataan. Proses perwujudan ide- ide dan konsep-konsep tersebut merupakan hakekat dari penegakan hukum. Apabila berbicara mengenai perwujudan ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak menjadi kenyataan, maka sebetulnya sudah memasuki bidang manajemen. Penegakan hukum merupakanfungsi dari bekerjanya pengaruh-pengaruh tersebut.Kita tidak dapat menutup mata terhadap kenyataan para penegakan hukum, sebagai kategori manusia dan bukan sebagai jabatan, akan cenderung memberikan penafsiran sendiri terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan tingkat dan jenis pendidikan, kepribadian dan masih banyak faktor pengaruh yang lain Penegakan hukum selalu melibatkan manusia di dalamnya dan melibatkan juga tingkah la- ku manusia. Hukum tidak dapat tegak dengan sendirinya, artinya hukum tidak mampu mewu- judkan sendiri janji-janji serta kehendak-kehendak yang tercantum dalam peraturan-peraturan hukum. Janji dan kehendak tersebut, misalnya untuk memberikan hak kepada seseorang, memberikan perlindungan kepada seseorang yang memenuhi persyaratan tertentu dan sebagai- nya. Dalam penegakan hukum persaingan usaha, KPPU memegang peranan yang sangat sentral. Menurut Pasal 30 UULPM PUTS ditentukan bahwa komisi dibentuk untuk mengawasi pelak sanaan undang-undang ini. Komisi merupakan lembaga independen yang terlepas dari pe ngaruh dan kekuasaan serta pihak lain independensi itu ditegaskan kembali dalam Keppres dalam menerapkan undang-undang, namun demikian komisi tidak hanya terbebas dari pengaruh lain, seperti lembaga kemasyarakatan, kelompok pemegang kekuasaan keuangan, dan pihak-pihak lainnya. Dalam melaksanakan tugas-tugas komisi, menurut Pasal 33 UULPM PUTS Komisi mem punyai wewenang menerima laporan, melaksanakan penelitian, penyelidikan, pemanggilan pela ku usaha, saksi-saksi, saksi ahli, instansi pemerintah, meminta bantuan penyidik, meminta dan menilai alat-alat bukti, memutuskan serta menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrasi. Komisi dalam melaksanakan tugasnya disamping berdasarkan laporan masyarakat juga dapat bertindak atas dasar wewenangnya yaitu patut menduga ada pelaku usaha yang melakukan pe- langgaran terhadap UULPM PUTS. Komisi wajib menetapkan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan pendahuluan paling lama 30 hari setelah menerima laporan. Selanjutnya pemerik- saan lanjutan dilakukan dalam waktu 60 hari dan dapat diperpanjang 30 hari lagi. Komisi wajib memberikan putusan telah terjadi atau tidak terjadi pelanggaran persaingan usaha paling lambat 30 hari setelah pemeriksaan lanjutan. Putusan komisi ini berupa sanksi tindakan administrasi dan dapat berupa : 1 penetapan pembatalan perjanjian, 2. perintah kepada pelaku usaha menghentikan integrasi vertical, 3. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat dan atau merugikan masyarakat, 4. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan, 5. penetapan pembatalan atas penggabungan atau pelebuan badan usaha dan pengambilalihan saham, 6. penetapan pembayaran ganti rugi, 7. pengenaan denda kepada pelaku usaha yang telah terbukti bersalah melakukan pelanggaran terhadap UULPM PUTS. . Berdasarkan UULPM PUTS mengatur bahwa satu-satunya upaya hukum yang tersedia bagi pelaku usaha yang telah terbukti bersalah dan telah diputus oleh KPPU dapat melakukan perlawanan terhadap putusan KPPU adalah dengan mengajukan keberatan terhadap putusan KPPU tersebut vide Pasal 44 ayat 2 UULPM PUTS. Hukum persaingan usaha sebenarnya mengatur tentang pertentangan kepentingan antar pela ku usahayangmerasa dirugikan oleh tindakan dari pelaku usaha lainnya.Oleh karenanya hukum persaingan usaha pada dasarnya merupakan sengketa perdata. Penegakan hukum persaingan an tar pelaku usaha dapat dilakukan oleh pelaku usaha sendiri, apabila masalah tersebut tidak ter- dapat unsur-unsur publiknya. Penegakan hukum oleh pelaku usaha akan memenuhi berbagai hambatan apabila tidak ada kesukarelaan untuk melaksanakan putusan dari pihak yang dikalah- kan. Hal ini karena sebuah asosiasi tidak berwenang untuk melakukan penyitaan ataupun men- jatuhkan sanksi yang bersifat publik. Dalam perkembangannya, ternyata penegakan hukum persaingan usaha tidak semata-mata merupakan sengketa perdata. Pelanggaran terhadap hukum persaingan mempunyai unsur-unsur pidana bahkan administrasi negara. Hal ini disebabkan peanggaran terhadap hukum persaingan pada akhirnya akan merugikan masyarakat dan merugikan perekonomian negara. Oleh karenanya disamping penegakan hukum secara perdata juga secara pidana. Sebenarnya dalam hal penegakan hukum persaingan dapat dilakukan oleh kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Penegakan hukum merupakan tempat penyelesaian sengketaperkara yang resmi dibentuk oleh negara. Namun khusus untuk hukum persaingan, pada tingkat pertama penyelesaian sengketa antar pelaku usaha tidak dilakukan oleh pengadilan. Alasan yang dapat dikemukakan adalah karena hukum persaingan membutuhkan functionaries specialistic yang memiliki atar belakang hukum, tetapi juga ekonomi dan bisnis. Hal ini mengingat masalah usahansangat terkait erat dengan ekonomi dan bisnis. Penegakan hukum adalah proses dilakukannnya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan- hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau sudah melakukan penegakan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegak hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur pe- negak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa. Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya yaitu dari segi hu- kumnya sendiri. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pada nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu penerjemahan perkataan ”Law Enforcement” ke dalam baha- hasa Indonesia dalam menggunakan perkataan ”Penegakan Hukum” dalam arti luas dapat pula digunakan istilah ”Penegakan Peraturan” dalam arti sempit. UULPM PUTS pada prinsipnya tidak mengatur mengenai aspek gugatan perdata dari tindakan antimonopoli. Karena itu untuk gugatan perdata terhadap tindakan antimonopoli ini berlaku kaida-kaidah hukum perdata umum yang bersumber dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Di Indonesia hanya mengenal ganti rugi apa adanya sesuai dengan kerugian yang diderita bahkan jika pengadilan perdata mengabulkan permohonan ganti rugi perdata le- wat prosedur gugatan perdata biasa, maka orang tersebut tidak mungkin mendapat ganti rugi se cara double dari ganti rugi via Pasal 47 ayat 2 huruf g UULPM PUTS. Penggugat sebagai pi- hak yang dirugikan hanya tinggal memilih ganti rugi yang mana diantara kedua jenis ganti rugi tersebut yang dia inginkan. Tidak mungkin didapat kedua ganti rugi tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN