KONSEP DAN KONTEKS PENGAWASAN TERHADAP PELANGGARAN HUKUM PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.

A. KONSEP DAN KONTEKS PENGAWASAN TERHADAP PELANGGARAN HUKUM PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA

Konsep dan kebijakan persaingan dalam arti luas menurut Benny Pasaribu “dapat didefini finisikan sebagai rangkaian kebijakan ekonomi yang lebih memberikan kesempatan pada meka nisme pasar untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi. Hal ini biasanya dilakukan biasanya dilakukan dengan yakin bahwa peningkatan kesejahteraan dapat terjadi karena mekanisme pa- sar lebih unggul dalam hal pertumbuhan ekonomi, efisiensi, innovasi, produktivitas dan kuali- litas pelayanan public. Persingan sehat diyakioni mampu menyediakan variasi pilihan jenis dan kualitas produk serta tingkat harga yang relati f rendah dan stabil bagi konsumen” Benny Pasa ribu, 2009 : 6-7. Lebih lanjut Benny Pasaribu menjelaskan “biasanya, negara menetapkan peraturan perundang-undangan sebagai acuan dalam membuat kebijakan persaingan dan sekaligus sebagai standar untuk mengawasi jalannya persaingan di lapangan. Maka, di dalam prakteknya, kita menemukan undang-undang tentang persaingan sebagai dasar hukum, kebijakan pemerintah, regulasi dan penegakan hukum. Semua ini menjadi instrumen kebijakan persaingan dalam sebuah system ekonomi Negara. Sehingga dalam arti sempit, kebijakan persaingan sering didefinisikan sebagai bagian dari hukum persaingan, yang menegakkan prinsip-prinsip persaingan yakni melarang praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, seperti kartel, merger dan akuisisi yang merugikan konsumen, penyalahgunaaan posisi dominasi dan sebagainya” Ekonomi abad 21 yang ditandai dengan globalisasi ekonomi merupakan proses kegiatan ekonomi dan perdagangan dimana negara-negara dari seluruh dunia menjadi satu kekuatan pa- sar yang semakin terintegrasi dengan tanap rintangan batas teritorial negara.Globalisasi menun tut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Globalisasi menuntut persaingan bebas yang menganut konsep dkonsentrasi. Mau tidak mau perusahaan-perusahaan lokal harus berda- ya saing internasional.Daya saing ini bukan hanya menyangkut kemampuan bersaing memasok produk ke pasar internasional tetapi juga di dalam pasar domestik untuk menghadai pesaing da ri luar negeri. Persaingan yang sehat dalam ekonomi pasar bebas memberikan empat keuntungan yaitu :1 Persaingan akan memberikan harga yang kompetitif, 2. Adanya peningkatan kualitas hidup oleh karena inovasi yang terus menerus, 3. Mendorong dan meningkatkan mobilitas masyarakat, 4. Adanya efisiensi baik efisiensi produktif maupun efisiensi alokatif. Menurut Andi Fahmi Lubis dkk menjelaskan bahwa : ”Kebijakan persaingan juga diarahkan untuk untuk membatasi perilaku penyalahgunaan abusive yang dilakukan oleh perusahaan, terutama perusahaan dominan. Persaingan juga diarahkan untuk membatasi dan mengurangi hambatan untuk masuk ke dalam pasar. Selain hambatan yang dilakukan oleh perusahaan dominan di pasar, hambatan masuk ke pasar juga seringkali bersumber dari regulasi pemerintah. Sehingga kebijakan persaingan diharapkan dapat menjadi konsideran utama bagi pemerintah ketika akan mengeluarkan regulasi yang berpotensi menimbulkan dampak di pasar”. Andi Fahmi Lubis dkk, 2001 : 40 Lebih lanjut Andi Fahmi Lubis dkk menegaskan bahwa : ”secara umum kebijakan persaingan terdiri dari dua elemen yaitu : 1. Hukum persaingan usaha competition law dan 2 Advokasi persaingan competition advocacy. Andi Fahmi Lubis dkk menambahkan bahwa “advokasi persaingan usaha juga merupakan bagian terpenting dari kebijakan persaingan, terutama implementasi kebijakan persaingan di negara berkembang yang membutuhkan pemahaman dari semua pihak termasuk pemerintah. Penegakan hukum persaingan usaha dan kegiatan advokasi persaingan tidak dapat mencapai tujuan kebijakan persaingan secara instan, melainkan membutuhkan proses yang terkadang memakan waktu bertahun-tahun lamanya. Oleh karena itu dampak positif yang ditimbulkan oleh kebijakan persaingan tidak dapat dilihat hanya dari hasil akhir final outcome, melainkan juga dari perubahan kecenderungan perilaku dari pelaku usaha di pasar yang merupakan bagian dari proses” Kebijaksanan persaingan usaha domestik yang sehat merupakan salah satu agenda reformasi ekonomi saat ini. Kebijaksanaan ini menjadi sangat penting disatu pihak, karena selama 66 tahun Indonesia merdeka belum ada kebijaksanaan maupun undang-undang yang khusus mengatur tentang antimonopoli ataupun tentang persaingan usaha. Di lain pihak, karena berbagai bentuk usaha dan praktek monopoli yang ada di Indonesia saat ini cenderung mengha- silkan eksploitasi ekonomi yaitu berupa usaha mencari keuntungan yang besar dan membatasi produk yang dihasilkan. Kebijakan persaingan usaha domestik yang sehat sangat diperlukan karena dengan adanya kebijakan ini proses alokasi sumberdaya ekonomi melalui produksi dan distribusi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan menjadi efisien. Dan ini berarti mengoptimal kan kesejahteraan konsumen. Dengan adanya kebijaksanaan persaingan usaha domestik, maka upaya untuk meningkatkan keberhasilan di pasar global dan perkembangan teknologi maupun inovasi akan mudah tercapai. Sebaliknya, persaingan ekonomi pasar yang bebas dapat menim- bulkan kecenderungan perusahaankelompok perusahaan berusaha memperoleh kekuatan eko- nomi yang berlebihan,memperbesar skala usaha untuk mencari keuntungan yang besar, melaku kan konspirasi dalam menentukan harga, membatasi produksi dan mengeksploitasi tenaga kerja. Semua ini akan merugikan masyarakat. Hukum persaingan usaha merupakan prasyarat ekonomi pasar bebas yang memberikan em pat keuntungan dalam pembangunan ekonomi Indonesia.Yaitu, terciptanya harga yang kompe- titif, peningkatan kualitas hidup oleh karena inovasi yang terus menerus, mendorong dan me- ningkatkan mobilitas masyarakat serta adanya efisiensi produktif maupun alokatif. Namun de- mikian, keuntungan tersebut dapat kita nikmati hanya jika terdapat faktor-faktor penentu yaitu stabilitas dan prediktabilitas hukum, keadilan, pendidikan dan kemampuan aparat penegak hu- kum. UULPM PUTS UU Antimonopoli bagi suatu merupakan instrumen yang sangat penting untuk menjaga kebebasan ekonomi dan free enterprise. Intervensi negara di dunia usaha dlam persaingan hanya sebagai pihak yang memberikan level playing field, hanyalah pihak yang menerbitkan perangkat hukum mengenai persaingan termasuk pemberian sanksi pidana mau pun administratif terhadap para pelaku usaha yang melakukan persaingan usaha tidak sehat. Adalah suatu keniscayaan, bahwa pembangunan ekonomi suatu negara, terutama di negara berkembang, hukum memiliki peranan yang besar untuk memberikan peluang pembangunan ekonomi. Untuk terciptanya persaingan usaha sebagaimana dimaksud tentunya membutuhkan suatu aturan dan keadaan yang cukup kondusif di mana hukum dan pembangunan dapat saling menyokong satu sama lain. Ada beberapa faktor penentu agar hukum mampu memberikan kondisi yang kondusif untuk membantu pembangunan ekonomi yaitu :stabilitas, prediktabilitas tas, keadilan, pendidikan dan kemampuan aparat penegak hukum. Menurut Cenuk Widiyastrisna Sayekti , “pengertian dan pemahaman yang salah akan per saingan dan pasar bebas mengakibatkan timbulnya sikap skeptis para pembuat kebijakandan pe negak hukum ketika Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ini disahkan” Cenuk Widiyastrisna Sayekti, 2011 : 1-2. Lebih lanjut Cenuk Widiyas trisna Sayekti menjelaskan bahwa Undang-Undang No. 5 Tahun 19999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat UU LPM PUTS kini tengah mema- suki arena penegakan hukum dan diharapkan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat ser ta menciptakan efisiensi bagi pelaku usaha yang tentu saja akan membawa kesejahteraan bagi konsumen. Adanya sikap skeptis dapat menjadi hambatan bagi terwujudnya tujuan yang ingin dicapai. Undang-undang antimonopoli ini mengingat ada relevansi yang kuat antara hukum dengan pembangunan ekonomi. Lebih lanjut Cenuk Widyastrina Sayekti menambahkan dengan mengutip pendapat Max Weber bahwa “hukum persaingan usaha di Indonesia dapat menjalankan tugasnya sebagai alat rekayasa sosial apabila terdapat keadaan yang cukup kondusif, yaitu stabilitas, prediktabilitas, keadilan, pendidikan dan kemampuan aparat penegak hukum ”. Dengan demikian hukum persai ngan usaha mampu menempatkan dirinya tidak saja sebagai alat rekayasa sosial namun juga sebagai tool of economic development” Persaingan sehat sebagai prasyarat mekanisme pasar ini dibutuhkan sebuah negara dengan kebijakan baik pasar bebas ataupun ekonomi terencana memiliki dasar argumen tersendiri mengapa salah satunya dipilih sebagai landasan kebijakan. Selama lebih dari dua dekade bangsa Indonesia mengalami pembangunan ekonomi dengan system ekonomi yang diperintah dan pada akhir tahun 1990 an mengalami transisi ekonomi pada mekanisme pasar adalah hal baru baik bagi pemerintah, para pelaku usaha maupun konsumen. Sistem ekonomi terencana tidak memberikan ruang gerak yang bebas bagi para pelaku usaha dalam berbisnis dan mengembang usaha dan bisnisnya sendiri. Penguasaan produksi dari hulu hingga ke hilir oleh pelaku usaha besar mematikan pelaku usaha kecil. Menurut Fauzi bahwa ”arti penting dan peranan persaingan usaha yang sehat sangat dibu- tuhkan pada saat ekonomi abad 21 yang ditandai dengan globalisasi ekonomi merupakan pro- ses kegiatan ekonomi dan perdagangan dimana negara-negara dari seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritotial negara. Globalisasi menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Globalisasi menuntut persaingan bebas yang menganut konsep dekonsentrasi. Mau tidak mau perusahaan-perusahan lokal harus berdaya saing internasional. Daya saing ini bukan hanya menyangkut kemampuan bersaing memasok produk ke pasar internasional tetapi juga di dalam pasar domestik untuk menghadapi pesaing dari luar negeri ” Fauzi : 2010 : 4. Lebih lanjut Fauzi menambahkan bahwa : ”persaingan yang sehat dalam ekonomi pasar be bas memberikan 4 empat keuntungan.Pertama, persaingan akan memberikan harga yang kom petitif. Kedua, adanya peningkatan kualitas hidup oleh karena inovasi yang terus-menerus. Ke- tiga, mendorong dan meningkatkan mobilitas masyarakat. Keempat, adanya efisiensi produktif maupun alokatif”. Menurut Andi Fahmi Lubis dkknya dalam bukunya berjudul ”Hukum Persaingan Usa- ha Antara Teks Konteks mengatakan bahwa : ”dalam pasar bebas semua sumber ekonomi harus bergerak secara bebas,tidak ada hambatan oleh batasan negara.Oleh karena ituTraktat Ro ma menetapkan empat kebebasan four freedoms yang mengikat yaitu kebebasan perpindahan barang, kebebasan berpindah tempat kerja, kebebasan memilih tempat tinggal dan lalu lintas ja sa yang bebas, lalu lintas modal yang bebas ” Andi Fahmi Lubis dkk, 2009 : 12-13 . Selanjut Andi Fahmi Lubis menjelaskan bahwa ”pasar bebas mempunyai kebijakan yang komersial umum, relasi komersial dengan negara-negara ketiga dan kebijakan persaingan. Salah satu dari ketentuan-ketentuan khusus yang mengatur pasar bebas yang mempunyai peranan sangat penting bagi Masyarakat Eropah adalah hukum persaingan usaha. Dasar kebija- kan hukum persaingan usaha oleh masyarakat Eropah diatur dalam pasal 3 g EC Treaty, bah- wa persaingan dijamin di pasar antara anggota masyarakat Uni Eropah tidak distorsi ” Lebih lanjut Andi Fahmi Lubis dkk menambahkan : ”dalam konsep dasar persaingan usa- ha menurut ilmu ekonomi tedapat struktur pasar structure market, terdapat kebijakan persai- ngan usaha competition of policy, terdapat paradigma dalam organisasi industri, terdapat peri laku strategis penentuan harga pasar, terdapat pasar bersangkutan relevant market ” Munculnya persaingan menjadikan setiap pelaku pasar dituntut untuk terus menerus mene- mukan metode produksi yang baru untuk memperbaiki kualitas dan harga barang dan atau jasa yang dihasilkannya,sehingga terciptalah efisiensi ekonomi yang berarti pelaku usaha dapat men jual barang dan atau jasa tersebut dengan harga yang wajar. Hal ini akan sangat menguntung- kan bagi konsumen, karena dapat menikmati barang dan atau jasa yang tinggi kualitasnya de- ngan harga yang seimbang. Menurut Pandu Soetjitro dalam Tesisnya yang berjudul ”Praktek Monopoli Di Indone- sia Pra dan Pasca Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Mo- nopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mengatakan bahwa : ”hukum persaingan dicipta- kan dalam rangka mendukung terbentuknya sistem ekonomi pasar, agar persaingan antar pela- ku usaha dapat tetap hidup dan berlangsung secara sehat, sehingga konsumen dapat terlindungi dari ajang ekploitasi bisnis” Pandu Soetjitro, 2007 : 4-7. Selanjutnya Pandu Soetjitro menjelaskan : ”meskipun persaingan usaha sebenarnya meru- pakan urusan antar pelaku usaha, dimana pemerintah tidak perlu ikut campur, namun untuk da- pat terciptanya aturan main dalam persaingan usaha,maka pemerintah perlu ikut campur tangan untuk melindungi konsumen. Karena bila hal ini tidak dilakukan maka tidak menutup kemung- kinan akan terjadi persengkongkolan kolusi antar pelaku bisnis yang kan menjadikan inefisi- en ekonomi yang pada akhirnyakonsumen yang akan menanggung beban yaitu membeli barang dan atau jasa dengan harga dan kualitas yang kurang memadai”. Lebih lanjut Pandu Soetjitro menambahkan : ”dalam dunia bisnis selalu terjadi tarik mena rik antara pendapat yang cenderung menyukai sistem pasar yang bebas dengan pasar yang dia- tur oleh pemerintah. Akhirnya digunakan jalan tengah yaitu prinsip kebebasan pasar yang dia- tur oleh pemerintah, dimana persaingan yang terjadi antar pelaku bisnis menimbulkan persai- ngan yang sehat dengan cara meningkatkan efisiensi dan produktivitas serta penemuan-penemu an yang baru atas barang dan atau jasa. Sebaliknya persaingan usaha yang tidak sehat akan da- pat mengganggu dan merusak sistim dan tatanan perekonomian negara dan pada akhirnya akan dapat merugikan masyarakat luas”. Sebuah atau beberapa perusahaan yang memonopoli produk tertentu dapat menentukan har ga suatu produk sesuka hatinya, karena mekanisme pasar tidak berjalan lagi. Apalagi produk yang dimonopoli kebutuhan primer.Dapat dipastikan mereka akan mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya. Masyarakat tidak ada pilihan lain kecuali membeli produk monopoli terse- but. Monopoli dapat terjadi dalam setiap sistem ekonomi. Dalam sistem ekonomi kapitalisme dan liberalisme dengan instrumen adanya kebebasan pasar, kebebasan keluar masuk tanpa res- triksi, serta informasi dan bentuk pasarnya yang atomistik dan monopolistik telah melahirkan monopoli sebagai anak kandungnya. Adanya persaingan tersebut mengakibatkan lahirnya peru- sahaaan-perusahaan yang secara naluriah ingin mengalahkan pesaing-pesaingnya agar menjadi yang paling besar, paling hebat dan yang paling kaya. Dalam sistem ekonomi sosialisme dan komunisme, monopoli juga terjadi dengan bentuk yang khas. Dengan nilai instrumental peren- canaan ekonomi yang sentralistik, mekanistik dan pemilikan faktor produksi secara kolektif, segalanya dimonopoli negara dan diatur dari pusat. Sedangkan jika kita bandingkan dengan Indonesia dengan sistem ekonomi pancasila, kita mencobamenghilangkan ciri-ciri negatif yang terkandung dalam sistem liberalisme dan sosialis me. Ciri-ciri negatif seperti free figh liberalism, yang membenarkan eksploitasi terhadap manu- sia, etatisme di mana negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan serta mendesak dan meminimumkan potensi dan daya kreasi unit ekonomi di luar sektor negara dan pemusatan ekonomi pada salah satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat. Menurut Gunawan Widjaja dalam bukunya berjudul Merger Dalam Perspektif Mono- poli mengatakan bahwa : “monopoli telah memberikan suatu kesan bagi masyarakat luas, yang secara konotatif tidak baik dan merugikan kepentingan banyak orang. Banyaknya persepsi yang ada, tidak hanya di kalangan masyarakat awam, melainkan juga kalangan dunia usaha, te- lah membuat makna monopoli bergeserdari pengertiannya semula. Perkataan “monopoli” sering kalimenghantui benak kita dengan suatu keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang me lakukan penguasaan atas suatu bidang kegiatan tertentu secara mutlak tanpa memberikan kesempatan kepada orang lain untuk turut serta mengambil bagian” Gunawan Widjaja, 2002 : 1-3. Lebih lanjut Gunawan Widjaja menjelaskan dengan monopoli suatu bidang tertentu, be- rarti kesempatan untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya untuk kepentingan kan- tong sendiri. Di sini monopoli bagai suatu kekuasaan untuk menentukan tidak hanya harga, me lainkan juga kualitas dan kuantitas suatu kegiatan atau produk yang ditawarkan kepada masya- rakat konsumen.Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk menentukan pilihannya, baik me ngenai harga, mutu maupun jumlah yang dibutuhkan. Kalau mau silahkan dan kalau tidak mau tidak ada pilihan. Hal tersebut di atas, langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan kecem buruan sosial yang pada akhirnya mengakibatkan distorsi ekonomi secara nasional yang meru- rugikan kepentingan masyarakat banyak dan negara. Gunawan Widjaja menambahkan ”secara umum, monopoli sangat ditakuti terutama pada negara-negara yang baru mulai berkembang dan mencoba memasuki arena perdagangan dunia yang bebas, karena : 1.Monopoli dikhawatirkan akan dapat meninggikan harga dan memba- tasi jumlah produksi output dibanding dengan pasar dengan persaingan, 2. Monopoli diang- anggap mempunyai kemampuan untuk berproduksi pada suatu tingkat jumlah yang keuntung annya paling besar dan ini berarti pendapatan dari monopolist diperoleh dengan mengambil te- naga beli milik konsumen masyarakat, 3. Monopoli dapat mencegah terciptanya alokasi sum ber daya ekonomi yang optimal, karena monopolist akan berproduksi tidak pada tingkat di ma- na biaya rata-rata paling rendah tidak efisien, berbeda dengan pasar persaingan sempurna, 4. Praktek monopoli menentukan harga jual sepihak, menghambat perbaikan teknologi, memba- tasi perusahaan masuk industri tersebut dan karena berkuasa dalam pasar, maka monopolist bisa mempermainkan pasar ”. Menurut Abdulkadir Muhammad dalam bukunya berjudul Pengantar Hukum Perusa- haanIndonesia mengatakan: ”dalam duniaperusahaan, persaingan usaha salah satu bentuk per buatan yang dapat memberikan keuntungan dan menimbulkan kerugian. Apabila persaingan dilakukan secara jujur tidak akan merugikan pihak manapun. Sebab persaingan merupakan pen dorong pengusaha untuk menciptakan mutu sebaik-baiknya dengan penemuan-penemuan baru dan teknik-teknik menjalankan perusahaan yang serba canggih. Persaingan ini disebut persai- ngan jujursehat. Persaingan jujursehat dihargai oleh hukum” Abdulkadir Muhammad, 19 95 : 227-231. Lebih lanjut Abdulkadir Muhammad menjelaskan ”sebaliknya adalah persaingan yang ti- dak jujur yang dilakukan secara tidak wajar, melawan hukum, merugikan orang lain. Dalam ke pustakaan hukum, persaingan semacam ini disebut persaingan melawan hukum yang termasuk dalam perbuatan melawan hukum yang diatur oleh undang-undang onrechtmatige daad. Abdulkadir Muhammad menambahkan ”dari segi ekonomi,persainganmenimbulkan man faat antara lain menghasilkan produk yang bermutu, memperlancar distribusi karena pelayanan yang baik dan cepat, menguntungkan perusahaan karena kepercayaan masyarakat konsumen pa da barang dan atau jasa hasil produksi dan menguntungkan masyarakat karena produk yang ber mutu. Akan tetapi dari segi hukum, dalam persaingan selalu ada kecenderungan untuk saling m enjatuhkan antara sesama pengusaha dengan cara melawan hukum”. Dalam kegiatan usaha bisnis adanya persaingan usaha merupakan hal yang biasa terjadi. Persaingan usaha yang sehat dapat membawa akibat positif bagi para pengusaha yang saling bersaing karena dapat menimbulkan upaya-upaya peningkatan efisiensi, produktivitas dan kua- litas produk yang dihasilkan. Sementara itu, konsumen juga mendapatkan manfaat dari adanya persaingan tersebut karena dapat berakibat pada penurunan harga dan peningkatan kualitas pro- duk barang dan atau jasa tertentu yang dikomsumsi. Sebaliknya apabila persaingan yang terjadi tidak sehat, akan dapat merusak perekonomian negara yang pada akhirnya juga merugikan ma- syarakat konsumen. Menurut Sanusi Bintang dan Dahlan dalam bukunya berjudul Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis dalam praktek monopoli dan persaingan usaha ”diperlukan adanya pe- rangkat hukum yang dapat memfasilitasi persaingan sehat dan mencegah atau melarang terjadi- nya persaingan tidak sehat.Perangkat hukum tersebut diharapkan dapat menjadi saran pencapai an demokrasi ekonomi, yang memberikan peluang yang sama bagi semua pengusaha untuk ber partisipasi dalam proses produksi barang dan atau jasa dalam iklim usaha yang sehat, efektif, dan efisien sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pasar yang wajar” Sanusi Bin- tang dan Dahlan, 2000 : 97-98. Lebih lanjut Sanusi Bintang dan Dahlan dengan mengutip dan dengan tegas Pasal 3 UU- LPM PUTS menjelaskan bahwa tujuan pembentukan undang-undang tersebut adalah seba- gai berikut : 1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efiisiensi ekonomi nasional se bagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, 2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya ke- pastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil, 3. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan 4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegatan usaha”. Menurut Teguh Sulistia dalam makalahnya mengatakan bahwa ”Undang Undang No.5 Ta- hun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah meru pakan salah satu perangkat hukum untuk menunjang kegiatan bisnis yang sehat dalam upaya menghadapi sistem ekonomi pasar bebas dengan bergulirnya era globalisasi dunia dan demokra si ekonomi yang diberlakukan di tanah air” Teguh Sulistia, 2010 : 1. Lebihlanjut Teguh Sulistia menjelaskan ”selain itu, Undang-Undang ini juga mengatur ten tang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang dapat merugikan kegia- tan ekonomi orang lain bahkan bagi bangsa dan negara ini dalam globalisasi ekonomi. Kebera- daan Undang-Undang anti monopoli ini menjadi tolok ukursejauh mana pemerintah mampu me ngatur kegiatasn bisnis yang sehat dan pengusaha mampu bersaing secara wajar dengan para pesaingnya ”. Teguh Sulistia menambahkan ”semua ini untuk mendorong upaya efisiensi, investasi dan kemampuan adaptasi ekonomi bangsa dalam rangka menumbuhkembangkan potensi ekonomi rakyat,memperluas peluang usaha di dalam negeri domestik dan kemampuan bersaing dengan produk negara asing memasuki pasar tanah air yang terbuka dalam rangka perdagangan bebas free trade. Pada waktu bersamaan diharapkan pengusaha nasional mampu untuk bersaing de- ngan”sehat”di pasar-pasar regional dan internasional pada iklim globalisasi ekonomi sebagai ta ta ekonomi dunia baru. Pengaturan persaingan bisnis juga bertujuan untuk menjamin usaha mi- kro dan usaha kecil mempunyai kesempatan yang sama dengan usaha menengah dan usaha be- sar atau konglomerasi dalam perkembangan ekonomi bangsa. Pengaturan ini melindungi konsu men dengan harga yang bersaing dan produk alnernatif dengan mutu tinggi mengingat pengatu ran tersebut mencakup pada bidang manufaktur, produksi, tranportasi, penawaran, penyimpa- ngan barang dan pemberian jasa- jasa”. Persaingan pasar berjalan dengan baik apabila tidak ada tindakan diskriminatif atau res- triktif oleh suatu negara terhadap produk negara lain yang dihadapi. Tindakan diskriminatif dan restriktif ini dapat menimbulkan distorsi pasar bagi produsen negara-negara maju di pasar negara berkembang. Kebijakan ekonomi negara-negara berkembang dan miskin tentu ingin menyelamatkan produk dalam negeri yang berlawanan dengan perdagangan bebas, karena pengusaha negara berkembang belum siap menghadapi persaingan pasar bebas dengan meningkatkan serbuan produk barangjasa dari negara-negara maju. Praktek penguasaan bisnis berupa monopoli monopoly dan persaingan usaha tidak sehat unfair competition yang sangat menonjol biasanya terdapat dalam sistem ekonomi kapitalis dibandingkan pada sistem ekonomi yang direncanakan secara terpusat dan sistem ekonomi campuran. Sebab pada kedua sistem ekonomi terakhir ini, kontrol pemerintah terhadap kegiatan ekonomi relatif kuat dalam perdagangan dengan adanya regulasi dan kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang cukup ketat. Sebaliknya dengan sistem ekonomi kapitaslis dalam masyarakat liberal biasanya kontrol pihak pemerintah terhadap kegiatan ekonomi relatif lebih longgar, karena adanya mekanisme pasar yang memberikan kebebasan seluasnya kepada produsen dan konsumen untuk menentukan harga.

B. EKSISTENSI PERANGKAT HUKUM DAN PERATURAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA.