Kepakaran BOOK Umbu Tagela Orientasi ke dalam profesi keguruan Bab IV

79 Prestasi merupakan penampilan kerja yang berhasil dalam menghasilkan produktivitas yang tinggi. Produktivitas tersebut dapat berbentuk hasil yang sempurna, tinggi nilainya, banyak jumlahnya, dan sebagainya yang didemonstrasikan dalam penampilan kerja. Castetter 1996 menyatakan ada beberapa faktor individu yang menyebabkan tidak efektifnya penampilan kerja, yaitu kelemahan intelektual, kelemahan psikologis, kelemahan fisiologis, motivasi, personalitas, keusangan atau ketuaan, preparasi posisi, dan orientasi nilai. Kelemahan intelektual ternyata akan menurunkan penampilan kerja seseorang. Dengan kata lain apabila intelegensi seseorang rendah, maka produktivitas orang tersebut juga rendah, dan sebaliknya. Walaupun pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena tidak sedikit orang yang tingkat intelegensinya rendah dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Menurut Winardi 2001 “Kinerja merupakan hasil perpaduan dari kecakapan dan motif tertentu, yang variabelnya dihasilkan dari sejumlah faktor yang saling mempengaruhi”. Berdasarkan hal tersebut dikatakan bahwa motivasi berprestasi bagi seorang guru merupakan dorongan pada seseorang untuk mencapai kesuksesan dalam mencapai prestasi kerja yang sempurna sehingga layak disebut sebagai profesional.

4.8 Kepakaran

Seseorang yang pakar pada bidang tertentu sering disebut sebagai seorang yang memiliki keahlian khusus. Kepakaran pada intinya menunjukkan kompetensi yang dikuasai oleh seorang. Kompetensi itu sendiri merupakan kepemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang persyaratan oleh suatu jabatan atau profesi. Berkaitan dengan implikasi kompetensi individu, Uno 2007 mengemukakan bahwa competence adalah capacity for action, yaitu kapasitas yang dimiliki seseorang untuk beraktivitas. Sedangkan orang yang memiliki kompetensi khusus, disebut dengan istilah sebagai seorang pakar. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia “pakar” berarti orang yang memiliki keahlian khusus. Jadi kepakaran diartikan juga sebagai orang yang mempunyai keahlian di bidang ilmu pengetahuan tertentu dan telah diakui oleh banyak 80 orang. Kemampuan seorang pakar akan berbeda dengan kemampuan masyarakat awam, kemampuan seorang pakar bila diukur akan berada di atas nilai rata-rata. Menurut Sunarno 2005 pakar bidang ilmu berarti orang yang mempunyai keahlian di bidang ilmu pengetahuan tertentu. Kepakaran seorang guru merupakan penguasaannya pada suatu disiplin ilmu berdasarkan kajian teoritis ataupun metodologis konseptual. Sedangkan ahli merupakan seorang yang menekuni bidang khusus atau keahlian pada cabang tertentu, misalnya pada ilmu kedokteran. Apa yang dikemukakan para ahli tentang kepakaran para pengelola pendidikan, tidak ada yang sama rinciannya. Rumusan yang diutarakan sangat bergantung pada sudut pandang masing-masing. Namun dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, ada satu kesamaan, pengertian kepakaran itu diidentikkan dengan kemampuan, kompetensi, keahlian, kecakapan, kepintaran, kecerdasan. Oleh karena tiap istilah tersebut memiliki makna yang hampir sama, maka semua istilah tersebut dipakai dalam tulisan ini secara bergantian sesuai dengan peruntukannya. Menurut Uno 2006 kompetensi yaitu suatu penampilan yang rasional yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan penuh kesenangan. Dari batasan tersebut kompetensi adalah suatu penampilan spesifik yang rasional sebagai harmoni dan pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan oleh tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan penuh keberhasilan. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepakaran merupakan karakter sikap, perilaku atau kemauan serta kemampuan yang relatif stabil dari seseorang ketika menghadapi kondisi kerja dengan menggunakan kemampuan intelektualnya termasuk keahlian khusus yang diperoleh atas dasar pengetahuan, pendidikan dan latihan. Tiap orang yang layak disebut pakar pada suatu profesi memiliki beberapa karakteristik, yang tentu saja tidak dimiliki oleh orang awam. Menurut Usman 2001 untuk menjalankan profesi, seseorang yang layak disebut pakar harus memiliki keahlian dan keterampilan. Supriyadi 1999 menyatakan “profesi menunjukkan pekerjaan atau jabatan yang menuntut 81 keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap profesi tersebut”. Parelius Parelius dalam Usman 2001 memberikan batasan tentang pekerjaan profesi itu menuntut adanya spesialisasi secara menjurus highly specialized, dilandasi oleh pengetahuan khusus esoteric knowledge, pendidikan tinggi dengan program pendidikan dan latihan yang matang. Begitu juga Ornstein Levine dalam Soetjipto dan Kosasi 1999 menyatakan orang yang disebut pakar memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai tidak tiap orang dapat melakukannya. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori praktik teori baru dikembangkan dari hasil penelitian. Sanusi dkk 1991 mengemukakan ciri utama orang yang layak disebut pakar dalam profesi yaitu: 1 memiliki keterampilankeahlian tertentu; 2 keterampilan keahlian yang dituntut untuk pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah; 3 berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum; 4 memerlukan pendidikan tingkat pendidikan tinggi dengan waktu yang cukup lama; 5 proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai profesional itu sendiri. Satria 2007 menyatakan untuk menjadi seorang pakar dibutuhkan persiapan yang relatif lama dan menjurus, disertai oleh kegiatan intelektual yang ulung dan anggotanya memiliki pengetahuan serta kecakapan khusus. Begitu juga Sutisna 1991 mengutif pendapat More menyebutkan ciri seorang yang layak disebut pakar, menguasai pengetahuan yang berguna dan keterampilan atas dasar latihan spesialisasi atau pendidikan yang sangat khusus. Schien dalam Makmun 1996 berpendapat bahwa seorang profesional itu memiliki pengetahuan khusus dan keterampilan yang diperolehnya dalam pendidikan yang cukup lama, dan memiliki pengetahuan spesifik. Uno 2007 mengemukakan bahwa berkaitan dengan kompetensi individu digambarkan sebagai karakteristik dasar seorang pekerja yang menggunakan bagian kepribadiannya yang paling dalam mempengaruhi perilakunya ketika ia menghadapi pekerjaan, yang akhirnya berpengaruh pada 82 kemampuan menghasilkan prestasi kerja. Kompetensi itu terbentuk dari lima karakteristik, yaitu 1 watak, 2 motif, 3 konsep diri, 4 pengetahuan, dan 5 keterampilan. Ciri khusus kompetensi adalah perpaduan antara semangat atau keinginan dan sikap kuat dengan pengetahuan dan keterampilan optimal yang dimiliki seseorang dengan semangat yang didukung keahlian dan keterampilan. Jadi kompetensi merupakan unsur pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk memungkinkan anggota bekerja dengan cara tertentu yang didukung oleh keinginan dan kegairahan atau motivasi. Kompetensi keterampilan dan pengetahuan cenderung dapat dilihat, karena berada di permukaan. Kedua kompetensi ini relatif mudah dikem- bangkan, misalnya melalui pengalaman dan pelatihan. Sedangkan kompetensi konsep diri, watak dan motif bersifat tersembunyi lebih dalam dan berperan sebagai sumber dari kepribadian, lebih sulit untuk dikembangkan. Hubungan antar karakteristik tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Sumber : Uno 2007 Gambar 5. Konsep Kompetensi Individu Pertama, motif merupakan gambaran pada diri seseorang tentang suatu yang dipikirkan atau diinginkannya, dan merupakan dorongan mewujudkan cita-cita atau memenuhi ambisinya ketika ia menduduki jabatan Watak Motivasi Konsep Diri Pengetahuan Keterampilan Kompetensi Individu 83 posisi baru. Kedua, watak merupakan karakteristik mental seseorang yang konsisten merespon rangsangan, tekanan, situasi atau informasi. Ketiga, konsep diri merupakan gambaran tentang nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seseorang, serta bayangan diri atau sikap pada masa depan ideal yang dicita- citakan, yang diharapkan dapat terwujud melalui kerja dan usahanya. Keempat, pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang terbentuk dari informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang kajian tersebut. Kelima, keterampilan merupakan kemampuan untuk melakukan pekerjaan fisik atau mental. Horby Makmun, 1996 menyatakan kompetensi yaitu: 1 Kompetensi pada dasarnya menunjukkan kepada kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan suatu pekerjaan. 2 Kompetensi pada dasarnya merupakan suatu sifat karakteristik orang kompeten yang memiliki kecakapan, daya kemampuan otoritas kewenangan, kemahiran keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya untuk mengerjakan apa yang diperlukan. 3 Kompetensi menunjukkan kepada tindakan kinerja rasional yang dapat mencapai tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi. Dengan demikian menurut Makmun 1996 makna kompetensi tersebut di atas, dapat dimaklumi jika kompetensi dipandang sebagai pilarnya atau terasnya kinerja dari suatu profesi. Tiap individu yang menekuni profesi diharapkan memiliki dukungan kompetensi atas kepakarannya. Uno 2007 menyatakan daya pikir dan keahlian itu mencakup kompetensi berikut: 1 Berpikir analitis analytical thinking, merupakan kemampuan untuk memahami situasi atau masalah dengan cara menguraikan masalah menjadi bagian yang lebih rinci atau mampu untuk mengamati implikasi keadaan tahap demi tahap berdasarkan pemahaman dan pengalaman masa lalu. 2 Berpikir konseptual conceptual thinking yaitu kemampuan memahami situasi atau permasalahan dengan cara memandangnya sebagai satu kesatuan mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi pola keterkaitan antara masalah yang bersifat maya tidak nampak atau kemampuan 84 mengidentifikasi masalah mendasar dalam situasi yang komplek. 3 Keahlian teknik expertise yaitu penguasaan pengetahuan eksplisit berupa keahlian atau keterampilan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan serta motivasi untuk mengembangkan, menggunakan, dan mendistribusikan pengetahuan dan keterampilan kepada orang lain. Whitty 2006 melakukan kajian tentang kompetensi insani yang memiliki unsur intelektual dan kerjasama. Unsur intelektual terkait dengan profesi yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan yang dianggap cerminan inteligensi. Hal ini dibangun melalui proses pendidikan, keterampilan yang biasanya dikaitkan dengan talenta dan dikembangkan melalui pelatihan, kemampuan ability, yang biasanya dikaitkan dengan kemampuan fisik dan daya tahan seseorang dalam kegiatan kerja. Seorang guru profesional diharuskan memiliki keahlian, sebagaimana yang dinyatakan oleh Sahertian 2000 bahwa “seorang profesional itu dapat dilihat dari empat dimensi, salah satu diantaranya adalah keahlian expert”. Lebih lanjut Sahertian menyatakan bahwa “keahlian pertama kali harus dimiliki oleh seorang guru dalam bidang ilmu pengetahuan yang diajarkan dan juga ahli dalam tugas mendidik.” Seorang guru tidak hanya menguasai materi pembelajaran yang diajarkan kepada siswa, tetapi juga mampu membelajarkan penguasaan konsep pengetahuan yang diajarkan. Kepakaran atau kompetensi yang dimiliki oleh seseorang berhubungan erat dengan kinerja profesi. Sedangkan kinerja berpengaruh kepada tingkat produktivitas yang dihasilkan. Produktivitas tinggi merupakan gambaran dari kesuksesan yang berhasil dicapai. Menurut Stoltz 2005 “kesuksesan tidak ditentukan oleh tingkat kecerdasan intelegensi IQ dan kecerdasan emosional EQ saja, tetapi juga ditentukan oleh kecerdasan mengatasi kesulitan AQ. Hal ini mengindikasikan bahwa seorang pakar memiliki ketiga ciri ini. Sedangkan Tilaar 2000 mengemukakan kinerja tidak dapat dipisahkan dari perilaku pekerja berkenaan dengan motivasi, kemampuan berpikir dan keterampilan dari jabatan. Sutermeister Robbin, 2001 85 menyatakan “kinerja merupakan hasil perpaduan dari kecakapan dan motivasi, tiap variabel dihasilkan dari sejumlah faktor yang saling mempengaruhi”. Pandangan ini senada dengan pendapat Mitchell dan Larson Robbin, 2001 yang menyatakan bahwa kinerja yang baik dapat dipengaruhi oleh kecakapan dan motivasi. Kepakaran berhubungan dengan kompetensi dalam penguasaan bidang ilmu pengetahuan dan pembelajaran. Guru adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya dengan tugas utama mengajar, sehingga harus memenuhi kompetensi sebagai pendidik. Kompetensi itu sendiri merupakan kepemilikan pengetahuan dan kemampuan yang dituntut jabatan atau profesi. Berkaitan dengan implikasi kompetensi individu, Devenport Law Glover, 2000 mengemukakan bahwa kompetensi adalah capacity for action yang merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk bekerja. Selanjutnya Fattah 1999 mengemukakan bahwa para anggota organisasi bisnis maupun organisasi publik, hendaknya selalu memperhatikan masalah learning organization yang mengacu pada perhatian menyeluruh terhadap lima disiplin, yang menghendaki agar anggota organisasi memiliki: 1 keahlian pribadi, 2 model mental, 3 visi bersama, 4 pembelajaran tim, dan 5 pemikiran sistem. Di lingkungan pendidikan di Indonesia telah ditetapkan empat jenis kompetensi yang harus dikuasai oleh guru. Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, keempat kompetensi tersebut adalah: 1 kompetensi pedagogik, 2 kompetensi profesional, 3 kompetensi personal, dan 4 kompetensi sosial. Keempat jenis kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan yang bulat dan tidak terpisahkan satu sama lainnya. Hammond Bransford 2005 mengembangkan kompetensi yang berhubungan dengan pembelajaran yang dilakukan tenaga kependidikan. Kompetensi tersebut dinamakan framework for understanding teaching and learning yang terdiri dari knowledge of learners and their development in social contexts, knowledge of subject matter and curriculum goals, knowledge of teaching. 86 Profil seorang ilmuwan atau pakar sesungguhnya adalah orang jujur dan pekerja keras, tekun dengan mengandalkan ketajaman pikiran, berpikir secara objektif, analitis, kritis, dan sistematik, mampu menggabungkan aspek intuitif, teologis, filosofis, dan metafisik yang melengkapi fokus pemikiran empiris rasional yang bertumpu pada ketajaman nalar belaka. Pencapaian semua itu dibutuhkan waktu dan proses yang cukup lama. Perkembangan karir fungsional menyita waktu dan proses yang cukup lama. Selain itu disiplin kepakaran ditentukan oleh tingkat keahlian dan kompetensi yang dikuasai. Adams Dickey Hamalik, 2002 menyimpulkan terdapat 13 peran guru profesional di dalam situasi pembelajaran. Tiap peran menuntut kompetensi atau keterampilan mengajar. Dalam tulisan ini hanya disebutkan beberapa keterampilan yang dipandang “inti” untuk tiap peran guru, yaitu guru sebagai: 1 Pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan perlu memiliki keterampilan memberi informasi. 2 Pemimpin di kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok siswa. 3 Pembimbing, perlu memiliki keterampilan cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa. 4 Pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan mempersiapkan, menyediakan alat dan materi belajar. 5 Partisipan, perlu memiliki keterampilan cara memberi saran, mengarahkan pemikiran siswa dan memberikan penjelasan. 6 Ekspeditur, perlu memiliki keterampilan menyelidiki sumber masyarakat yang akan digunakan. 7 Perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih dan meramu materi pembelajaran secara profesional. 8 Supervisor, memiliki keterampilan mengawasi kegiatan siswa. 9 Motivator, memiliki keterampilan memotivasi siswa belajar. 10 Penanya, perlu memiliki keterampilan cara bertanya yang merangsang siswa berpikir dan cara memecahkan masalah. 87 11 Pengajar, perlu memiliki keterampilan cara memberi penghargaan terhadap siswa yang berprestasi. 12 Evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai siswa secara objektif, kontinyu, dan komprehensif. 13 Konselor perlu memiliki keterampilan cara membantu siswa yang mengalami kesulitan tertentu.

4.9 Kemandirian