Belajar untuk Mengembangkan Diri

68 ability, individu mengalami hidup sehidup-hidupnya sehingga individu mengalami sukacita dan kebahagiaan otentik. Memberi lebih membahagiakan daripada menerima bukan karena individu kita kekurangan, tetapi karena dalam tindak memberi itulah terletak ekspresi kehidupan yang paling dinamis Fromm, 1976.

4.4 Belajar untuk Mengembangkan Diri

Pengembangan diri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengembangkan sumberdaya diri dengan cara menggali semua potensi yang ada dalam diri. Belajar untuk pengembangan diri dilakukan secara terus- menerus sampai akhir hayat, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, lingkungan sosial, dan sebagainya. Pengembangan diri tidak dapat dipisahkan dari proses belajar karena pengembangan diri merupakan suatu rangkaian dalam kegiatan belajar. Jadi dalam pengembangan diri ada suatu proses peningkatan kemampuan ke arah yang lebih baik. Dengan demikian dalam belajar pengembangan diri, seseorang dituntut selalu terus belajar. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti meningkatkan kualifikasi pendidikan, mengikuti berbagai pelatihan, mengikuti berbagai macam kursus, seminar, lokakarya, workshop. Dari berbagai komponen inilah disimpulkan sebagai konsep belajar untuk mengembangkan diri, yang meliputi: 1 menggali potensi diri, dan 2 mengikuti proses profesionalisasi. Artinya, belajar untuk pengembangan diri dapat dilakukan melalui lembaga formal maupun kegiatan non-formal. Belajar untuk pengembangan diri pada sebuah profesi sering disebut dengan istilah profesionalisasi. Adapun profesionalisasi dimaknai sebagai suatu proses untuk menjadikan suatu pekerjaan memperoleh status profesional. Danim 2002 menyatakan bahwa: “Profesionalisasi adalah proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesi itu.” 69 Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama, yaitu peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis. Seterusnya Danim 2002 menyatakan aktualisasi dari profesionalisasi itu antara lain dengan melakukan penelitian, diskusi antar anggota profesi, penelitian dan pengembangan, melakukan ujicoba mengikuti forum ilmiah, studi mandiri dari berbagai sumber media, studi lanjutan, studi banding, observasi praktikal, dan beberapa langkah lain yang dituntut oleh persyaratan profesi. Cakupan proses profesionalisasi ini cukup luas, dinamis, berlangsung lama melalui berbagai tahap, yang menurut Supriyadi 1999 ”... dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan, termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi, pengakuan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon dan imbalan secara bersama menentukan pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru. Philip Kochman dalam Usman 2001 menyatakan seorang yang ingin memiliki kemampuan profesional mengutamakan perbaikan diri dan perkembangan dalam usaha-usaha pelayanan. Hal senada sebelumnya telah dikemukakan oleh Makmun 1996 bahwa “Proses usaha menuju ke arah terpenuhinya persyaratan suatu jenis model pekerjaan ideal adalah profesionalisasi”. Proses profesionalisasi bagi seorang profesional harus berlangsung secara kontinyu selama hidupnya, dan hanya akan berakhir dengan fase kematian jasadnya sang profesional. Bagaimana membantu guru agar dapat bertumbuh dalam jabatannya? Menurut pendapat Sahertian 2000 seorang guru harus tampak bugar fitness dalam penampilannya. Ia seorang yang gemar membaca, suka belajar terus-menerus, terbuka untuk menerima ide baru inovasi dan sadar akan tanggung jawab profesionalnya. Tugas pelayanan telah menyatu dalam dirinya, sehingga belajar dan mengajar telah menjadi karir hidup life career baginya. Lebih lanjut Sahertian 2000 mengungkapkan beberapa usaha dalam membantu pengembangan profesi, antara lain: 1 Selalu belajar dan mengembangkan dorongan ingin tahu. 2 Selalu ada kesediaan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi yang baru. 3 Selalu peka dan peduli 70 terhadap tuntutan kemanusiaan dan kepekaan sosial, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. 4 Menumbuhkan minat dan gairah terhadap tugas mengajar, karena tugas mengajar sudah menyatu dengan hidupnya. Hans 2006 berpendapat bahwa “pengembangan diri ditujukan untuk mencapai kesuksesan. Pencapaian kesuksesan tersebut dibutuhkan strategi pengembangan diri. Tiap orang memendam hasrat menjadi lebih sukses, baik secara fisik, intelektual, emosional, sosial, finansial, maupun spiritual”. Lebih lanjut Hans 2006 menjelaskan bahwa secara fisik tiap orang ingin lebih sehat, penuh energi dan vitalitas. Secara intelektual tiap orang ingin lebih mampu memecahkan masalah. Secara emosional tiap orang ingin lebih mampu merelakan apa yang dipikirkan sekarang untuk mendapatkan suatu yang lebih bernilai kemudian. Secara sosial tiap orang ingin lebih mampu berinteraksi dan saling menguntungkan dengan orang yang berlatar belakang berbeda. Secara finansial tiap orang ingin meningkatkan kondisi keuangan dari posisi berjuang mencapai posisi aman, dan kalau mungkin mencapai posisi dan berkelimpahan. Secara spiritual tiap orang ingin meninggal dunia dalam keadaan yang baik. Pengembangan diri perlu dilakukan oleh guru. Bertitik tolak pada pengertian ini, maka yang dimaksud dengan guru di sini adalah tenaga pengajar yang memiliki kemampuan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru secara maksimal. Guru adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang layak di bidangnya. Belajar untuk pengembangan diri disebut oleh Covey 2005 dengan istilah “ mengasah gergaji”. Mengasah gergaji yang dimakudkan oleh Covey sama dengan mengasah kemampuan melalui proses belajar secara berulang, di mana pengetahuan dan keterampilan yang tidak pernah diasah, dan menjadi tumpul akan pengembangan diri merupakan proses untuk menempa seseorang menjadi profesional dalam bidang profesi yang ditekuninya. 71

4.5 Belajar Menjadi Profesional