72
Strategi pergi go strategy. Strategi datang adalah para peserta pelatihan datang dari berbagai daerah ke tempat diselenggarakannya kegiatan latihan,
misalnya di ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta atau tempat diselenggarakannya program pelatihan. Sebaliknya strategi pergi adalah para
peserta pelatihan menunggu di daerahnya untuk dilatih oleh pelatih yang datang dari pusat pelatihan.
Berkenaan dengan hal tersebut, konsep dasar yang melatarbelakangi peningkatan kualitas guru melalui pendidikan adalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh Supriyadi dan Jalal 2001 bahwa dalam kenyataannya, mutu guru amat beragam. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa tingkat
penguasaan bahan ajar dan keterampilan dalam menggunakan metode mengajar inovatif kurang. Tiap guru dituntut meningkatkan kemampuan diri,
melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan jabatannya sebagai guru.
4.6 Motivasi Berprestasi
Membicarakan tentang konsep motivasi berprestasi tidak luput dari pembahasan tentang teori motif dan prestasi kerja. Karena kedua kata ini
memiliki makna berbeda, motif diartikan sebagai sebentuk dorongan yang ada pada diri seseorang, sumbernya dapat berasal dari dalam inner maupun dari
luar diri. Sedangkan prestasi kerja diartikan sebagai hasil yang dicapai dalam bentuk mutu produktivitas kerja.
Manusia merupakan mahluk sosial yang mengalami perkembangan terus-menerus. Manusia berbuat dan bertindak karena adanya faktor dari
dalam dan faktor berasal dari luar dirinya. Seseorang dapat berbuat sesuatu karena didorong oleh kekuatan yang datang dari dalam dirinya. Misalnya
mengapa orang berlari, tentu saja ada pendorong dari dalam maupun dari luar yang menyebabkan ia berlari.
Adapun dorongan yang datang dari dalam diri seseorang untuk berbuat disebut motif. Pengertian motif menurut Anoraga dan Suyati 1995
adalah “daya gerak yang mencakup dorongan, alasan, dan kemauan yang timbul dari dalam diri seseorang sehingga menyebabkan ia berbuat sesuatu”.
73
Menurut Danumihardja 2003 “Motif merupakan tenaga yang mendorong
manusia bertindak atau tenaga di dalam diri seseorang untuk berbuat”. Sesuai dengan pengertian tersebut di atas ”motif” adalah sesuatu yang dapat
menimbulkan dorongan berbuat pada diri seseorang sehingga ia berbuat atau melakukan tindakan.
Semua proses yang bertujuan merealisasikan motif, disebut motivasi. Danumihardja 2003
menyatakan istilah motivasi berasal dari kata motivation, yang berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang
menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Motivasi diartikan faktor yang mendorong orang bertindak dengan cara tertentu.
Kemudian Winardi 2001
berpendapat bahwa motivasi adalah pembangkitan atau penimbulan motif, dapat pula sebagai kegiatan menjadi motif.
Selanjutnya Hamalik 2002 mengemukakan bahwa motivasi merupakan
fungsi dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi. Ia merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri manusia atau suatu proses psikologis.
Seseorang yang kelihatan sibuk adalah orang yang tinggi motivasinya. Padahal mungkin saja ia pegawai yang sedang melarikan diri dari kekurangan
psikologi. Sebaliknya, ada sekelompok orang yang sedang berbincang- bincang sering pula dianggap sebagai kelompok orang yang kurang atau
malah tidak mempunyai motivasi. Pendeknya kita sering menghubungkan motivasi hanya dengan tindakan atau perilaku yang tampak nyata. Ini mungkin
benar dan mungkin pula tidak benar, sebab motivasi sesungguhnya merupakan proses psikologis dalam diri yang mana terjadi interaksi antara
sikap, kebutuhan, persepsi, proses belajar, dan pemecahan masalah.
Dari pendapat di atas, pengertian motif lebih ditekankan pada faktor yang mendorong seseorang berbuat. Sedangkan motivasi adalah proses yang
mendorong tercapainya motif. Dengan demikian, tiap orang melakukan perbuatannya, mau tidak mau ada faktor pendorong atau alasan tertentu atau
kemauan tertentu yang melatar belakanginya.
74
Fadzil 2007 mengemukakan bahwa untuk mengembangkan motivasi diri terdapat 10 langkah yang harus diperhatikan, yaitu:
1
Do not worry if you make mistakes. Making mistakes is one way we can learn and improve in our life.
2
Feel happy about your life. Happiness generates more positive energy within you. This energy is important to keep you more optimistic enthusiastic about
your life.
3
Get out of your comfort zone. You need to learn to get into unfamiliar surroundings to explore better opportunities.
4
Think the unthinkable. Nothing will stop you from thinking of goals you want to achieve.
5
Read and listen to inspirational materials. You have to start spending time reading motivational books and listening to inspirational tapes.
6
Resolve problems instead of running away. Your ride to success destination will not be smooth all the time.
7
Appreaciate every moment of your life. Think of what your life really is.
8
Appreciate every moment you have currently.
9
Finish what you start. Once you have started something, finish it.
10
Face challenges one at a time. Challenges come to us almost all the time.
11
Care less about what people say. You may hear a lot of bad things people say about you.
Jadi dapat disimpulkan bahwa motif tiap orang akan berbeda-beda sesuai dengan apa yang menjadi penyebabnya. Tentu saja bagi tiap guru,
motif yang ingin dicapainya ada berbagai macam, salah satu diantaranya adalah motivasi berprestasi dalam melaksanakan tiap tugasnya. Menurut
Hamalik 2002
bahwa di dalam teori motif ada dua golongan motif, yaitu: 1 teori tukar menukar dan teori harapan; dan 2 teori motif kebutuhan.
Sardiman 2001 menyatakan “suatu dorongan yang menjadi pangkal orang melakukan sesuatu atau bekerja, misalnya motif orang bekerja disebabkan
75
oleh: a ingin mendapat nafkah hidup, b ingin mendapat kekayaan, c prestisekehormatan dalam masyarakat, dan d memperjuangkan ide”
disebutnya sebagai motivasi.
Dalam teori ”motif harapan” dikemukakan bahwa “motif seseorang dalam organisasi bergantung pada harapannya. Seseorang akan mempunyai
motif yang tinggi untuk berprestasi dalam organisasi kalau ia berkeyakinan bahwa dari prestasi itu harapannya akan tercapai”. Hal ini berarti bahwa
seseorang yang tidak mempunyai harapan, maka prestasinya tidak akan meningkat.
Pada tiap organisasi sudah barang tentu apa yang diinginkan oleh anggota organisasi akan berbeda. Perbedaan ini mungkin karena adanya
pengaruh perbedaan kepribadian, dasar pendidikan, latar belakang pengalaman, perbedaan pendapat atau perbedaan faktor lainnya. Namun ada
harapan yang sama pada tiap orang tanpa melihat perbedaan tersebut. Siagian, et al 2002 menyatakan bahwa harapan para pegawai pada
organisasi biasanya tercermin dalam: kondisi kerja yang baik, merasa diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan terutama menyangkut
nasibnya, cara pendisiplinan yang diplomatis, penghargaan yang wajar atas prestasi kerja yang tinggi, kesetiaan pimpinan terhadap bawahannya,
penggajian yang adil dan wajar, kesempatan promosi dan berkembang di dalam organisasi, adanya pengertian pimpinan jika bawahan menghadapi
masalah pribadi, jaminan dan diperlakukan adil dan objektif, dan pekerjaan menarik dan penuh tantangan.
Menurut Siagian, et al 2002 “Sebenarnya harapan pegawai tersebut bersifat individual, maka dapat dipahami kalau seorang pemimpin
organisasi mendapat kesulitan dalam menghadapi masalah motif ini”. Kesulitan yang dihadapi adalah bagaimana memberikan tingkat kepuasan
memadai kepada tiap anggota organisasi yang berada di bawah pimpinannya, bagaimana menentukan dengan tepat apa sesungguhnya yang menjadi
harapan bawahannya. Schien dalam Makmun 1996 mengemukakan kriteria pekerja profesional memiliki motivasi yang kuat untuk bekerja, merupakan
76
dasar bagi pilihan jabatan tersebut, sehingga jabatan tersebut akan dikerjakan dengan sepenuh hati.
Seorang pimpinan berusaha mengetahui apakah yang menjadi harapan bawahannya, terutama dalam hubungan antara pegawai dengan
pekerjaannya. Dengan kata lain untuk dapat menimbulkan dan meningkatkan semangat kerja dan gairah kerja, maka rahasianya adalah pimpinan
mengetahui dengan tepat kebutuhan para pegawai yang bilamana dipenuhi dapat menimbulkan atau meningkatkan kepuasan para pegawai tersebut.
Kewajiban seorang pimpinan mencari dan memenuhi kebutuhan bawahan.
Dalam teori kebutuhan dinyatakan bahwa yang menjadi kebutuhan seseorang merupakan dasar baginya melakukan motivasi. Tidak dapat
dipungkiri bahwa salah satu motif utama seseorang menjadi anggota organisasi adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan. Kebutuhan yang hendak
dipuaskan seseorang mempunyai bentuk beraneka ragam dan bobot nilai tertinggi akan menuntut pemuasan terlebih dahulu daripada kebutuhan yang
bobot nilainya lebih rendah. Setelah kebutuhan tersebut terpenuhi, maka bobotnya menjadi berkurang dan tidak lagi dirasakan sebagai kebutuhan
mendesak. Selanjutnya kebutuhan kedua akan nampak sebagai kebutuhan mendesak dan menuntut segera dipuaskan, setelah terpenuhi maka beralih
kepada kebutuhan ketiga dan seterusnya.
Menurut Maslow Sardiman, 2001 ada lima macam kebutuhan
manusia itu didasarkan kepada kekuatan potensi dan desakan urgensinya. Kelima kebutuhan tersebut adalah:
1
Kebutuhan dasar manusia sehari-hari untuk makan, minum, dan bertempat tinggal fisiologis.
2
Kebutuhan memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan perlindungan rasa aman.
3
Kebutuhan untuk disukai dan menyukai, disenangi dan menyenangi sosial.
4
Kebutuhan memperoleh kehormatan, penghargaan dan pujian mencerminkan diri.
5
Kebutuhan memperoleh kebanggaan, keagungan, dan kekaguman aktualisasi diri.
77
Dari kelima tingkat kebutuhan tersebut di atas jelas terlihat bahwa harmonisasi tujuan pribadi dengan tujuan organisasi tidak terbatas hanya
pada hal-hal yang bersifat material saja melainkan menyangkut pula kebutuhan yang bersifat sosial dan spiritual.
Motif yang dikemukakan di sini adalah motif untuk mencapai prestasi, motivasi berprestasi ini bagian dari motif untuk memperoleh kehormatan,
penghargaan dan pujian Robbins, 2001. McCleland Sardiman, 2001 menyatakan dalam motivasi itu terdapat tiga kebutuhan yang harus terpenuhi,
yaitu: kebutuhan akan pencapaian prestasi need of achievement, nAch, kebutuhan akan kekuasaan need of power, nPow, dan kebutuhan akan
ikatan dan kelekatan need for affiliation, nAff.
McCleland dan para pakar lain telah mengemukakan teori tiga kebutuhan yang menjadi motif utama dalam pekerjaan. Kebutuhan itu meliputi
kebutuhan akan pencapaian prestasi, yakni dorongan untuk unggul, untuk berprestasi menurut serangkaian standar, untuk berusaha keras supaya
berhasil; kebutuhan akan kekuasaan: merupakan kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dengan cara yang sebenarnya tidak akan mereka
lakukan jika tidak dipaksa; dan kebutuhan akan afiliasi merupakan keinginan akan hubungan antarpribadi dalam persahabatan yang erat. Dari ketiga
kebutuhan itu, kebutuhan akan pencapaian prestasi paling banyak diteliti.
Bagi guru motivasi berprestasi itu menyangkut tiga hal pokok yaitu motivasi berprestasi dalam melakukan pembelajaran, motivasi berprestasi
dalam melakukan penelitian, dan motivasi berprestasi dalam melaksanakan pengabdian pada masyarakat. Berbagai tugas yang dibebankan pada tiap
guru tidak hanya menyangkut tiga aspek itu saja, melainkan juga tugas pembimbingan kepada siswa dan tugas administratif lainnya.
Orang yang kebutuhan akan pencapaian prestasinya tinggi akan berjuang meraih prestasi pribadi daripada meraih fasilitas jabatan dan imbalan
atas kesuksesan. Orang tersebut mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih efisien daripada yang telah dilakukan
sebelumnya. Mereka lebih menyukai pekerjaan yang menawarkan tanggung jawab pribadi guna mencari solusi masalah, yang mana ia dapat menerima
78
umpan balik yang cepat dan tidak ambigu atas kinerja yang memberitahu apakah pekerjaannya telah membaik, dan di mana ia dapat menetapkan
sasaran yang menantang tetapi masih terjangkau.
Motivasi berprestasi dalam sebuah organisasi pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan pelaksanaan sistem karir. Menurut Winardi 2001
peningkatan motivasi berprestasi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1 kemampuan melaksanakan tugas, 2 memiliki kecakapan, dan 3 mampu
meraih pangkat dan jabatan yang lebih tinggi. Motivasi berprestasi bagi guru ditujukan pada pelaksanaan tugas pendidikan; memiliki kecakapan
membimbing siswa, dan melaksanakan tugas administrasi, dapat meraih pangkatjabatan yang lebih tinggi. Dari ketiga bidang tersebut, guru akan
mendapat suatu penghargaan berupa peningkatan karir sebagai bentuk prestasi yang harus dicapai.
4.7 Prestasi Kerja Guru