10
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem perawatan kesehatan telah bergeser dari orientasi terhadap penyakit menjadi orientasi terhadap kesehatan dan peningkatan kesehatan. Kesehatan dunia
WHO mendefenisikan kesehatan sebagai suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap dan semata-mata bukan hanya bebas dari
penyakit dan kelemahan. Batasan WHO tentang kesehatan jelas dalam hubungannya dengan penyakit kronik, orang yang sakit kronik tidak dapat
memenuhi standar kesehatan kesehatan seperti yang didefenisikan oleh WHO Smeltzer Bare, 2002. Salah satu penyakit kronik yang sering di derita oleh
masyarakat baik nasional maupun global adalah diabetes mellitus. Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolik akibat meningkatnya
kadar glukosa darah dalam tubuh. Diabetes dapat menimbulkan berbagai komplikasi anatara lain gangguan penglihatan, penyakit jantung koroner dan
infark miokardium, gagal ginjal, neuropati diabetik, stroke dan lain-lain Colledge, 2010. Hal ini secara nyata berdampak pada penurunan kemampuan,
angka harapan hidup dan meningkatkan biaya perawatan kesehatan. Diabetes mellitus diperkirakan menjadi tantangan dalam masalah kesehatan di abad ke 21.
Secara global, diestimasikan perkiraan peningkatan penderita diabetes untuk kelompok umur 20-79 tahun meningkat dari 285 juta orang pada tahun 2010
menjadi 439 juta orang pada tahun 2030 dan jumlah penderita toleransi glukosa terganggu akan meningkat dari 344 juta orang pada tahun 2010 menjadi 472 juta
Universitas Sumatera Utara
11 orang pada tahun 2030 Sicree, 2010. Di Indonesia sendiri, secara epidemiologi
diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Hasil riset kesehatan dasar Riskesdas tahun 2007
diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat diabetes mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki rangking ke 2 yaitu
14,7, dan di daerah pedesaan, diabetes mellitus menduduki peringkat ke 6 yaitu 5,8 Depkes, 2009. Dalam World Journal Diabetes 2012 disebutkan bahwa
Indonesia merupakan salah satu negara dengan resiko peningkatan prevalensi diabetes yang tinggi bersama dengan Singapura, Korea, Malaysia, Filipina. Hal ini
disebabkan oleh tingginya peningkatan populasi urban dan penuaan. Seperti pada penjelasan sebelumnya, perjalanan penyakit diabetes mellitus
menimbulkan banyak komplikasi. Salah satu komplikasi diabetes mellitus jangka panjang yang paling sering terjadi adalah komplikasi pada saraf, khususnya pada
saraf-saraf perifer. Komplikasi ini disebut neuropati diabetik. Neuropati diabetik menyerang lebih dari 50 penderita diabetes mellitus Quattrini, 2007.
Neuropati dapat terjadi dengan atau tanpa gejala awal. Neuropati diabetik yang timbul dengan gejala simptomatis dapat muncul dalam simptom negatif
dan simptom positif. Simptom positif termanifestasi dengan adanya nyeri dan rasa tertusuk, sedangkan simptom negatif ditandai dengan parasthesia dan kehilangan
kekuatan. Hilangnya sensasi akibat neuropati diabetik dapat menjadi faktor pemicu terjadinya kaki diabetik dan pemicu utama terjadinya amputasi kaki
Davies, 2006. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Daousy 2004 dalam Davies 2006, neuropati kronis dan nyeri merupakan jenis neuropati perifer yang
Universitas Sumatera Utara
12 paling sering terjadi, umumnya berada dalam tingkat keparahan yang tinggi
namun jarang dilaporkan dan diberi penanganan yang tepat. Keparahan neuropati diabetik sejalan dengan usia, lama menderita diabetes mellitus, merokok dan
fluktuasi kadar glukosa darah penderita diabetes mellitus. Perhatian khusus perlu diberikan pemberi layanan kesehatan pada penderita
diabetes mellitus karena neuropati perifer dapat berdampak pada cedera tungkai bawah yang tidak disadari serta luka terbuka yang perlu perhatian khusus. Bahaya
akibat kehilangan sensasi pada neuropati perifer ini juga sering diabaikan oleh penderita terutama jika bagian-bagian lainnya masih dapat merasakan sensasi
dengan baik, oleh karena itu pengkajian sensori taktil pada penderita diabetes mellitus merupakan tindakan yang penting dalam perawatan penderita diabetes
mellitus Fenderson, 2009. Data yang diperoleh di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Pirngadi Medan
pada tahun 2012, terdapat sebanyak 176 orang penderita diabetes mellitus yang melakukan kunjungan rawat jalan setiap bulannya. Rata-rata penderita diabetes
mellitus di Poliklinik Endokrin Rumah sakit Pirngadi Medan telah menderita diabetes mellitus lebih dari lima tahun, untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti
kejadian neuropati dan tingkat keparahan neuropati diabetik di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Pirngadi Medan.
2. Pertanyaan penelitian