Desain Cross Over Pengolahan dan Analisa Data

27 diambil urin segar pagi hari porsi tengah 3 hari berturut-turut pasca menstruasi. Bulan depannya sesuai dengan siklus sebelumnya, dilakukan metode cross over yaitu kelompok I menggunakan pembalut non herbal dan kelompok II menggunakan pembalut herbal. Dan dilakukan pengambilan kembali urin segar pagi hari porsi tengah 3 hari berturut-turut pasca menstruasi. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan mulai Maret 2015 sampai dengan Juli 2015 dengan mahasiswi PSPD Angkatan 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai subjek penelitian. Kuesioner disebarkan pada 60 mahasiswi untuk mendapatkan percontoh yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian, sehingga didapatkan 30 subjek penelitian. Seluruh responden telah menerima segala bentuk informasi mengenai intervensi yang akan diberikan dalam penelitian dan telah menandatangani surat persetujuan menjadi responden penelitian. Identitas responden dituliskan dalam bentuk inisial nama dan tiga angka terakhir pada nomor induk mahasiswa untuk menjaga kerahasiaan dan privasi responden. Tabel 4.1 Karakteristik responden kuesioner dan subjek penelitian Variabel Responden kuesioner n=60 Subjek penelitian n=30 Riwayat penggunaan pembalut herbal 1 1,6 - Konsumsi kafein sehari 1-3 kali 4-6 kali 6 kali Tidak pernah 47 78,3 - - 13 21,6 24 80 - - 6 20 Konsumsi air mineral 1-3 gelas 200ml - 600ml 4-6 gelas 800ml - 1200ml 6 gelas 1200ml Siklus menstruasi teratur Ya Tidak Lama hari menstruasi 3-4 hari 4-7 hari 7 hari 13 21,6 36 60 11 18,3 47 78,3 13 21,6 2 3,3 45 75 13 21,6 7 23,3 15 50 8 26,6 30 100 - 2 6,6 22 73,3 6 20 29 Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel 1 mengenai karakteristik responden kuesioner dan subjek penelitian, didapatkan bahwa 1 orang pernah menggunakan pembalut herbal dengan riwayat pemakaian pembalut herbal selama satu bulan terakhir. Pada 47 responden kuesioner 78,3 dan 24 subjek penelitian 80 didapatkan bahwa frekuensi mengkonsumsi kafein ex. Kopi dan teh adalah sebanyak 1-3 kali sehari. Pada 13 responden kuesioner 21,6 dan 7 subjek penelitian 23,3 didapatkan bahwa frekuensi mengkonsumsi air mineral sebanyak 1-3 gelas 200ml-600ml. Frekuensi mengkonsumsi kafein dalam sehari penting untuk ditanyakan karena akan menjadi faktor perancu, karena efek dari mengkonsumsi kafein berkaitan dengan salah satu gejala klinis ISK yaitu poliuria. Hal ini karena mengkonsumsi kafein dalam jumlah berlebih dapat meningkatkan frekuensi berkemih dalam sehari. Kafein merupakan salah satu stimulan yang paling luas penggunaannya, termasuk di kalangan remaja. Kebiasaan konsumsi dapat membentuk suatu pola sikap yang dapat terjadi berulang-ulang dalam mengonsumsi pangan tertentu. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi 2009 8 menyatakan bahwa trimetilsantin yang terkandung di dalam kopi dan teh dapat menyebabkan ketagihan dan peningkatan frekuensi buang air kecil BAK. Konsumsi kafein khususnya kopi dan teh harus dibatasi yaitu tidak lebih dari 100 mghari untuk menjaga kesehatan tubuh. Sensitifitas seseorang terhadap kafein dapat berbeda- beda sehingga terdapat kemungkinan kopi tidak menimbulkan pengaruh apapun meskipun mengandung 60 mg kafein. Selain konsumsi kafein, konsumsi air mineral yang cukup banyak atau lebih dari jumlah minimal dalam sehari, sekitar 8 gelas 1600ml sehari dapat menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan frekuensi berkemih. Konsumsi air mineral dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Jumlah minimal konsumsi air mineral sehari adalah 8 gelas 1600ml. Kurangnya asupan air harian berhubungan dengan risiko terjadinya batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih. Asupan air yang kurang menyebabkan peningkatan