TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Pemakaian Pembalut Herbal Untuk Mencegah Infeksi Saluran Kemih (Evaluasi Pada Mahasiswi Kedokteran yang Belum Menikah
6
2.1.4. Fungsi Kandungan Pembalut Herbal Mai Fang Shi, dengan nama latin MaifanitumMai Fang StoneTalcum,
berkhasiat mengurangi bau busuk. Hal ini dikarenakan bahan ini dapat mencegah perkembangan virus dan bakteri. Peppermint dengan nama latin
Menthae Herb, berfungsi untuk mengurangi nyeri dan memberikan sensasi dingin pada luka. Selain itu, manfaat peppermint pada proses penyembuhan
luka antara lain sebagai antibiotik dan analgesik. Ming Fang Alumen, berfungsi sebagai antiseptik dan membunuh kuman pada vagina sekaligus
pembersih darah beku dalam rahim. Bing Pian, dengan nama latin BorneolBorneolum, sebagai salah satu bahan yang terkandung dalam
pembalut herbal yang dapat mengatasi peradangan, meningkatkan permeabilitas epitel, dan menekan pertumbuhan bakteri. Kuai Mu You, dengan
nama latin Agrilariae Lignum, berfungsi mengurangi sakit pada otot dan sendi, mengurangi sakit pinggang dan punggung, mencegah penyakit kulit,
meningkatkan sistem peredaran darah, dan mengandung Phytoncide yang membantu menstabilkan emosi terutama saat haid. Selain itu, pembalut herbal
juga mengandung kapas murni Gossypium sebagai bahan penyerap utama dan tidak memicu timbulnya kanker serviks.
5
2.1.5. Anatomi Pembalut Herbal
Gambar 1. Anatomi Pembalut Herbal
7
2.1.6. Perbandingan Pembalut Herbal dan Non Herbal
Gambar 2. Perbandingan Pembalut Herbal dan Non Herbal 2.1.7. Infeksi Saluran Kemih ISK
Infeksi Saluran Kemih ISK merupakan istilah umum yang dipakai dalam menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin. Adanya bakteri dalam urin
disebut bakteriuria.
Bakteriuria bermakna
menunjukkan pertumbuhan
mikroorganisme murni lebih dari 10
5
colony forming units CFU pada biakan urin.
1
Bakteriuria bermakna tanpa disertai manifestasi klinis ISK disebut bakteriuria asimptomatik. Sebaliknya, bakteriuria bermakna disertai manifestasi
klinis disebut bakteriuria simptomatik. Infeksi saluran kemih dibagi berdasarkan lokasinya yaitu saluran kemih atas dan bawah.
2.1.8. Klasifikasi ISK Terdapat beberapa istilah dalam ISK, yaitu :
1. ISK uncomplicated sederhana ISK uncomplicated adalah infeksi saluran kemih pada pasien tanpa
disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih. 2. ISK complicated rumit.
8
ISK complicated adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau
adanya penyakit
sistemik. Kelainan
ini akan
menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
3. First infection infeksi pertama kali atau isolated infection First infection atau isolated infection adalah infeksi saluran kemih
yang baru pertama kali diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurang-kurangnya 6 bulan telah bebas dari ISK.
4. Unresolved bakteriuria Unresolved bakteriuria adalah infeksi yang tidak mempan dengan
pemberian antibiotika. Kegagalan ini biasanya terjadi karena mikroorganisme penyebab infeksi telah resisten kebal terhadap
pemberian antibiotika yang dipilih. 5. Infeksi berulang
Infeksi berulang adalah timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat dibasmi dengan terapi antibiotika pada infeksi yang
pertama. Timbulnya infeksi berulang ini dapat berasal dari re-infeksi atau bakteriuria persistent. Pada re-infeksi, kuman berasal dari luar
saluran kemih, sedangkan bakteriuria persistent bakteri penyebab infeksi berasal dari dalam saluran kemih.
2.1.9. Insiden ISK Infeksi saluran kemih dapat menyerang pasien dari segala usia mulai bayi
baru lahir hingga orang tua. Persentase kejadian ISK pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria, hal ini karena uretra wanita lebih pendek daripada pria. Namun
pada masa neonatus ISK lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki 2,7 yang tidak menjalani sirkumsisi dibandingkan dengan bayi perempuan 0,7. Dengan
bertambahnya usia insiden ISK terbalik, yaitu pada masa sekolah, ISK pada anak perempuan 3 sedangkan anak laki-laki 1,1. Insiden ISK pada usia remaja,
anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8. Bakteriuria asimptomatik pada wanita usia 18-40 tahun adalah 5-6 dan angka itu meningkat menjadi 20 pada
wanita usia lanjut.
2
9
2.1.10. Patogenesis ISK Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembang-biak di dalam media urine. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui beberapa cara :
1. Ascending infection
2. Hematogen, seperti pada penularan Mycobacterium tuberculosis atau
Staphylococcus aureus 3. Limfogen
4. Langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah terinfeksi Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara
ascending infection. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di dalam introitus
vagina, preputium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus.
18
Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi uropatogen sebagai agent dan epitel
saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent yang
meningkat.
19
2.1.10.1. Anatomi urinary tract
Gambar 3. Anatomi Urinary Tract Wanita
10
2.1.10.2. Faktor dari host Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam
saluran kemih disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah pertahanan lokal dari host dan peranan dari sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas imunitas
humoral maupun imunitas seluler.
Tabel 1. Pertahanan Lokal Tubuh Terhadap Infeksi
2.1.10.3. Faktor dari mikroorganisme Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di
permukaannya. Pili berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada di permukaan urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya, terdapat 2 jenis
bakteri yang mempunyai virulensi berbeda, yaitu bakteri tipe pili 1 yang banyak menimbulkan infeksi pada sistitis dan tipe pili 2 yang sering menimbulkan
infeksi berat pielonefritis akut. Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan toksin hemolisin, dan menghasilkan enzim
urease yang dapat merubah suasana urine menjadi basa. No.
Beberapa faktor pertahanan lokal dari tubuh terhadap suatu infeksi 1.
Mekanisme pengosongan urine yang teratur dari vesika urinaria dan gerakan peristaltik ureter wash out mechanism
2. Derajat keasaman pH urine yang rendah
3. Adanya ureum di dalam urine
4. Osmolalitas urine yang cukup tinggi
5. Estrogen pada wanita pada usia produktif
6. Panjang uretra pada pria
7. Adanya zat antibakteria pada kelenjar prostat atau PAF prostatic
antibacterial factor yang terdiri atas unsur Zn 8.
Uromukoid protein Tamm-Horsfall yang menghambat penempelan bakteri pada urotelium
11
2.1.11. Diagnosis ISK Gambaran klinis ISK sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala hingga
menunjukkan gejala yang sangat berat akibat kerusakan pada organ-organ lain. Pada umumnya infeksi akut yang mengenai organ padat ginjal, prostat,
epididimis, dan testis memberikan keluhan yang hebat sedangkan infeksi pada organ-organ berongga buli-buli, ureter, dan pielum memberikan keluhan yang
lebih ringan. 1. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat penting pada ISK. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan urinalisis dan
pemeriksaan kultur urin. Pada urinalisis dicari kemungkinan adanya sel leukosit, eritrosit, ataupun bakteri. Pemeriksaan kultur urin dimaksudkan
untuk menentukan keberadaan kuman, jenis kuman, dan sekaligus menentukan jenis antibiotika yang cocok untuk membunuh kuman
tersebut. Sel darah putih leukosit dapat diperiksa dengan dipstick urine test
maupun secara mikroskopik. Urin dikatakan mengandung leukosit atau piuria jika secara mikroskopik didapatkan 10 leukosit per mm
3
atau terdapat 5 leukosit per lapangan pandang besar. Dikatakan bakteriuria
jika didapatkan 10
5
cfu colony forming unit per mL pada pengambilan urin porsi tengah, sedangkan pada pengambilan urin melalui aspirasi
suprapubik dikatakan bakteriuria bermakna jika didapatkan 10
3
cfu per mL.
Pada pemeriksaan kultur urin, urin dapat diambil dengan cara : 1. Aspirasi suprapubik
Aspirasi suprapubik sering dilakukan pada bayi 2. Kateterisasi per-uretram
Kateterisasi per-uretram dilakukan pada wanita untuk menghindari kontaminasi oleh bakteri di sekitar introitus vagina.
12
3. Midstream urine urin porsi tengah Miksi dengan pengambilan urin porsi tengah.
2. Pemeriksaan Darah Pemeriksaan darah lengkap diperlukan untuk menilai adanya
proses infeksi atau inflamasi. Jika didapatkan leukositosis, peningkatan laju endap darah, atau didapatkannya sel-sel muda pada sediaan hapusan
darah menandakan adanya proses inflamasi akut. Pada keadaan infeksi berat, perlu diperiksa faal ginjal, faal hepar, faal hemostasis, elektrolit
darah, analisis gas darah, serta kultur bakteri untuk penanganan ISK secara intensif.
3. Pencitraan Pada ISK yang berat complicated perlu dilakukan pemeriksaan
pencitraan untuk mencari penyebab atau sumber terjadinya infeksi. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Foto Polos Abdomen Foto polos abdomen bertujuan untuk mengetahui adanya batu radio-
opak pada saluran kemih atau adanya distribusi gas yang abnormal pada pielonefritis akut. Adanya kekaburan atau hilangnya bayangan
garis psoas dan kelainan dari bayangan bentuk ginjal merupakan petunjuk adanya abses perirenal atau abses ginjal. Batu kecil atau batu
semiopak kadangkala tidak terlihat pada pemeriksaan foto polos abdomen, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tomografi.
2. PIV Particle Image Velocimetry PIV adalah pemeriksaan rutin untuk mengevaluasi pasien yang
menderita ISK complicated. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya pielonefritis akut dan adanya obstruksi saluran kemih, tetapi
pemeriksaan ini sulit untuk mendeteksi adanya hidronefrosis, pionefrosis, ataupun abses ginjal pada ginjal yang fungsinya buruk.
13
3. Voiding Sistouretrografi Pemeriksaan ini diperlukan untuk mendeteksi adanya refluks vesiko-
ureter, kandung kemih neurogenik, atau divertikulum uretra pada wanita yang sering menyebabkan infeksi berulang.
4. Ultrasonografi Ultrasonografi adalah pemeriksaan yang sangat berguna untuk
mendeteksi adanya hidronefrosis, pionefrosis, ataupun abses pada perirenal atau ginjal.
5. CT scan Pemeriksaan ini lebih sensitif dalam mendeteksi penyebab ISK
daripada PIV atau ultrasonografi, tetapi biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan ini relatif mahal.
2.1.12. Terapi ISK Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis asymptomatic bacteriuria
tidak perlu pemberian terapi, tetapi ISK yang telah memberikan keluhan harus segera mendapatkan antibiotik, bahkan jika infeksi cukup parah diperlukan
perawatan di rumah sakit guna tirah baring, pemberian hidrasi, dan pemberian medikamentosa secara intravena berupa analgetik dan antibiotik. Antibiotik yang
diberikan berdasarkan atas kultur bakteri dan test kepekaan antibiotik. 2.1.13. Penyulit ISK
Infeksi saluran kemih dapat menimbulkan beberapa penyulit, yaitu : 1. Gagal ginjal akut
Edema yang terjadi akibat inflamasi akut pada ginjal akan mendesak sistem pelviokalises sehingga menimbulkan gangguan aliran urin. Pada
pemeriksaan urogram terlihat spastisitas sistem pelviokalises atau pada pemeriksaan radionuklir, asupan uptake zat radioaktif tampak menurun.
2. Urosepsis Urosepsis dapat menyebabkan nekrosis tubulus ginjal akut.
3. Nekrosis papilla ginjal
14
Infeksi ginjal pada pasien diabetes sering menimbulkan pengelupasan papilla ginjal dan nefritis interstialis.
4. Terbentuknya batu saluran kemih Adanya papilla yang terkelupas akibat infeksi saluran kemih serta debris
dari bakteri merupakan nidus pembentukan batu saluran kemih. Selain itu beberapa bakteri yang dapat memecah urea mampu merubah suasana pH
urin menjadi basa. Suasana basa ini memungkinkan unsur-unsur pembentuk batu mengendap di dalam urin dan membentuk batu pada
saluran kemih. 5. Supurasi atau pembentukan abses
Infeksi saluran kemih yang mengenai ginjal dapat menimbulkan abses pada ginjal yang meluas ke rongga perirenal dan bahkan ke pararenal,
demikian pula yang mengenai prostat dan testis dapat menimbulkan abses pada prostat dan abses testis.
6. Granuloma 2.1.14. Dipstick Urine Test
Gold standard pemeriksaan urin pada kasus ISK adalah kultur urin, dengan pemeriksaan kultur urin dapat di identifikasi patogen atau bakteri penyebab
infeksi. Pemeriksaan kultur urin juga merupakan pemeriksaan yang sensitivitas nya cukup tinggi untuk menegakkan diagnosis ISK. Pemeriksaan lain yang sering
digunakan dan tergolong cukup mudah dan praktis dilakukan adalah pemeriksaan dengan menggunakan dip sticks, untuk mendeteksi adanya bakteri atau
mendeteksi terjadinya proses inflamasi. Untuk mengetahui jumlah patogen atau bakteri penyebab infeksi, dapat dilakukan pemeriksaan urin mikroskopik dan
kultur urin. 1.
Dipsticks Dipsticks urine test merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang
sering dilakukan untuk memperkuat diagnosis apabila berdasarkan gejala klinis pasien mengarah ke infeksi saluran kemih. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mendeteksi nitrit produk metabolik yang dihasilkan oleh
15
bakteri patogen tertentu pada saluran kemih, leukosit esterase, protein dan darah penanda terjadinya proses inflamasi pada saluran kemih.
Pemeriksaan dengan dip-stick urine test dapat mendeteksi adanya leukosit esterase, enzim yang terdapat di dalam leukosit neutrofil, yang
menggambarkan banyaknya leukosit dalam urin. Sedangkan pemeriksaan nitrit esterase dalam urin merupakan pemeriksaan tidak langsung terhadap
bakteri dalam urin, tetapi dapat ditemukan jika nitrat yang berasal dari makanan diubah menjadi nitrit oleh bakteri. Sebagian besar kuman Gram
negatif dan beberapa kuman Gram positif dapat mengubah nitrat menjadi nitrit, sehingga jika uji nitrit positif berarti terdapat bakteri dalam urin.
Gambar 4. Dipstick Urine Test
16
2.2. Kerangka Konsep
Menstruasi Cairan Elektrolit
Darah Zat Besi
Hemoglobin Sodium
Tidak mengandung unsur untuk proses pembekuan darah
prothrombin, thrombin, dan fibrinogen
Potasium
ISK Faktor Eksternal:
Sikap atau perilaku Higienitas
Seksual Aktif
Faktor Internal: Anatomi
Sistem Imun
Usia Jenis Kelamin
Pembalut Pembalut Herbal
Pembalut Non Herbal
Mai Fang Shi Peppermint
Ming Fang Bing Pian
Kuai Mu You Gossypium
m Mencegah
perkembangan virus dan bakteri
Mengurangi bau busuk
Mengurangi nyeri
Memberikan sensasi
dingin pada luka
Antiseptik Membunuh
kuman pada vagina
Mengatasi peradangan
Mengurangi rasa sakit
Bahan penyerap
Proses inflamasi berkurang
Rayon Dioxin
Absorbsi Pemutih bahan
flanel atau kapas pada pembalut
Faktor Mikroorganisme:
Virulensi Jumlah bakteri
17
Catatan: 1. Usia dikontrol dengan menentukan usia subjek penelitian yaitu wanita
dengan rentang usia 18-25 tahun. 2. Faktor internal: Membandingkan pre dan pasca menggunakan pembalut
herbal dan non herbal pada orang yang sama.
18
2.3. Kerangka Teori
Menstruasi Cairan Elektrolit
Darah Zat Besi
Hemoglobin Sodium
Tidak mengandung unsur untuk proses pembekuan darah
prothrombin, thrombin, dan fibrinogen
Potasium
ISK Faktor Eksternal:
Sikap atau perilaku Higienitas
Seksual Aktif
Faktor Internal: Anatomi
Sistem Imun
Usia Jenis Kelamin
Pembalut Pembalut Herbal
Pembalut Non Herbal Faktor
Mikroorganisme: Virulensi
Jumlah bakteri
Mai Fang Shi Peppermint
Ming Fang Bing Pian
Kuai Mu You Gossypium
m Mencegah
perkembangan virus dan bakteri
Mengurangi bau busuk
Mengurangi nyeri
Memberikan sensasi
dingin pada luka
Antiseptik Membunuh
kuman pada vagina
Mengatasi peradangan
Mengurangi rasa sakit
Bahan penyerap
Proses inflamasi berkurang
Rayon Dioxin
Absorbsi Pemutih bahan
flanel atau kapas pada pembalut
Mengurangi faktor risiko infeksi pada saluran kemih
Faktor risiko ISK berkurang Gejala ISK tidak ada
Pemeriksaan urinalisis dengan menggunakan
dipstick urine test Leukosit 15
Nitrit negatif
19
Catatan: 1. Usia dikontrol dengan menentukan usia subjek penelitian yaitu wanita
dengan rentang usia 18-25 tahun. 2. Faktor internal: Membandingkan pre dan pasca menggunakan pembalut
herbal dan non herbal pada orang yang sama.
20
2.4. Definisi Operasional
No. Variabel
Cara Pengukuran
Hasil Pengukuran
Jenis Variabel
1. Jumlah
mengkonsumsi air mineralhari
Kuesioner Lhari
Numerik
2. Kebiasaan
mengganti pembaluthari
Kuesioner Kalihari
Numerik
3. Frekuensi Buang
Air Kecil BAKhari
Kuesioner Kalihari
Numerik
4. Skor perilaku
kebersihan urogenital
Kuesioner Score
Numerik
5. Leukosit Urin
Dipstick Urine Test
15-74 75-124
125-500 500
Ordinal
6. Nitrit Urin
Dipstick Urine Test
+ ++
Ordinal
7. Pembalut Herbal
dan Non Herbal Kuesioner
Ya Tidak
Kategorik 8.
Infeksi Saluran Kemih ISK
Kuesioner Ya
Tidak Kategorik
21