Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka

15

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang akan diuraikan secara ringkas, dari masing-masing bab sebagai berikut: Bab pertama, berisi pendahuluan yang terdiri dari sub-sub bab yang menjelaskan latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoretis dan sistematika penulisan. Bab kedua, membahas mengenai Islam Radikal dan Islamisme. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai konsep Islam Radikal, Islamisme sebagai upaya memperjuangkan Islam sebagai sistem politik. Dan Islam Radikal pasca runtuhnya Orde Baru. Bab ketiga, berisi mengenai Profil Abu Jibril. Dimulai dari riwayat hidup serta latar belakang pendidikanya. Dalam bab ini juga akan dibahas mengenai aktifitas sosial politik Abu Jibril. Bab keempat, dalam bab ini membahas pemikiran politik Islam Abu Jibril mengenai jihad dan upaya penegakan syariat Islam. Pembahasan ini mengajak kita untuk memahami jihad dalam pandangan kelompok Islam Radikal yang diwakili oleh Abu Jibril. Juga akan dibahas lebih mendalam mengenai usaha- usaha penegakan syariat Islam di Indonesia. Dan Penolakan Abu Jibril terhadap Demokrasi dan Pancasila. Bab kelima, adalah bab terakhir yang berisikan kesimpulan, saran dan kritik berkaitan dengan masalah yang diajukan dari keseluruhan skripsi ini. 16

BAB II ISLAM RADIKAL DAN ISLAMISME

A. Islam Radikal

Kata radikal atau radic secara bahasa berarti mengakar. Perubahan radikal berarti perubahan mendasar karena hal itu menyangkut upaya penggantian dasar- dasar yang berubah tadi. 28 Istilah radikalisme sebenarnya bukanlah konsep asing dalam ilmu sosial. Disiplin politik, sosial, dan sejarah sejak lama telah menggunakan terma ini untuk menjelaskan fenomena sosial tertentu. Kata radikal digunakan sebagai indikator sikap penolakan total terhadap seluruh kondisi yang sedang berlangsung. 29 Radikalisme sendiri merupakan suatu bentuk gerakan yang berusaha untuk merombak secara total tatanan sosial politis yang ada dengan menggunakan kekerasan. 30 Maka dari itu, radikalisme selalu dihubung-hubungkan dengan benturan tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan dengan tatanan nilai yang telah mapan saat itu. Radikalisme merupakan respon terhadap suatu kondisi yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan sehingga menimbulkan suatu bentuk- bentuk penolakan atau perlawanan. Dengan demikian, Islam Radikal adalah suatu bentuk gerakan yang berusaha untuk merombak secara total tatanan sosial politik yang ada dengan menggunakan kekerasan untuk menawarkan alternatif sistem pemerintahan yang lebih Islami yang diyakinnya dapat mewujudkan kesejahteraan lahir batin bagi seluruh rakyat Indonesia. 28 Turmudi dan Sihbudi, ed., Islam dan Radikalisme di Indonesia, 281. 29 Bahtiar Effendy dan Hendro prasetyo, ed., Radikalisme Agama Jakarta: PPIM-IAIN, 1998,xvii. 30 Zainuddin Fananie, dkk, Radikalisme Keagamaan dan Perubahan Sosial Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002, 1. 17 Kemunculan para aktifis Islam Radikal mengindikasikan bahwa mereka menolak secara menyeluruh tertib sosial yang sedang berlaku. Dengan kata lain, perubahan pola pikir sebagian kecil masyarakat yang diwujudkan dalam aktifisme kelompok radikal keagamaan, barangkali merupakan upaya yang diusahakan sebagian masyarakat untuk ikut menyelesaikan masalah-masalah sosial melalui penegakan nilai-nilai keagamaan secara ketat dan sifatnya mendesak. Namun, aksi-aksi yang dilancarkan kelompok-kelompok radikal seringkali menimbulkan ketegangan di tengah-tengah masyarakat dalam setiap kemunculanya. Justifikasi radikal diberikan oleh masyarakat karena kelompok-kelompok ini umumnya bersifat intoleran. 31 Munculnya pandangan negatif masyarakat terhadap kelompok radikal barangkali dikarenakan kemunculan kelompok radikal selain melalui proses yang panjang, biasanya kelompok ini cenderung bersifat eksklusif. Masyarakat baru mengetahui suatu kelompok radikal jika kelompok ini secara langsung terlibat dalam satu aktifitas di ruang publik yang bisa dilihat langsung oleh masyarakat. Jadi, tidak mengherankan jika kemunculan kelompok radikal sering disalahtafsirkan. Namun yang patut dicermati bahwa radikalisme sebenarnya bukanlah suatu masalah sejauh ia hanya bersarang dalam pemikiran para penganutnya. Tetapi, ketika radikalisme pemikiran bergeser menjadi gerakan-gerakan radikal, maka jelas akan menimbulkan masalah, terutama ketika cita-cita radikal tersebut 31 Fananie, dkk, Radikalisme Keagamaan dan Perubahan Sosial, 1.