Memasukkan Syariat Islam dalam Sistem Kenegaraan

77 syariat Islam untuk diterapkan sebagai dasar negara dan dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman syariat Islam melalui jalan dakwah wajib hukumnya untuk terus menerus dilakukan demi mewujudkan negara Islam yang utuh, yaitu bersandar penuh pada syariat Islam. Sedangkan jihad digunakan bila ternyata jalan dakwah dinilai kurang efektif dan belum mendapatkan hasil yang maksimal. Jihad memiliki dua arti, pertama jihad secara lisan, kedua, jihad dengan senjata perang. Jihad dengan arti yang kedua ini hanya dilakukan bila jihad secara lisan mendapatkan perlawanan dengan menggunakan kekerasan. 164 Bila syariat telah berhasil ditanamkan dalam sistem kenegaraan, maka negara harus mengatur kewajiban jihad dengan menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini, guna merealisir kewajiban penting ini sebaik-baiknya. 165 C. Menegakkan Syariat Islam dan Pluralisme Masyarakat Indonesia Indonesia merupakan fenomena tersendiri bagi dunia Islam. Islam yang masuk ke Indonesia harus mampu berdampingan dengan tradisi dan sosio-kultural asli Indonesia, seperti animisme dan dinamisme, yang memiliki andil besar dalam membentuk model Islam Indonesia. 166 Fenomena Islam Indonesia yang khas lainnya adalah pluralisme, yaitu beragamnya suku, agama, ras, dan golongan. Islam di Indonesia sebetulnya 164 Wawancara dengan Abu Jibril, Masjid Al-munawarah, Pamulang Tanggerang Selatan, 29 April 2013. 165 Tersedia di http:abujibriel.com Internet; diunduh 3 Januari 2014. 166 Marzuki Wahid dan Rumadi, Fiqh Mazhab Negara: Kritik atas Politik Hukum Islam di Indonesia, Yogyakarta: LKiS, 2001, 7-9. 78 merupakan unsur dominan didalam masyarakat, tapi kenyataan yang terjadi, dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia tidak didasarkan pada Islam, karena realitas yang ada adalah selalu tidak berhasilnya Indonesia menjadikan agama sebagai dasar negara yang mampu merangkul pluralisme. Karena alasan pluralisme itu pula, penerapan dan pemberlakuan hukum Islam dalam dinamika sosial politik Indonesia selalu mengundang polemik. Demi menjaga komitmen atas pluralisme, hukum Islam “direduksi’ wilayah pemberlakuanya sampai pada tingkat yang membuat penganut agama lain tidak merasa terancam. Hukum Islam yang mendapatkan legitimasi dan justifikasi dalaam tata hukum Indonesia hanya pada bidang hukum mu’amalah private laws, itu pun terbatas pada bidang kewarisan, perkawinan, dan perwakafan, padahal ruang lingkup hukum Islam adalah seluruh wilayah aktifitas manusia. 167 Memandang konteks Indonesia dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar namun tidak menjadikan syariat Islam sebagai dasar hukum negara, Abu Jibril mengatakan bahwa, Indonesia punya peluang untuk syariat Islam bisa masuk kedalam sistem kenegaraan, karena Islam merupakan agama yang dianut mayoritas penduduk Indonesia. Menurutnya, Indonesia bersyariat harus direbut dengan jalan revolusi. Revolusi yang dimaksud Abu Jibril adalah revolusi damai dengan jalan dakwah. Akan tetapi bila ternyata usaha itu dihadapi dengan kekuatan fisik, terpaksa dilakukan dengan perlawanan. 168 167 Wahid dan Rumadi, Fiqh Mazhab Negara: Kritik atas Politik Hukum Islam di Indonesia, 7-9. 168 Wawancara dengan Abu Jibril, Masjid Al-munawarah, Pamulang Tanggerang Selatan, 29 April 2013.