Islam Radikal ISLAM RADIKAL DAN ISLAMISME

20 berarti mereka adalah para pengikut generasi Islam terdahulu, seperti para sahabat nabi, Tabi’in pengikut sahabat nabi, dan Tabi’un para pengikut Tabi’in. 37 Di Indonesia pengaruh dakwah salafi cukup kuat. Kelompok ini cenderung mananggapi dengan sikap positif suatu rezim yang tegak dibawah pemimpin Muslim. Para pengiikut salafi tidak menggunakan kekerasan dalam aksi perrjuangan mereka. Kekerasan hanya boleh dilakukan semata-mata sebagai perang melawan musuh-musuh Islam demi tujuan dakwah. Dan arus Islamisme yang ketiga adalah kelompok Islamisme jihadis, yaitu kelompok Islamisme yang seringkali diidentikan dengan aksi kekerasan, teror, dan tindak anarki yang berbahaya, oleh karena itu stigma radikal sangat melekat kuat pada kelompok ini. Islamisme jihadis-radikal menolak sama sekali untuk berpartisipasi didalam kerangka sistem demokrasi yang sering didefinisikan sebagai kelompok perjuangan bersenjata Islam yang muncul dalam tiga bentuk, pertama, internal memerangi rezim Muslim yang dianggap sesat atau thoghut. Kedua, iredentist berperang untuk merebut wilayah yang diperintah oleh kaum non-Muslim. Ketiga, global memerangi dominasi barat. 38 Dari ketiga arus Islamisme di atas, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa kelompok-kelompok Islamis dimanapun keberadaanya selalu berusaha untuk mengganti sistem dan aturan sosial politik yang ada dengan aturan sosial dan norma yang didasarkan pada Islam. Karena memang tujuan perjuangan mereka adalah pendirian negara Islam atau pemberlakuan sistem Islam sebagai aturan 37 al-Makassary dan Gaus AF, ed., Benih-Benih Islam Radikal di Masjid: Studi Kasus Jakarta dan Solo, 15. 38 International Crisis Group ICG, “Understanding Islamism”. Lihat,Burhanuddin Muhtadi, Dilema PKS: Suara dan Syariah Jakarta: Gramedia, 2012, 49. 21 sosial utama dalam kehidupan masyarakat. Perjuangan dengan jalan damai ataupun kekerasan yang dipilih semua dikembalikan lagi pada nilai yang diyakini para aktor Islamis dalam kegiatan aktifisme Islam yang dijalani kelompoknya. Perjuangan para Islamis umumnya dipengaruhi teologi salafi yang ajaranya menganjurkan untuk kembali kepada al- qur’an, sunnah, dan hukum syariat. Hal ini karena dalam pandangan Islamisme, Islam diyakini sebagai suatu sistem kehidupan yang lengkap dan bersifat universal. Maka dari itu, penerapan syariat dianggap sebagai hal penting yang harus segera terlaksana. Gerakan Islamis memandang bahwa masyarakat yang terdiri dari orang-orang Islam saja tidak cukup, tapi harus Islami dalam landasan maupun strukturnya. 39 Argumentasi-argumentasi Islamisme semacam itu secara bertahap telah mampu melahirkan transformasi pergerakan kaum Islamis menuju ranah politik. Perubahan iklim politik tersebut dinilai akan mempermudah gerakan-gerakan Islamis dalam memperjuangkan visi misi Islam yang diembanya. Perubahan politik dan terbukanya kesempatan telah menumbuh suburkan berbagai gerakan Islamis yang dahulu kala pergerakanya hanya sampai di bawah tanah kini berani tampil terbuka untuk mempromosikan Islam sebagai sistem pemerintahan alternatif paling ideal. Lahirnya gerakan sosial sebenarnya merupakan suatu aksi kolektivitas yang bertindak untuk mendorong atau mencegah terjadinya perubahan dalam masyarakat atau kelompok dimana mereka menjadi bagian didalamnya. Sebagai suatu bentuk aksi kolektif, gerakan sosial merupakan suatu tindakan yang telah 39 M Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal : Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005, 20. 22 membentuk pola tingkah laku, identitas, kepentingan yang khas sebelum mengorganisasikan diri dan memobilisasi sumber daya untuk mencapai tujuanya. 40 Eksistensi gerakan sosial membutuhkan proses mobilisasi politik yang bertujuan menguatkan basis organisasi gerakan dengan memobilisasi masa melalui bentuk pengkaderan. Mobilisasi umumnya disertai dengan pengerahan golongan masyarakat awam dalam upaya mencoba menggunakan kekuatan melawan golongan elit, penguasa dan kelompok lawan. Mobilisasi sumber daya merupakan gerakan kolektif sebagai aksi-aksi rasional, bertujuan, dan terorganisasi. 41 Keberhasilan mobilisasi sumber daya yang dipengaruhi beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal biasanya berasal dari organisasi dan kepemimpinan. Sedangkan faktor eksternal biasanya dipengaruhi oleh peluang politik yang ada serta lembaga politik yang menunjangnya. 42 Kepemimpinan memegang peranan inti dalam gerakan sosial. Dalam membentuk karakter seorang individu untuk dimobilisasi kedalam aktifitas gerakan sosial, biasanya para pemimpin mengidentifikasi perasaan ketidakadilan yang dialami individu yang terangkum dalam kelompok, membangun identitas kolektif, serta memfasilitasi pengembangan strategi dan pelaksanaan aksi kolektif 40 Darmawan Triwibowo dan Moh. Syafi’ Alielha, “Mengangankan Perubahan Sosial: Analisis Perkembangan Bantuan Hukum Struktural di Indon esia” dalam Darmawan Triwibowo, ed., Gerakan Sosial: Wahana Civil Society Bagi Demokratisasi Jakarta: LP3ES, 2006, 157. 41 Darmawan Triwibowo dan Moh. Syafi’ Alielha, “Mengangankan Perubahan Sosial: Analisis Perkembangan Bantuan Hukum Struktural di Indonesia” dalam Triwibowo, ed., Gerakan Sosial: Wahana Civil Society Bagi Demokratisasi , 157. 42 Darmawan Triwibowo dan Moh. Syafi’ Alielha, “Mengangankan Perubahan Sosial: Analisis Perk embangan Bantuan Hukum Struktural di Indonesia” dalam Triwibowo, ed., Gerakan Sosial: Wahana Civil Society Bagi Demokratisasi, 158.