Efek Toksik Efek Toksik

Pada air permukaan jarangditemukan kadar besi Fe lebih besar dari 1mgl, tetapi di dalam air tanah kadar besiFe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasikadar besi Fe yang tinggi ini dapatdirasakan dan dapat menodai kain, danperkakas dapur. Pada air yang tidakmengandung oksigen O 2 seperti air tanah, besi berada sebagai Fe 2+ ferroyang cukup dapat terlarut, sedangkan padaair sungai yang mengalir dan terjadi aerasi,Fe 2+ teroksidasi menjadi Fe 3+ . Fe 3+ ini sulitlarut pada pH 6 sampai 8 kelarutan hanya di bawah beberapa μm1, bahkan dapatmenjadi ferihidroksida FeOH 3 atau salahsatu jenis oksida yang merupakan zat padatdan bisa mengendap. Demikian pula dalamair sungai, besi berada sebagai Fe 2+ , Fe 3+ terlarut dan Fe 3+ dalam bentuk senyawaorganik berupa koloid Alaerts, G. 1987.

2.4.1.1 Efek Toksik

Besi Fe adalah metal berwarna putih kecoklatan, liat dan dapat dibentuk, di alam didapat sebagai hematite, di dalam air minum besi menimbulkan rasa, warna kuning, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam pembentukan haemoglobin, banyaknya besi di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi, tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan besi, karenanya bagi mereka yang sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi besi Fe. Sekalipun besi Fe diperlukan oleh tubuh manusia, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus, kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini, debu besi juga dapat terakumulasi di dalam alveoli dan dapat menyebabkan berkurangnya rungsi paru-paru Soemirat, J. 2004. Kelebihan zat besi Fe bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi muntah, kerusakan usus, penuaan dini, kematian mendadak, mudah marah, radang sendi, cacat lahir, kanker, hepatitis, hipertensi, infeksi, insomnia, sakit liver, masalah mental, rasa logam di mulut, rematik, sikoprenia, sariawan, perut, sickle- cell anemia, keras kepala sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, kulit kehitam-hitaman, sakit kepala, gangguan penyerapan vitamin dan mineral, serta hemokromatis Parulian, 2009. 2.4.2Tembaga Cu Tembaga Cu adalah salah satu logam dari golongan alkali IA dengan nomor atom 29; berat atom 63,546; diameter 8,92 ; adalah titik lebur 1083ºC; titik didih 2310ºC; jari-jari atom1,173 Å; sedangkan jari-jari ion 0,96 Å. Cu merupakan logam transisi yang berwarna jingga kemerahan tidak reaktif terhadap asam-asam encer seperti HCl dan H 2 SO 4 encer kecuali HNO 3 dan H 2 SO 4 pekat yang dipanaskan. Senyawa CuII lebih stabil dalam larutan. Logam Cu dapat bersifat racun apabila bereaksi dengan larutan atau zat kimia lain dan memebentuk ion CuII M. Natsir Arsyad, 2001.

2.4.2.1 Efek Toksik

Dalam jumlah besar tembaga Cu dapat menyebabkan rasa yang tidak enak di lidah, selain dapat menyebabkan kerusakan pada hati Sutrisno, 2004. Sesuai dengan sifatnya sebagai logam berat beracun, Cu dapat mengakibatkan keracunan secara akut dan kronis. a. Keracunan Akut Gejala-gejala yang dapat di deteksi sebagai akibat keracunan akut tersebut adalah adanya rasa logam pada pernafasan penderita dan adanya rasa terbakar pada epigastrum dan muntah yang terjadi secara berulang-ulang, dan gejala tersebut berlanjut terjadinya pendarahan pada jalur gastrointestinal. Pada manusia, keracunan Cu secara kronis dapat di lihat dengan timbulnya penyakit Wilson dan Kinsky. Gajala dari penyakit Wilson ini adalah terjadi hepatic cirrhosis, kerusakan pada otak dan demyelinasi, serta terjadi penurunan kerja ginjal dan pengendapan Cu dalam kornea mata. Penyakit Kinsky dapat diketahui dengan terbentuknya rembut yang kaku dan berwarna kemerahan pada penderita Palar, H. 2008.

2.5 Destruksi

Teknik destruksi yang digunakan adalah Destruksi basah. Destruksi basah merupakan proses perombakan logam organik dengan menggunakan asam kuat, baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi menggunakan zat oksidator sehingga dihasilkan logam anorganik bebas. Destruksi basah sangat sesuai untuk penentuan unsur-unsur logam yang mudah menguap.Pelarut- pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah adalah HNO 3 dan HClO 4 .Pelarut-pelarut tersebut dapat digunakan secara tunggal maupun campuran.Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik Raimon, 1993. Menurut Sumardi 1981 metode destruksi basah lebih baik daripada cara kering karena tidak banyak bahan yang hilang dengan suhu pengabuan yang sangat tinggi. Hal ini merupakan salah satu faktor mengapa cara basah lebih sering digunakan oleh para peneliti. Di samping itu destruksi dengan cara basah biasanya dilakukan untuk memperbaiki cara kering yang biasanya memerlukan waktu yang lama.Kegunaan dari Destruksi Basah : • Memperoleh unsur sampel dalam bentuk yang sesuai dengan metode yang digunakan. • Mengurangi gangguan dari unsur lain atau zat pengotor • Membuat konsentrasi unsur yang terdapat dalam sampel berada dalam batas-batas yang diperlukan Salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan zat pencemardari air limbah adalah adsorpsi.Adsorpsimerupakan terjerapnya suatu zat molekul atau ion pada permukaan adsorben.Mekanisme penjerapan tersebut dapat dibedakan menjadi duayaitu, jerapansecara fisika fisisorpsi dan jerapan secara kimia kemisorpsi. Pada prosesfisisorpsi gaya yang mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya-gaya van derWaals. Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsifisika relatif rendah sekitar 20 kJmol. Sedangkan pada prosesadsorpsi kimia, interaksi adsorbat dengan adsorben melalui pembentukan ikatankimia. Kemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel- partikeladsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya van der Waals ataumelalui ikatan hidrogen. Kemudian diikuti oleh adsorpsi kimia yang terjadisetelah adsorpsi fisika.Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaandengan membentuk ikatan kimia biasanya ikatan kovalen, dancenderungmencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substratAtkins, 1999. Proses adsorpsi antara abu cangkang keong mas dengan logam terjadi karena adanya gaya van der Walls yang terbentuk dari perbedaan muatan antara adsorbat terhadap oksida logam yang bersifat elektronegatif disamping itu juga terjadi ion exchange pertukaran ion antara kation yang terjadi terhadap kisi struktur CaO dengan Cu Setiaka, 2011. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiaka, 2011, yang menyatakan bahwa ikatan van der Waals yang terjadi antara adsorben dan adsorbat merupakan ikatan yang lemah karena kesetimbangan adsorbsi reversibel dapat terjadi reaksi balik dan berlangsung cepat sehingga mudah untuk diganti dengan molekul yang lain. Mekanisme reaksi yang melibatkan bentuk oksida pada logam yang bereaksi dengan air adalah: CaOs + H 2 Oaq → CaOH 2s Selanjutnya mekanisme yang terjadi adalah adsorpsi terhadap ion Cu 2+ . Adanya proses adsorpsi ion Cu 2+ oleh adsorben ini disertai dengan pelepasan ion H + Karena proses adsorpsi terjadi prinsip pertukaran ion ion exchange. Ion H + pada bentuk hidroksida akan mudah lepas dan mengakibatkan ion tembaga akan terikat dan teradsorps secara kuat. Reaksinya adalah sebagai berikut: CaOH 2s + 2Cu 2+ → CaOCu 2s + 2H + aq Adsorpsi pada abu cangkang keong mas ini disebabkan adanya kandungan mineral oksida CaO.

2.7 Spektrofotometer Serapan Atom

Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang pengukurannya berdasarkanbanyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau molekul analit.Salah satubagian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom SSA, merupakan metode analisis unsure secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombangtertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas Skoog et. al., 2000. Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari.Pada tahun 1802 Wollastonmenemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang kemudian diselidiki lebih lanjut olehFraunhofer pada tahun 1820. Brewster mengemukakan pandangan bahwa garis Fraunhofer inidiakibatkan oleh proses absorpsi pada atmoser matahari. Prinsip absorpsi ini kemudian mendasariKirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian yang sistematis mengenai spektrum dari logamalkali dan alkali tanah.Kemudian Planck mengemukakan hukum kuantum dari absorpsi dan emisisuatu cahaya. Menurutnya, suatu atom hanya akan menyerap cahaya dengan panjang gelombangtertentu frekwensi, atau dengan kata lain ia hanya akan mengambil dan melepas suatu jumlahenergi tertentu, ε = hv = hcλ. Kelahiran SSA sendiri pada tahun 1955, ketika publikasi yang ditulisoleh Walsh dan Alkemade Milatz muncul.Dalam publikasi ini SSA direkomendasikan sebagaimetode analisis yang dapat diaplikasikan secara umum Weltz, 1976. Prinsip dasar Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan atom.Spektrofotometri serapan atom merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah Teknik ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur Khopkar, 2003. Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda Hollow Cathode Lamp yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya Darmono,1995

2.7.2 Intrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom

Dokumen yang terkait

Analisis Kandungan Ion Besi (Fe3+) Dan Ion Tembaga (Cu2+), Total Padatan Terlarut (TDS) Dan Total Padatan Tersuspensi (TSS) Di Dalam Air Sumur Bor Di Sekitar Kawasan Industri Medan

0 38 64

Studi Pemanfaatan Daun Nanas (Ananas Cosmosus) Sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Kandungan Ion Tembaga (Cu2+), Besi (Fe3+) Dan Seng (Zn2+) Di Dalam Air

7 62 85

Studi Pemanfaatan Kalsium Oksida (CaO) dari Serbuk Cangkang Keong Mas (Pomacea Canaliculata L.) Sebagai Adsorben Terhadap Ion Kadmium (Cd2+)

11 116 61

Studi Pemanfaatan Kalsium Oksida (CaO) dari Serbuk Cangkang Keong Mas (Pomacea Canaliculata l.) Sebagai Adsorben Terhadap Ion Zinkum (Zn2+) dan Ion Argentum (Ag+)

0 6 65

Studi Pemanfaatan Kalsium Oksida (CaO) dari Serbuk Cangkang Keong Mas (Pomacea Canaliculata L.) Sebagai Adsorben Terhadap Ion Kadmium (Cd2+)

0 0 13

Studi Pemanfaatan Kalsium Oksida (CaO) dari Serbuk Cangkang Keong Mas (Pomacea Canaliculata l.) Sebagai Adsorben Terhadap Ion Zinkum (Zn2+) dan Ion Argentum (Ag+)

0 0 13

Studi Pemanfaatan Kalsium Oksida (CaO) dari Serbuk Cangkang Keong Mas (Pomacea Canaliculata l.) Sebagai Adsorben Terhadap Ion Zinkum (Zn2+) dan Ion Argentum (Ag+)

0 0 2

Studi Pemanfaatan Kalsium Oksida (CaO) dari Serbuk Cangkang Keong Mas (Pomacea Canaliculata l.) Sebagai Adsorben Terhadap Ion Zinkum (Zn2+) dan Ion Argentum (Ag+)

0 1 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keong Mas (Pomaceae canaliculata L.) - Pengaruh Penambahan Abu Cangkang Keong Mas (Pomacea Canaliculata.L) yang telah diaktifkan Sebagai Adsorben Pada Kadar Ion Besi (Fe3+) Dan Tembaga (Cu2+) dalam Air Sungai Deli

1 0 16

Pengaruh Penambahan Abu Cangkang Keong Mas (Pomacea Canaliculata.L) yang telah diaktifkan Sebagai Adsorben Pada Kadar Ion Besi (Fe3+) Dan Tembaga (Cu2+) dalam Air Sungai Deli

0 1 13