Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Dalam penyusunan undang-undang dasar, nilai-nilai dan norma dasar yang hidup dalam masyarakat dan dalam praktek penyelenggaraan negara turut mempengaruhi perumusan pada naskah. Dengan demikian, suasana kebatinan yang menjadi latar belakang filosofis, sosiologis, politis, dan historis perumusan yuridis suatu ketentuan undang-undang dasar perlu dipahami dengan seksama, untuk dapat mengerti dengan sebaik-baiknya ketentuan yang terdapat pada pasal-pasal undang-undang dasar. 5 C. Pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI Dalam rapat BPUPKI yang membahas rancangan UUD, permasalahan bentuk negara menjadi salah satu pembahasan yang diperdebatkan secara serius. Usulan bentuk negara yang muncul pada waktu itu yaitu negara kesatuan dan negara federal. Namun kemudian disepakati bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan. Hal tersebut sebagaimana yang tertera dalam Pasal 1 ayat 1 Undang- Undang Dasar 1945. Pilihan BPUPKI ini kemudian sepakat dan tidak lagi diganti ketika pada 18 Agustus 1945 PPKI menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republlik Indonesia Tahun 1945 6 . D. Pilar Bhinneka Tunggal Ika Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan pertama kali oleh Empu Tantular yang ditulis dalam Kitab Sutasoma pada abad XIV di masa Kerajaan Majapahit. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bentuk negara yang 5 Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945, Yogyakarta: UII Press, 2005 6 Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, h. 157 dipilih sebagai komitmen bersama. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah pilihan yang tepat untuk mewadahi kemajemukan bangsa kita yang terdiri dari ribuan pulau maka dari itu negara kita disebut negara maritim. Dalam kitab tersebut Empu Tantular menulis “Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wisma, Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwakalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa” Bahwa agama Buddha dan Siwa Hindu merupakan zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina Buddha dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tak ada dharma yang mendua, satu itu, tak ada pengabdian yang mendua. 7 Etika Kehidupan Berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran agama, khususnya yang bersifat universal, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa 8 . Penulis melihat bahwa krisis kepercayaan yang dialami pemerintah Indonesia oleh masyarakat harus dihilangkan. Rasa kebangsaan dan cinta tanah air tidak bertentangan dengan prinsip- prinsip agama Islam. Sejalan dengan ayat-ayat Al Quran dan Hadits lainnya. Banyak ayat-ayat Al Quran yang menganjurkan kita untuk mencintai tanah air atau negeri kita. Allah SWT telah berfirman didalam Al- Qur’an: 7 Sigit Suhandi, Bhinneka Tunggal Ika Maha Karya Persembahan Mpu Tantular, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009, h. 195 8 Sekretariat Jenderal MPR RI, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia Nomor VIMPR2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa, Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2013, h. 195. “Dan ingatlah, tatkala Ibrahim berkata berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini Mekkah, negeri yang aman, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan yaitu terhadap orang-orang yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian ”. Allah berfirman: Dan barangsiapa yang ingkar maka Aku menyenang- nyenangkannya sementara, kemudian Aku memasukkannya ke dalam adzab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. QS. Al-Baqarah: 126 9 “Dan ingatlah, ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini Mekah, negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala- berhala.” QS. Ibrahim: 35 10 Dari ayat diatas, bisa kita lihat bahwa Nabiyullah Ibrahim AS berdo’a untuk tanah airnya agar selalu menjadi negeri yang aman dan sentosa, rakyatnya selalu dilimpahkan rezeki dan mereka semua beriman kepada Allah SWT dan hari akhir. Ini menunjukkan Nabiyullah Ibrahim AS adalah seseorang yang begitu mendalam cintanya akan tanah airnya. Para Nabiyullah senantiasa mencintai negeri yang didiaminya. Sebab jika negerinya rusak, penduduknya juga yang akan menderita. 9 Dinas Pembinaan Mental TNI AD, Al Qur’an Terjemah Indonesia, Jakarta: PT. Sari Agung, 1997, cet- XI, h. 35. 10 Dinas Pembinaan Mental TNI AD, Al Qur’an Terjemah Indonesia, h. 483 Allah SWT begitu memuliakan tanah air dan negeri sehingga menjadikannya sebagai nama satu surah, yaitu surah Al Balad Negeri. Walaupun tafsir dari ayat tersebut adalah Mekkah, namun yang dimaksud bukan sekedar Mekkah saja, melainkan seluruh negeri. “Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini Mekah” QS. Al-Balad: 1 11 “Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu jarak-jarak perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman.” QS. Saba’: 18 12 Dari latar belakang masalah dan contoh yang ada, kiranya penulis merasa butuh terpanggil untuk mengkaji permasalahan ini, dan juga sebagai diskursus dan wacana intelektual demi membuka jendela pengetahuan, koleksi pemikiran, dan kecerdasan kepribadian yang kemudian penulis tuangkan dalam sebuah karya ilmiah 11 Dinas Pembinaan Mental TNI AD, Al Qur’an Terjemah Indonesia, h. 1243 12 Dinas Pembinaan Mental TNI AD, Al Qur’an Terjemah Indonesia, h. 846 dengan judul “Peranan Hubungan Masyarakat Humas MPR RI Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014 .”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan ini terfokus pada satu permasalahan maka penulis membatasi kajian ini pada peranan Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa. Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa? 2. Apa kegiatan Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian a Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Humas MPR RI membuat formula serta langkah-langkah yang tepat untuk kemudian lebih bisa mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa untuk menanamkan rasa nasionalis berbangsa dan bernegara tetap berkembang sebagaimana yang diharapkan. b Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa dalam membangun rasa nasionalis berbangsa dan bernegara. 2. Untuk mengetahui aktifitas dan kegiatan Humas MPR RI dalam upaya mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa. 2. Manfaat Penelitian a Manfaat Teoritis Kegiatan penelitian ini merupakan stimulus dan kesempatan bagi penulis untuk mengeksplorasi lebih jauh materi-materi yang didapatkan di bangku perkuliahan yang kemudian diaktualisasikan dalam sebuah tulisan ilmiah yang mudah-mudahan bisa menambah pengetahuan serta wawasan untuk mempelajari langsung langkah dan peran Humas dalam membangun rasa nasionalis berbangsa dan bernegara. Serta untuk menambah wawasan mengenai konsep-konsep yang dikemas tentang peran dan langkah dalam membentuk dan membangun citra baik pemerintahan, serta sebagai referensi kepustakaan di bidang ilmu komunikasi massa, khususnya media cetak. b Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan wacana ideal khususnya untuk penulis dan umumnya untuk masyarakat luas yang menggeluti di bidang komunikasi yang kemudian direalisasikan dalam bentuk tindakan yang konkret dari konsep dan wacana yang disajikan.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan deskriptif analisis. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Yang merupakan prosedur sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati 13 . Menurut Jalaludin Rahmat, metode penelitian deskriptif analisis bertujuan mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memberikan kondisi dan menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. 14 2. Subjek dan Objek Penelitian Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Humas MPR RI. Kemudian yang menjadi objek penelitian ini meliputi Peranan Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan beberapa teknik sebagai berikut: a. Observasi Dalam hal ini peneliti mendatangi sekaligus magang di MPR RI Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga, Biro Hubungan Masyarakat, untuk 13 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, h. 3 14 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, cet, ke-XIII, h. 25 memperoleh data-data mengenai peran Humas MPR RI dalam mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa yang dilakukan selama sebulan pada 1 - 31 September 2014. b. Dokumentasi Peneliti mengambil dan mengumpulkan data berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan dari hasil wawancara, buku-buku dan dokumen-dokumen internal Biro Hubungan Masyarakat dan Antar Lembaga MPR RI yang diberikan secara langsung. Kemudian peneliti menggunakan analisa deksriptif. Dengan tujuan setelah data-data terkumpul, kemudian penulis menjabarkan dengan memberikan analisa- analisa untuk kemudian diambil kesimpulan akhir. c. Wawancara Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang langsung secara lisan, di mana dua atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-inforrnasi atau keterangan. 15 Peneliti meawawancarai Bapak Drs. Yana Indrawan, M. Si selaku Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Bapak Agus Subagyo, S.S., M.I.R. selaku Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga, Biro Hubungan Masyarakat. Peneliti mewawancarai beberapa responden tersebut karena menurut peneliti mereka dapat memberikan informasi ataupun data yang dibutuhkan oleh peneliti. 15 Chalid Narbuko dan Abu Ahmad, Metodologi Penelitian, Jakata: PT Bumi Aksara, 1997, cet, ke-I, h. 83