berwarna putih keruh adalah perlakuan C0, C2, C8 dan pada skala 3 beras yang berwarna kecoklatan adalah perlakuan C3, C9. Warna beras dipengaruhi oleh
tingkat konsentrasi dari beberapa serbuk biji yang diaplikasikan. Jadi dari penelitian dapat diasumsikan penggunaan biji nimba dan biji srikaya secara tepat
dosis tidak mengubah warna beras.
3. Pengaruh S. oryzae dan T. castaneum terhadap Kerusakan Beras
Hasil pengamatan pengaruh S. oryzae dan T. castaneum terhadap kerusakan beras selama 24 hari setelah infestasi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji beda rataan pengaruh serangan S. oryzae dan T. castaneum terhadap kerusakan beras 24 hari setelah infestasi
Perlakuan Peubah amatan
Susut Bobot Kadar Air
Beras Utuh Beras Patah
Beras Menir
L1
2.41A 14.45A
76.30A 19.36A
2.99A
L2
2.64A 16.17B
66.63B 19.96A
10.55B
Keterangan : Angka – angka yang diikuti pada huruf yang sama pada setiap baris menunjukan kesamaan atau tidak berbeda nyata pada Taraf 5 dengan Uji jarak Duncan.
Tabel 4 menunjukan bahwa S. oryzae L1 dan T. castaneum L2 memberikan pengaruh yang sama terhadap penyusutan bobot beras setelah 24 hari
infestasi. Tidak adanya perbedaan dari penyusutan bobot beras ini disebabkan tersedianya sumber pakan kedua serangga baik S. oryzae L1 maupun
T. castaneum L2 selama 24 hari setelah infestasi. Serangan S. oryzae L1 dan T. castaneum L2 secara statistik
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Serangan oleh S. Oryzae L1 menghasilkan kadar air beras yang lebih kecil dibandingkan serangan T.
castaneum L2. Kadar air yang tinggi pada beras perlakuan untuk hama T. castaneum karena beras yang dipakai adalah beras bekas serangan S. oryzae.
Hama T. castaneum menyerang beras yang telah rusak. Hal ini didukung
Universitas Sumatera Utara
pernyataan Sunjaya, dkk. 1970 dalam Hidayat 1997 yang menyatakan lama penyimpanan memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap kadar air.
Perlakuan L1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan L2 pada persentase beras utuh. Persentase beras utuh yang diakibatkan oleh serangan S. oryzae L1
yaitu 76.30 dan persentase beras utuh yang diakibatkan oleh serangan T. castaneum L2 yaitu 66.63 .
Dilihat dari persentase beras utuh dimana kedua perlakuan menghasilkan pengaruh yang sangat berbeda nyata satu sama lain. Namun dilihat dari persentase
beras patah, kedua perlakuan menunjukan hasil yang sama. Atau dengan kata lain perlakuan S. oryzae L1 menghasilkan persentase beras patah yang sama dengan
perlakuan T. castaneum L2. Dimana masing – masing perlakuan menghasilkan 19.36 dan 19.96 . Serangan oleh S. Oryzae L1 menghasilkan persentase
beras menir sebesar 2.99 , sedangkan T. castaneum L2 sebesar 10.55 . Berdasarkan kerusakan susut bobot beras, beras utuh, beras patah dan
beras menir dapat dilihat bahwa kerusakan beras akibat serangan T. castaneum lebih besar daripada kerusakan beras oleh serangan S. oryzae. Hal ini disebabkan
beras yang dipakai untuk T. castaneum adalah beras yang telah diserang S. oryzae terlebih dulu karena T. castaneum lebih suka memakan beras yang telah rusak.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Bennet 2003 bahwa imago dan larva T. castaneum memakan biji-bijian yang telah rusak. Di dalam beras yang disimpan
sering sekali ditemukan kotoran, cairan dan pertukaran kulit dari imago T. castaneum sehingga terjadi kontaminasi yang mengakibatkan bau yang
menyengat dan rasa beras apek.
Universitas Sumatera Utara
4. Korelasi mortalitas imago antara S. oryzae dan T.castaneum