Imago berada di dalam bahan makanan, dapat bertelur 300-400 butir telur selama periode 4-6 bulan. Imago berwarna merah kecoklatan dengan ukuran
panjang 4 mm. Siklus hidup keseluruhan 7-12 minggu dan umur kumbang dewasa dapat mencapai 3 tahun atau lebih Bennet, 2003.
4. Gejala Serangan Hama T. castaneum
T. castaneum merupakan serangga yang menyerang bahan makanan yang berupa tepung, spesies ini akan mengakibatkan kerusakan dan kontaminasi pada
beras Jungwi, 2009.
Gambar 7: Gejala kerusakan diakibatkan T.castaneum Sumber: http:www.the-piedpiper.co.uk
Imago dan larva T. castaneum memakan biji-bijian yang telah rusak. Di dalam beras yang disimpan sering sekali ditemukan kotoran, cairan dan
pertukaran kulit dari imago T. castaneum sehingga terjadi kontaminasi yang mengakibatkan bau dan rasa beras yang sangat menyengat Bennet, 2003.
Universitas Sumatera Utara
5. Insektisida Botani
Pada dasarnya tujuan utama dari kegiatan perawatan kualitas adalah upaya untuk mempertahankan nilai dari komoditas yang disimpan dan menjaga
tercapainya efisiensi serta efektifitas kegiatan penyimpanan Amrullah, 2003 Proses kerusakan beras, dapat diakibatkan oleh kerusakan mekanis, fisis,
biologis atau mikrobiologis dan kimiawi. Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerusakan dan kesusutan beras dalam penyimpanan adalah faktor
yang berasal dari beras itu sendiri yaitu kadar air, butir rusak, butir kapur, butir pecah, derajat sosoh dan proses metabolisme antara lain respirasi dan sebagainya
Bulog, 1996
c
. Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama tanaman saat ini
banyak menimbulkan dampak negatif. Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat yang jelas terlihat Dewi, 2007, selain itu penggunaan pestisida
secara terus menerus juga dapat menyebabkan resistensi hama dan bahkan meninggalkan residu pestisida pada produk hasil pertanian yang bisa berbahaya
apabila dikonsumsi manusia. Oleh karena itu diperlukan upaya pengendalian hama secara ramah lingkungan, seperti pestisida nabati atau biopestisida
Maryam dan Mulyana, 2009.
Gambar 8 . Biji Nimba Azadirachta indica L. Sumber: Foto Langsung 2010
Universitas Sumatera Utara
Ekstrak biji dan daun nimba Azadirachta indica L terdapat 3 golongan penting yaitu : azadirachtin, salanin, dan meliantriol Osorio, 2002. Ketiga
senyawa tersebut digolongkan ke dalam kelompok tripenoid yang merupakan bahan pestisida alami, tetapi yang paling efektif adalah azadirachtin. Mimba tidak
membunuh hama secara cepat tetapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan
komunikasi seksual Rukmana dan Yuniarsih, 2003.
Gambar 9. Biji sirsak Annona muricata L. Sumber: Foto Langsung 2010
Hasil penelitian terdahulu telah ditemukan adanya senyawa yang berkhasiat sebagai insektisida dalam biji tumbuhan familia Annonaceae. Senyawa
yang berkhasiat paling kuat ditemukan dalam biji Annona muricata. Juga telah dibuktikan bahwa yang
berkhasiat sebagai insektisida adalah suatu gliserida yang sifatnya mirip resin.
Bagian tanaman sirsak Annona muricata yang dimanfaatkan untuk insektisida nabati adalah biji dan daun. Dalam biji dan daun sirsak terdapat
senyawa acetogenin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin menyebabkan serangga tidak mau makan. Pada konsentrasi rendah bersifat racun perut dan dapat
menyebabkan kematian. Senyawa acetogenin bersifat sitotoksik sehingga menyebabkan kematian sel Retnowati,1999.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 10. Biji Srikaya Annona squamosa L. Sumber: Foto Langsung 2010
Srikaya Annona squamosa L. merupakan tanaman yang dipakai sebagai insektisida nabati karena mengandung senyawa annonain yang bersifat menekan
nafsu makan antifeedant racun kontak dan racun perut Utami, 1998. Bagian tanaman yang dimanfaatkan untuk insektisida nabati adalah daun, buah mentah,
biji dan akar. Untuk hama gudang serbuk biji dapat menghambat proses peletakan telur Istianto, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perawatan Kualitas Beras Perum Bulog kantor Divre Sumatera Utara, Medan pada ketinggian ± 25 m dpl.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Februari 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras , imago S. oryzae
dan T. castaneum, biji nimba, biji sirsak, biji srikaya, dan air. Alat yang digunakan adalah stoples, kain kasa, karet gelang, mortal, kertas
label, kalkulator, Electronic moisture tester, Intended plate, saringan, timbangan
elektrik, ayakan menir dan alat tulis.
Metoda Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL Faktorial, dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan yaitu:
Perlakuan 1: konsentrasi beberapa serbuk biji masing-masing dalam 250 g beras C0
= Kontrol C1
= Serbuk biji nimba 1 g C2
= Serbuk biji nimba 5 g C3
= Serbuk biji nimba 10 g C4
= Serbuk biji sirsak 1 g C5
= Serbuk biji sirsak 5 g C6
= Serbuk biji sirsak 10 g
Universitas Sumatera Utara
C7 = Serbuk biji srikaya 1 g
C8 = Serbuk biji srikaya 5 g
C9 = Serbuk biji srikaya 10 g
Perlakuan 2: serangga hama yang diuji L1
= Sitophilus oryzae L2
= Tribolium castaneum Model Linier yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Yij = µ + αi + βj + βүj + Σ ijk
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ
= Nilai tengah umum α
= Pengaruh ulangan ke-i dari faktor A βj
= Pengaruh perlakuan ke-j dari faktor B βүj = Pengaruh intensitas taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
Σ ijk = Efek galat percobaan Sastrosupadi, 2000.
Kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut: C0L1
C0L2 C1L1
C1L2 C2L1
C2L2 C3L1
C3L2 C4L1
C4L2 C5L1
C5L2 C6L1
C6L2 C7L1
C7L2 C8L1
C8L2 C9L1
C9L2
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan Penelitian
1. Penyediaan Tempat Serangga Uji
Untuk tempat S. oryzae dan T. castaneum yang akan diaplikasikan adalah berupa stoples dengan ukuran tinggi 30 cm dan diameter 20 cm. Mulut stoples
ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan karet gelang. Stoples dan kain kasa yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah sebanyak 60 buah.
2. Penyediaan Beras Beras varietas IR 64 diperoleh dari 2 lokasi yaitu: Gudang beras Bulog dan
beras yang dijual di pasar tradisional Tanjung Rejo. Untuk perlakuan hama T. castaneum memakai beras yang telah terserang hama S. oryzae dan untuk
perlakuan hama S. oryzae memakai beras yang masih bagus atau belum ada serangan hama lain.
3. Penyedian Serangga Uji berseri Kumbang S. oryzae dan T. castaneum diperoleh dengan melakukan
perbanyakan terlebih dahulu agar diperoleh umur imago yang sama yaitu berumur 3 hari. Kumbang S. oryzae dan T. castaneum yang telah seragam umurnya
dimasukkan ke dalam stoples sebanyak 20 ekor pada masing-masing perlakuan, selanjutnya stoples ditutup dengan kain kasa.
Universitas Sumatera Utara
Penyediaan Ekstrak Serbuk Biji
a. Ekstrak biji nimba Azadirachta indica
Biji nimba yang digunakan adalah biji yang telah tua dengan ciri-ciri kulit buah berwarna kekuningan. Kulit biji dibuang kemudian dicuci dengan air dan
dijemur selama 1 minggu untuk mengurangi kadar air. Biji digiling dengan mortal hingga menjadi serbuk kemudian disaring dengan ayakan tepung.
b. Ekstrak biji sirsak Annona mucirata
Biji sirsak yang di gunakan adalah biji yang telah tua dengan ciri-ciri kulit biji berwarna hitam. Biji dicuci dengan air dan dijemur selama 1 minggu untuk
mengurangi kadar air. Kulit biji dibuang kemudian digiling dengan mortal hingga menjadi serbuk kemudian disaring dengan ayakan tepung.
c. Ekstrak biji srikaya Annona squamosa
Biji srikaya yang di gunakan adalah biji yang telah tua dengan ciri-ciri kulit biji berwarna hitam. Biji dicuci dengan air dan dijemur selama 1 minggu
untuk mengurangi kadar air. Biji digiling dengan mortal hingga menjadi serbuk kemudian disaring dengan ayakan tepung.
Aplikasi Serbuk Biji
Aplikasi serbuk biji dilakukan dengan menaburkan serbuk ke dalam stoples secara merata. Terakhir dimasukkan hama masing-masing 20 ekor sesuai
perlakuan. Stoples ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan karet gelang.
Universitas Sumatera Utara
Peubah Amatan
1. Mortalitas imago
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah imago S. oryzae dan T. castaneum yang mati setelah aplikasi. Pengamatan dilakukan 1 kali dalam
3 hari hingga diperoleh pengamatan sebanyak 8 kali. Pengamatan mortalitas imago dihitung dengan menggunakan rumus
P = a x 100 a + b
Dimana : P = Persentase kematian imago
a = Jumlah imago yang mati b = Jumlah imago yang hidup
2. Susut bobot bahan
Pengamatan susut bobot bahan dihitung dengan mengurangkan bobot awal beras sebelum dimasukkan ke dalam stoples dengan bobot akhir beras setelah
serangan hama S. oryzae dan T. castaneum. Susut bobot bahan dihitung dengan menggunakan timbangan elektrik.
3. Kadar air
Pemeriksaan kadar dilakukan di awal dan akhir setelah percobaan dengan menggunakan electronic moisture tester Bulog, 1996
b
. 4.
Beras utuh Pemeriksaan beras utuh dilakukan di akhir percobaan dengan
menggunakan intended plate yang merupakan standar bulog ukuran lubang 4,2 mm yang tidak lolos dari ayakan menir. Beras utuh yang didapat ditimbang dan
Universitas Sumatera Utara
dipresentasikan pada berat awal 250 g sehingga didapat angka beras utuh Bulog, 1996
b
. 5.
Beras patah Pemeriksaan beras patah dilakukan di akhir percobaan dengan
menggunakan intended plate yang merupakan standar bulog ukuran lubang 4,2 mm yang tidak lolos dari ayakan menir. Beras patah yang didapat ditimbang dan
dipresentasikan pada berat awal 250 g sehingga didapat angka beras patah Bulog, 1996
b
. 6.
Beras menir Pemeriksaan beras menir dilakukan di akhir percobaan dengan
menggunakan ayakan menir standar bulog dengan diameter 1,80 mm dan mempunyai bak penampakan dibawahnya Bulog, 1996
a
. 7.
Aroma beras Pemeriksaan aroma beras di akhir percobaan dilakukan dengan cara
mencium langsung aroma beras apakah bau apek atau tidak. 8.
Warna beras Pemeriksaan warna beras di akhir percobaan dengan menggunakan skala
1-4 yaitu skala 1= beras berwarna putih jernih, skala 2= beras berwarna putih keruh, skala 3= beras berwarna kecoklatan, dan skala 4= beras berwarna
kehitaman. 9.
Korelasi mortalitas imago antara S. oryzae dan T. castaneum Tes uji korelasi mortalitas imago antara S. oryzae dan T. castaneum dalam
SPSS versi 16.00.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Mortalitas Imago S. oryzae dan T. castaneum
a.
Pengaruh efektifitas insektisida botani terhadap mortalitas imago S. oryzae dan T. castaneum
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi serbuk biji berpengaruh sangat nyata terhadap mortalitas imago S. oryzae dan T. castaneum.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan pengaruh konsentrasi serbuk biji terhadap mortalitas imago
S. oryzae dan T. castaneum
Perlakuan Persentase mortalitas
3hsa 6hsa
9hsa 12hsa
15hsa 18hsa
21hsa 24hsa
C0 0.00d
0.00f 0.00h
0.00h 0.00e
0.00d 0.00c
0.00c C1
0.00d 0.00f
3.33gh 12.50g
33.33d 48.33c
67.50b 86.67b
C2 0.00d
13.33e 37.50f
53.33e 69.17c
85.00b 100.00a 100.00a C3
13.33c 31.67c
56.67c 87.50b
97.50a 100.00a 100.00a 100.00a C4
1.67d 16.67de 40.83ef 58.33de 70.83c
85.00b 100.00a 100.00a C5
10.00c 29.17c
47.50d 70.00c
89.17b 98.33a 100.00a 100.00a
C6 27.50a
65.00a 85.83a
98.33a 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a C7
0.00d 0.00f
5.00g 20.00f
33.33d 49.17c
65.00b 84.17b
C8 1.67d
20.00d 44.17de 60.83d
87.50b 99.17a 100.00a 100.00a
C9 20.8b
35.83b 65.00b
87.50b 98.33a 100.00a 100.00a 100.00a
Keterangan : Angka – angka yang diikuti pada huruf yang sama pada setiap baris menunjukan kesamaan atau tidak berbeda nyata pada Taraf 5 dengan Uji jarak Duncan.
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa rataan tertinggi yaitu 100 pada 15 hsa perlakuan C6 serbuk sirsak 10 g250 g beras. Ini disebabkan karena pada
perlakuan C6 menggunakan dosis serbuk sirsak yang paling tinggi sehingga menyebabkan S. oryzae dan T. castaneum mati. Hal ini didukung oleh Retnowati
1999 yang menyatakan bahwa senyawa yang berkhasiat paling kuat ditemukan dalam biji Annona muricata. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin yang
terdapat pada sirsak bersifat racun perut dan dapat menyebabkan kematian. Sedangkan rataan terendah 33,33 pada C1 serbuk nimba 1g250 g beras dan
C7 serbuk srikaya 1 g250 g beras. Hal ini didukung oleh Rukmana dan
Universitas Sumatera Utara
Yuniarsih 2003 yang menyatakan bahawa nimba pada konsentrasi rendah tidak membunuh secara cepat tetapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan,
reproduksi dan komunikasi seksual. b. Pengaruh interaksi antara insektisida botani dengan jenis hama terhadap
persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum Dari analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa adanya interaksi antara
serbuk biji sebagai insektisida nabati dengan persentase mortalitas imago S. oryzae dan T. castaneum. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan interaksi antara pestisida nabati dengan jenis hama terhadap persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum
Perlakuan Pengamatan
3hsa 6hsa
9hsa 12hsa
15hsa 18hsa
21hsa 24hsa
C0L1 0.00D
0.00F 0.00G
0.00F 0.00F
0.00F 0.00E
0.00D C1L1
0.00D 0.00F
0.00G 0.00F
20.00E 36.67E
56.67D 78.33C
C2L1 0.00D
13.33E 31.67E
48.33D 66.67C
83.33B 100.00A 100.00A C3L1
15.00B 35.00C 58.33C 78.33C
95.00A 100.00A 100.00A 100.00A C4L1
3.33C 18.33E
33.33E 51.67D
65.00C 80.00C 100.00A 100.00A
C5L1 13.33B 26.67D 41.67D
61.67D 78.33B
96.67A 100.00A 100.00A C6L1
26.67A 53.33B 75.00B 96.67A 100.00A 100.00A 100.00A 100.00A
C7L1 0.00D
0.00F 6.67F
23.33E 36.67D
51.67E 65.00C
81.67C C8L1
0.00D 16.67E 41.67D
58.33D 90.00B 100.00A 100.00A 100.00A
C9L1 18.33B 31.67C 61.67C
80.00C 96.67A 100.00A 100.00A 100.00A
C0L2 0.00D
0.00F 0.00G
0.00F 0.00F
0.00F 0.00E
0.00D C1L2
0.00D 0.00F
6.67F 25.00E
46.67D 60.00D
78.33B 95.00B
C2L2 0.00D
13.33E 43.33D 58.33D
71.67C 86.67B 100.00A 100.00A
C3L2 11.67B 28.33D 55.00C
96.67A 100.00A 100.00A 100.00A 100.00A C4L2
0.00D 15.00E 48.33C
65.00C 76.67C
90.00B 100.00A 100.00A C5L2
6.67C 31.67C 53.33C 78.33C 100.00A 100.00A 100.00A 100.00A
C6L2 28.33A 76.67A 96.67A 100.00A 100.00A 100.00A 100.00A 100.00A
C7L2 0.00D
0.00F 3.33F
16.67E 30.00E
46.67E 65.00C
85.00C C8L2
3.33C 23.33D 46.67D 63.33D
85.00B 98.33A 100.00A 100.00A
C9L2 23.33A 40.00C 68.33B
95.00B 100.00A 100.00A 100.00A 100.00A Keterangan : Angka – angka yang diikuti pada huruf yang sama pada setiap baris menunjukan
kesamaan atau tidak berbeda nyata pada Taraf 5 dengan Uji jarak Duncan.
Tabel 2 menunjukkan bahwa C0L1 dan C0L2 kontrol berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan yang lain. Pada pengamatan 12 hsa persentase
Universitas Sumatera Utara
mortalitas tertinggi terdapat pada C6L2 serbuk biji sirsak 10 g 250 g beras pada hama T. castaneum. Hal ini disebabkan perlakuan pada hama T. castaneum
menggunakan beras yang telah diserang S. oryzae sehingga serbuk biji sirsak yang berbentuk tepung akan mudah tercampur dengan beras dan hama
T. castaneum menyukai bahan makanan berbentuk tepung. Hal ini sesuai dengan Jungwi 2009 yang menyatakan T. castaneum merupakan serangga yang
menyerang bahan makanan yang berupa tepung atau beras rusak yang telah diserang S. oryzae terlebih dahulu, spesies ini akan mengakibatkan kerusakan dan
kontaminasi pada beras.
2. Pengaruh Penggunaan Beberapa Serbuk Biji Sebagai Insektisida Botani Terhadap Kerusakan Beras