menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat
dipidana penjara paling lama 2 dua tahun atau denda paling banyak 4 empat kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar. Denda – denda
tersebut akan menjadi penerimaan Negara.
5. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah a. Pendaftaran
Setiap wajib pajak daerah wajib mendaftarkan usahanya beserta Objek pjak Daerah dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Daerah
SPOPD Kedapa Dinas Pendapatan Pengelolaan keuangan dan Asset Daerat Kabupaten Labuhan Batu melalui Bidang Pendapatan, paling lama 30 tiga puluh
hari sebelum kegiatan usaha dimulai kecuali ditentukan lain. Pendaftaran Objek Pajak sebagaimana dimaksud berupa pendaftaran atas pelayanan yang disediakan
Pengusaha yang terdapat pada Peraturan Daerah dan belum terdaftar pada administrasi Pemerintah Daerah tentang Pajak Daerah.
SPOPDdapat diambil sendiri oleh Wajib Pajak dikantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuagan dan Asset Daerah Kabupaten Labuhan Batu dan wajib diisi
dengan benar, jelas dan ditandatangani oleh Wajib Pajak. Pendaftaran objek baru, dilakukan oleh Seubjek Pajak atau Wajib Pajak
dengan persyaratan sebagai berikut : a
Mengajukan permohonan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia yang ditujukan kepada Bupati melalui Dinas terkait.
b Surat Permohonan, ditandatangani oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan
dalam hal ditandatangani oleh bukan Subjek Pajak , harus dilampiri dengan Surat Kuasa.
Formulir SPOPD harus disampaikan kepada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu melalui Bidang Pendapatan
paling lama 7 tujuh hari terhitung sejak diterimanya oleh Subjek Pajak atau Kuasanya.
Bagi Wajib Pajak yang telah mendaftarkan usahanya, kepada Kepala Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan Aset Daerah menerbitkan :
a Surat pengukuhan sebagai wajib pungut.
b Kartu NPWD
c Pemberitahuan Wajib Pajak.
Untuk pemungutan Pajak Daerah, Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu menetapkan pengusaha sebagai
Wajibb Pajak disertai penerbitan NPWD. Kepala Dinas menerbitkan NPWD secara jabatan, apabila Wajib Pajak tidak menyampaikan SPOPD. Pemberitahuan
pemungutan pajak juga wajib dipasang oleh Wajib Pajak pada tempat yang mudah dilihat, dibaca oleh pengunjung tamu atau ditempat pembayaran, pemberitahuan
pemungutan pajak ini dikecualikan dari penyelenggara insidentil. Penerbitan NPWD secara jabatan adalah penerbitan NPWD yang
dilakukan oleh Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah berdasarkan data atau keterangan lain yang dimiliki Dinas Pendapatan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah yang bukan berdasarkan Wajib Pajak. Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan usahanya kedapa Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Penyerahan Surat Pengukuhan, Surat penunjukan , kartu NPWD kepada pengusaha, penanggung jawab atau kuasanya sesuai dengan tanda terima
pendaftaran.
b. Pendataan
Pendataan Objek dan subjek pajak dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Pendataan Objek Pajak Daerah dilakukan dengan memberikan Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah SPTPD kepada Wajib Pajak ke Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu. SPTPD wajib
diterima oleh Wajib Pajak dan selanjutnya diisi dengan jelas dan benar dan lengkap serta ditandatanganinya oleh Wajib Pajak atau kuasanya.
Pendataan objek dan subjek pajak dapat dilakukan dengan cara : 1.
Indentifikasi objek pajak. 2.
Verifikasi data objek pajak. 3.
Pengukuran bidang objek pajak. Seluruh data yang diperoleh dari data isian dihimpun dan dicatat dalam
daftar wajib pajak dan kartu data, yang akan digunakan sebagai dasar pemeriksaan SPTPD.
c. Penilaian dan Pelaporan
SPTPD yang berisikan pelaporan atas omzet penerimaan bruto Wajib Pajak atas Penyelenggaraan penyediaan pelayanan pajak, disampaikan paling
lama 15 lima belas hari setelah berakhirnya masa pajak. Apabila batas waktu
penyampaian SPTPD bertepatan pada hari libur, maka batas waktu penyampaian SPTPD jatuh pada satu hari kerja berikutnya.
Penyampaian SPTPD tersebut haruslah disertai dengan dokumen lainnya, berupa :
a Rekapitulasi omzet penerimaan bulan yang bersangkutan.
b Realisasi penggunaan tiket atau tanda masuk bagi penyelenggaraan
hiburan yang mengguakan tiket atau tanda masuk. c
Rekapitulasi penggunaan bon penjualan atau bill berikut tindasan atau struck cash register.
d Tindasan bukti setoran pajak yang telah dilakukan Tindasan SSPD
SPTPD dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani oelh Wajib Pajak atau kuasanya, atau tidak melampirkan keterangan atau dokumen.
Penyampaian SPTPD harus juga disertai dengan dokume lain, berupa : a
Rekapitulasi bruto atas penyelenggaraan hiburan insidentil yang bersangkutan.
b Realisasi penggunaan tanda masuk, berikut potongan tanda masuk yang
terjual dan tidak terjual. c
Tanda terima asli uang jaminan pembayaran Pajak Hiburan Insidentil dari petugas Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah.
Kepala Dinas atau Pejabat yang ditunjuk atas permohonan Wajib Pajak, penyampaian SPTPD dapat diberikan perpanjangan jangka waktu paling lama 7
tujuh hari kerja oleh Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu. Permohonan perpanjangan jangka penyampaian
SPPTPD diajukan secara tertulis disertai alas an yang jelas sebelum berakhirnya batas waktu penyampaian SPTPD.
Wajib Pajak dengan kemauan senidiri dapat membetulkan SPTPD yang telah disampaikan, dengan menyampaikan surat pernyataan tertulis kepada Kepala
Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah atau pejabat yang dihunjuk, dalam jangka waktu 7 tujuh hari sesudah berakhirna masa pajak atau
Tahun Pajak, sepanjang belum dilakukan tindakan pemeriksaan. Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri SPTPD, mengakibatkan utang pajak menjadi lebih
besar, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat berakhirnya
penyampaian SPTPD sampai dengan tanggal pembayaran akibat dari pembetulan SPTPD.
d. Penetapan
Pajak Daerah dipungut dengan Sistem Self Assement yang meberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
menetapkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu.
Wajib Pajak dalam menghitung, memperhitungkan, menetapkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang menggunakan SPTPD.
Penetapan Pajak secara jabatan dapat dilakukan apabila : a.
Wajib Pajak Daerah tidak menyelenggarakan pembukuan dan omset usahanya.
b. Wajib Pajak Daerah menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan tetapi
tidak lengkap danatau tidak benar.
c. Wajib Pajak Daerah tidak mau menunjukan pembukuan danatau menolak
untuk diperiksa atau menolak memberikan keterangan pada saat dilakukan pemeriksaan.
d. Wajib Pajak Daerah tidak menggunakan bon penjualan atau bill yang
berseri atau bernomor urut. e.
Wajib Pajak Daerah yang melegalisasi bon penjualan bill tidak melegalisasinya tanpa ada persetujuan Kepala Dinas.
f. Wajib Pajak Daerah melanggar ketentuan larangan.
Sebelum dikenakan perhitungan pajak secara jabatan, petugas pemeriksa harus terlebih dahulu melakukan prosedur pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang – Undangan yang berlaku. Penetapan pajak secara jabatan daoat didasarkan pada data omset yang diperoleh melalui salah satu atau lebih dari
3 tiga cara metode pemeriksaan dengan tahapan prioritas sebagai berikut : a.
Berdasarkan hasil kas opname. b.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung dilokasi tempat usaha Wajib Pajak.
c. Berdasarkan data pembanding.
e. Pembayaran
Pembayaran pajak terutang harus dilakukan secara sekaligus dan lunas di Kas Daerah Melalui Bendahara Penerima Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah atau tempat lain yang dihunjuk paling lama 15 lima belas hari setelah berakhirnya masa pajak dengan menggunakan SSPD. Apabila
batas waktu pembayaran jatuh pada hari libur, maka batas waktu pembayaran jatuh pada satu hari berikutnya. Diamana apabila pembayaran masa pajak terutang
dilakukan setelah jatu tempo pembayaran, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga keterlambatan sebesar 2 dua persen sebulan untuk jangka waktu paling
lama 24 jam dua puluh empat jam dan ditagih dengan STPD. Pemeriksaan hasil kas opname dilakukan sesuai prosedur yang lazim dan
dilakukan paling sedikit sebanyak 5 lima kali kunjungan dengan waktu dan hari yang berbeda. Hasil kas opname tersebut akan dipakai sebagai nilai omzet perhari
yang merupakan nilai rata – rata dari keseluruhan penerimaan kas menurut hasil kas opname tersebut. Pemeriksaan berdasarkan hasil pengamatan langsung
dilokasi tempat usaha Wajib Pajak dilakukan dengan tindak penungguan sekurang – kurangnya sebanyak 10 sepuluh kali sesuai jam operasi baik secara terus
menerus maupun berselang. Pajak terutang dalam SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD wajib dilunasi
dalam jangka waktu paling lama 30 tiga puluh haru sejak tanggal diterbitkan. Pajak terutang dalam SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD yang tidak atau kurang
dibayar setelah jatuh tempo pembayaran, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 dua persen per bulan.
Terhadap penyelenggara hiburan dilakukan atas nama atau tanggungan beberapa penyelenggara atau oleh satu orang atau beberapa badan, maka masing –
masing anggota penyelenggara atau pengurus badan dianggap sebagai Wajib pajak Hiburan dan bertanggung jwab renteng dan kewajiban pembayaran pajak.
Pemilik atau pengelola atau restoran yang bertanggung jawab terhadap pembayaran Pajak Hiburan terutang atas penyelenggaraan hiburan dihotel atau
restoran, termasuk pemilik atau pengelola tempat usaha yang lain yang menyelenggarakan Hiburan, kecuali ditentukan lain. Apabila penyelenggara
hiburan dilakukan dihotel atau restoran yang bukan menyatu dengan pengelolaan hotel atau restoran, dikenakan Pajak Hiburan yang dipunggut kepada Wajib Pajak
Hiburan Hotel dan atau Wajib Pajak Hiburan Restoran, kecuali ditentukan lain. Pembayaran Pajak hiburan dapat diakukan Wajib Pajak Hiburan dalam
bentuk cek dan sejenisnya, surat pernyataan utang kompensasi dari kewajiban pajak daerah sebelumnya. Dalam hal pembayaran oleh Subjek Pajak kepada
Wajib Pajak Hiburan dipengaruhi oleh hubungan istimewa maka harga jual atau harga penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang wajar pada saat itu. Harga
pasar yang wajar adalah harga pasar yang berlaku juga untuk Subjek Pajak atau pengunjung lainnya pada saat itu ditempat hiburan yang bersangkutan.
f. Pembayaran Angsuran dan Penundaan Pembayaran
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu atau pejabat yang ditunjuk atas permohonan Wajib Pajak setelaj
memenuhi persyaratan yang ditentukan, dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayar pajak yang terutang dalam SKPDKB,
SKPDKBT atau STPD, dengan dikenakan bunga sebesar 2 dua persen sebulan.
Tata cara pembayaran angsuran dan penundaan pembayaran pajak terutang dilakukan sebagai berikut :
a. Wajib Pajak yang akan melakukan pembayaran secara angsuran maupun
menunda pembayaran pajak, harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Labuhan Batu dengan disertai alas an yang jelas dan
melampirkan fotokopi SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD yang diajukan permohonannya.
b. Permohonan harus sudah diterima Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu paling lama 7 tujuh hari sebelum jatuh tempo pembayaran yang telah ditentukan.
c. Permohonan harus melampirkan rincian utang pajak untuk masa pajak atau
tahun pajak yang bersangkutan serta alasan – alasan yang mendukung diajukannya permohonan.
d. Terhadap permohonan pembayaran secara angsuran maupun penundaan
pembayaran yang disetujui Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu dituangkan dalam surat keputusan,
baik keputusan pembayaran secara angsuran maupun penundaan pembayaran yang ditandatangani bersama oleh Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu dan Wajib Pajak yang bersangkutan.
e. Pembayaran angsuran diberikan paling lama untuk 10 sepuluh kali
angsuran dalam jangka waktu 10 sepuluh bulan terhitung sejak tanggal surat keputusan angsuran, kecuali ditetapkan lain oleh Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu berdasarkan alasan Wajib Pajak yang dapat diterima.
f. Penundaan pembayaran diberikan untuk paling lama 4 empat bulan
terhitung mulai tanggal jatuh tempo pembayaran yang termuat dalam SKPDKB, SKPDKBT dan STPD, kecuali ditetapkan lain oleh Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu berdasarkan alasan Wajib Pajak yang dapat diterima.
g. Pembayaran angsuran atau penundaan pembayaran dikenakan bunga
sebesar 2 dua persen sebulan. Perhitungan untuk pembayaran angsuran adalah sebagai berikut :
a. Perhitungan sanksi bunga dikenakan hanya terhadap jumlah sisa angsuran\
b. Jumlah sisa angsuran adalah hasil pengurangan antara besarnya sisa pajak
yang belum atau akan dianggur, dengan pokok pajak angsuran. c.
Pokok Pajak angsuran adalah hasil pembagian antara jumlah pajak terutang yang akan diangsur, dengan jumlah bulan angsuran.
d. Bunga adalah hasil perkalian antara jumlah sisa angsuran dengan bunga
sebesar 2 dua persen. e.
Besarnya jumlah yang harus dibayar tiap bulan angsuran adalah pokok pajak angsuran ditambah dengan bunga sebesar 2 dua persen.
Perhitungan untuk penundaan pembayaran adalah sebagai berikut : a.
Perhitungan bunga dikenakan terhadap seluruh jumlah pajak terutang yang akan ditunda, yaitu hasil perkalian antara bunga 2 dua persen dengan
jumlah bulan yang ditunda, dikalikan dengan seluruh jumlah utang pajak yang akan ditunda
b. Besarnya jumlah yang harus dibayar adalah seluruh jumlah utang pajak
yang ditunda, ditambah dengan jumlah bunga 2 dua persen sebulan. c.
Penundaan pembayaran harus dilunasi sekaligus paling lama pada saat jatuh tempo penundaan yang telah ditentukan dan tidak dapat diangsur.
d. Terhadap wajib Pajak yang telah mengajukan permohonan pembayaran
secara angsuran, tidak dapat mengajukan permohonan penundaan pembayaran untuk surat ketetapan pajak yang sama.
e. Bentuk dan isi surat keputusan pembayaran angsuran dan penundaan
pembayaran serta bentuk formulir yang berhubungan dengan penyelesaian permohonan angsuran dan penundaan pembayaran pajak, ditetapkan oleh
Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu
g. Pengawasan
Dalam rangla pelaksanaan pengwasan pembayaran pajak daerah, Kepala Daerah berwenang menhubungkan sarana pembayaran Wajib Pajak Daerah
dengan sistem pengawasan perpajakan dalam jaringan sistem informasi Pemerintah Daerah danatau sistem Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu. Untuk keperluan pelaksanaan pengawasan, Kepala Dinas menempatkan Petugas yang dihunjuk oleh Kepala
Dinas berwenang yang dilengkapi surat tugas danatau peralatan baik sitem manual danatau sistem online ditempat berlangsungnya kegiatan hiburan.
Pengawasan terhadap pembayaran pajak melalui sarana pembayaran Wajib Pajak dilakukan dengan cara menghubungkan mesin kas register atau komputer yang
dimiliki Wajib Pajak dipergunakan sebagai sarana transaksi penerimaan, dengan komputer milik Pemerintah Daerah melalui sistem jaringan informasi Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
h. Penagihan
Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhanbatu dapat menerbitkan STPD apabila :
a. Pajak Daerah dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
b. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai
akibat salah tulis danatau salah hitung. c.
Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD, ditambah dengan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen setiap bulan untuk paling lama 15 lima belas bulan sejak saat terutangnya pajak. Pajak yang tidak
atau kurang stelah jatuh temp pembayaran atau terlambat dibayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan, dan ditagih
dengan STPD. Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak yang terutang dalam SKPDKB,
SKPDKBT, STPD, Sura Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar setelah
jatuh tempo pembayaran. Tahapan dan urutan pelaksanaan penagihan Pajak Terutang yang tidak
atau kurang bayar setelah jatuh tempo pembayaran, diatur sebagai berikut : a.
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhanbatu atau pejabat yang dihunjuk dalam waktu sekurang –
kurangnya 7 tujuh hari penerbitan dan penyampaian Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang tercantum dalam SKPD, STPD, Surat
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding dengan meminta tanda penerimaan Surat Teguran.
b. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Labuhanbatu selaku menerbitkan Surat Paksa dan Surat Paksa tersebut diberitahukan oleh Juru Sita Pajak kepada Wajib Pajak atau penanggung
pajak dalam waktu paling singkat 21 dua puluh satu hari setelah surat teguran diterima Wajib Pajak dengan membuat Berita Acara
Pemberitahuan Surat Paksa. c.
Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhanbatu selaku pejabat memberikan surat perintah
melaksanakan penyitaan dan Juru Sita Pajak melaksanakan penyitaan atas barang – barang milik Wajib
d. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Labuhanbatu selaku pejabat penerbitan Surat Pencabutan Sita dan Juru Sita Pajak penyampiannya kepada Wajib Pajak, apabila :
1. Wajib Pajak atau penanggung pajak telah melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak. 2.
Berdasarkan putusan pengadilan atau putusan pengadilan pajak. 3.
Ditetapkan lain dengan keputusan Kepala Daerah e.
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhanbatu atau pejabat yang dihunjuk dalam waktu singkat 14 empat
belas hari setalah pelaksanaan penyitaan, mengumumkan penjualan secara lelang atas barang – barang milik Wajib Pajak yang telah disita
melalui media massa.
f. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Labuhanbatu selaku pejabat melaksanakan penjualan secara lelang atas barang – barang milik Wajib Pajak bertempat di Badan Urususan Piutang
dan Lelang Negara BUPLN dalam waktu paling singkat 14 empat belas hari setelah pengumuman lelang.
g. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Labuhanbatu menerbitakan Surat kesempatan terakhir untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dan Juru Sita Pajak menyampaikan
kepada Wajib Pajak. h.
Lelang tidak akan dilaksanakan apabila Wajib Pajak telah meluinasi utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan pajak, atau objek lelang
musnah. Ketentuan mengenai pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Paksa
sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang – undangan yang berlaku. Pengajuan Keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan penundaan
pelaksanaan penagihan dengan Surat Paksa. Pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Paksa, tidak mengakibatkan penundaan hak Wajib Pajak mengajukan
keberatan pajak dan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan, dan pengahapusan atau pengurangan sanksi administrasi.
Penagihan pajak dapat dilakukan seketika dan sekaligus tanpa menunggu jatuh tempo pembayaran, apabila :
a. Wajib Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama – lamanya atau
berminat untuk itu.
b. Wajib Pajak memindahkan barang yang dimiliki atau dikuasai dalam
rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang diakukan di Indonesia.
c. Terdapat tanda – tanda bahwa Wajib Pajak akan membubarkan Badan
Usahanya, atau menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangakan perusahannya yang dimiliki atau dikuasainya,
atau melakukan perubahan bentuk lainnya, d.
Badan usaha akan dibubarkan oleh Pemerintah Daerah. e.
Terjadinya penyitaan atas barang Wajib Pajak oleh pihak ketiga, atau terdapat tanda – tanda kepailitan.
B. Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak Daerah
Pembayaran adalah proses pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang harus dilunasi paling lama 6 enam bulan sejak tanggal diterimanya surat
ketetapan pajak daerah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah oleh Wajib Pajak. Pajak yang terutang surat ketetapan pajaknya harus dilunasi paling lama 6
enam bulan sejak tanggal diterimanya surat ketetapan pajak daerah oleh Wajib Pajak. Sementara pajak yang terutang berdasarkan SKPD harus dilunasi paling
lama 1 satu bulan sejak tanggal diterimanya SKPD oleh Wajib Pajak. Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang
dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2 dua persen sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka
waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan. Pajak yang terutang dapat dibayar melalui Bank atau Tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati dan atau melalui
Petugas Pemungutan.
Pemabayaran pajak terutang melalui Bank atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati dapat dilakukan secara langsung ke tempat pembayaran yang
ditunjuk. Pembayaran dengan cek BankGiro Bilyet Bank, baru dianggeap sah apabila telah dilakukan kliring. Dimana Wajib Pajak menerima SSPD sebagai
bukti telah melunasi pembayaran pajak dari Bank atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati. Bank atau tempat lain tersebut juga berkewajiban untuk
mengeluarkan bukti pembayaran kepada Wajib Pajak yang melakukan pembayaran melalui kiriman uang atau transfer.
Pembayaran juga dapat dilakukan melalui petugas pemungut yang dengan cara, yaitu :
a. Wajib pajak menyetorkan pembayaran pajak melalui petugas pemungut.
Selanjutnya petugas pemungut yang menerima setoran pembayaran pajak dari Wajb Pajak tersebut menyetorkan ke Bank atau tempat lain yang
ditentukan oleh Bupati pada hari yang sama atau paling lama 1 x 24 jam. b.
Wajib Pajak menerima Surat Setoran Pajak Daerah sebagai bukti pembayaran pajak yang sah dari Tempat Pembayaran melalui petugas
pemungut. Pajak yang terutang dapat dibayar Wajib Pajak sesuai dengan SKPD yang
diterima dari Bendahara Khusus Penerima Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah atau ke Kas Daerah pada PT. Bank Sumut Cabang
Rantau Prapat Nomor Ac. 210.01.02.002500.0 atau kepada petugas yang ditunjuk. Pemabayaran dengan cek BankGiro Bilyet Bank, baru dianggap sah jika telah
dilakukan kriling. Pembayaran pajak terutang melalui petugas pemungut kecamatan.
BAB IV HAMBATAN DALAM PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DI KOTA
RANTAU PRAPAT
A. Hambatan Pemungutan Pajak Hotel di Kota Rantau Prapat
Dalam pemungutan pajak secara umum baik pajak pusat maupun pajak daerah, seringkali terdapat kendala-kendala yang melemahkan dalam pemungutan
pajak. Kendala-kendala tersebut antara lain:
1. Berbagai peraturan pelaksanaan undang-undang yang sering kali tidak konsisten dengan undang-undangnya.
Melaksanakan tax reform lebih pelik dan makan waktu dibandingkan dengan ketika merancang tax reform dalam undang-undang, apabila peraturan
pelaksanaan yang dijadikan dasar dalam melaksanakan aturan hukum pajak tidak konsisten dengan undang-undang, tentu akan mengakibatkan kendala yang fatal
dalam pemungutan pajak.
2. Kurangnya pembinaan antara pajak daerah dengan pajak nasional.
Pajak daerah dan pajak nasional merupakan satu sistem perpajakan Indonesia, yang pada dasarnya merupakan beban masyarakat sehingga perlu
dijaga agar kebijaksanaan perpajakan tersebut dapat memberikan beban yang adil. Sejalan dengan perpajakan nasional, maka pembinaan pajak daerah harus
dilakukan secara terpadu dengan pajak nasional. Pembinaan harus dilakukan
71
secara terus menerus, terutama mengenai objek dan tarif pajaknya supaya antara pajak pusat dan pajak daerah saling melengkapi.
3. Database yang masih jauh dari standar Internasional.
Kendala lain yang dihadapi aparatur pajak adalah database yang masih jauh dari standar internasional. Padahal database sangat menentukan untuk menguji
kebenaran pembayaran pajak dengan sistem self-assessment. Persepsi masyarakat, bahwa banyak dana yang dikumpulkan oleh pemerintah digunakan secara boros
atau dikorup, juga menimbulkan kendala untuk meningkatkan kepatuhan pembayar pajak. Berbagai pungutan resmi dan tidak resmi, baik di pusat maupun
di daerah, yang membebani masyarakat juga menimbulkan hambatan untuk menaikkan penerimaan pajak.
4. Lemahnya penegakan hukum law enforcement terhadap kepatuhan membayar pajak bagi penyelenggara negara.
Law enforcement merupakan pelaksanaan hukum oleh pejabat yang berwenang di bidang hukum, misalnya pelaksanaan hukum oleh polisi, jaksa,
hakim dan sebagainya. Tidak kalah penting untuk disoroti pelaksanaan hukum di lingkungan birokrasi, khususnya badan pemerintahan di bidang perpajakan dalam
melakukan pemeriksaan terhadap para penyelenggara negara, ternyata belum ada gebrakannya. Seharusnya bila dilakukan tentu membantu dalam mewujudkan
good governance dalam bentuk pemerintahan yang bersih.
19
19
Syofrin Syofyan dan Asyhar Hidayat, Hukum Pajak dan Permasalahannya, Refika Aditaman, Bandung,hlm. 129-130
Penegakan hukum pajak dilakukan dalam bentuk penjatuhan sanksi terhadap pelanggar hukum pajak untuk melindungi kepentingan Negara untuk memperoleh
pembiayaan dari sector pajak mengingat hukum pajak tidak melindungi kepentingan wajib pajak tetapi bahkan melindungi sumber pendapatan Negara
yang terokus pada pemenuhan kewajiban wajib pajak untuk membayar lunas pajak yang terutang. Penegakan hukum di bidang perpajakan dapat dikatakan
masih lemah, hal ini dapat dilihat dari banyaknya wajib pajak yang tidak membayar pajak, maraknya kejahatan korupsi di bidang perpajakan dan para
penegak hukum yang tidak becus dalam menegakkan hukum. Kasus korupsi Gayus merupakan salah satu contoh lemahnya penegakan hukum di Indonesia,
dengan adanya kasus korupsi tersebut berdampak negatif bagi pemungutan pajak di Indonesia, timbul anggapan bahwa membayar pajak nantinya tidak sampai ke
negara tetapi hanya akan dikorupsi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti Gayus.
Sampai saat ini belum terlihat bagaimana Ditjen Pajak menyikapi secara terbuka mengenai kepatuhan membayar pajak tax compliance para
penyelenggara Negara dalam hal dilakukaknnya pemeriksan oleh KPKPN terhadap para penyelenggara Negara dikaitkan dengan kepatuhan membayar
pajak. Seharusnya Ditjen pajak dapat memanfaatkan momentum itu dalam melakukan pemeriksaan berdasarkan kriteria menurut peraturan perundang-
undangan perpajakan. Seperti itu karena tidak tertutup kemungkinan di samping ada indikasi ketidakwajaran dalam LKPN yang diserahkan kepada KPKPN, juga
tidak tertutup kemungkinan Laporan SPT-nya juga bermasalahn, karena perlu
diketahui daftar kekayaan dalam LKPN seharusnya sama dengan laporan dalam Lampiran SPT.
Penegakan hukum pajak sangat dipengaruhi berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Faktor-faktor itu dapat berupa
sebagai sarana pendorong atau sarana penghambat terhadap bekerjanya system hukum sebagai suatu proses yang dikatakan oleh Lawrence M. Friedman 2001:
7-8 terdiri dari : 1 substansi hukum; 2 struktur hukum;dan 3 budaya hukum. Hal ini juga dikemukakan oleh Soerjono Soekento 2004:8 bahwa ada lima
faktor yang dapat mempengaruhi penegakan hukum. Kelima faktor tersebut adalah :
•
Faktor hukumnya sendiri dibatasi pada undang-undang saja;
•
Penegak hukum; yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hokum;
•
Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
•
Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan; dan
•
Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
.
20
Kelima faktor tersebut dirasa belum mendukung sepenuhnya dalam pemungutan pajak di Indonesia yang kemudian menjadi kendala dalam
pemungutan pajak baik pajak pusat maupun pajak daerah.
20
Muhammad Djafar Saidi, Perlindungan Hukum Wajib Pajak dalam Penyelesaian Sengketa Pajak, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 114-115
5. Kurangnya atau tidak adanya kesadaran masyarakat.
Dalam pemungutan pajak dituntut kesadaran warga negara untuk memenuhi kewajiban kenegaraan. Kurangnya atau tidak adanya kesadaran
masyarakat sebagai wajib pajak untuk membayar pajak ke negara mengakibatkan timbulnya perlawanan atau terhadap pajak yang merupakan kendala dalam
pemungutan pajak sehingga mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas negara.
Perlawanan terhadap pajak tersebut terdiri dari perlawanan aktif dan perlawanan pasif, yaitu :
a. Perlawanan Pasif.
Perlawanan yang inisiatifnya bukan dari wajib pajak itu sendiri tetapi terjadi karena keadaan yang ada di sekitar wajib pajak itu. Perlawanan pasif terdiri
dari hambatan-hambatan yang mempersukar pemungutan pajak dan yang erat hubungannya dengan struktur ekonomi suatu negara, perkembangan intelektual
dan moral penduduk, dan dengan teknik pemungutan pajak itu sendiri.
21
21
R.Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco, Bandung. 1986, hlm. 13
1 Struktur ekonomi
Struktur ekonomi suatu Negara mempengaruhi pemungutan pajak di negara tersebut. Hal ini terkait dengan penghitungan pendapatan netto oleh wajib
pajak sesuai dengan norma perhitungannya.
2 Perkembangan moral dan intelektual penduduk
Perlawanan pasif yang timbul dari lemahnya sistem kontrol yang dilakukan oleh fiscus ataupun karena objek pajak itu sendiri sulit untuk dikontrol.
3 Cara hidup masyarakat di suatu Negara
Cara hidup masyarakat di suatu negara mempengaruhi besar kecilnya penghasilan yang mereka peroleh dan besar kecilnya penghasilan tersebut
mempengaruhi besar kecilnya penerimaan kas negara.
4 Teknik pemungutan pajak.
Cara perhitungan pajak yang rumit dan memerlukan pengisian formulir yang rumit menyebabkan adanya penghindaran pajak, prosedur yang berbelit-belit
yang menyulitkan pembayar pajak dan membuka celah untuk negosiasi antara petugas dan pembayar pajak juga dapat mengakibatkan adanya penghindaran
pajak, maka perlu diadakan penyuluhan pajak untuk menghindari adanya perlawanan pasif terhadap pajak.
b. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif adalah perlawanan yang inisiatifnya berasal dari wajib pajak itu sendiri. Hal ini merupakan usaha dan perbuatan yang secara langsung
ditujukan terhadap fiscus dan bertujuan untuk menghindari pajak atau mengurangi kewajiban pajak yang seharusnya dibayar. Ada tiga cara perlawanan aktif
terhadap pajak, yaitu:
1 Penghindaran Pajak Tax Avoidance
Penghindaran yang dilakukan wajib pajak masih dalam kerangka peraturan perpajakan. Penghindaran pajak terjadi sebelum SKP keluar. Dalam penghindaran
pajak ini, wajib pajak tidak secara jelas melanggar undang-undang sekalipun kadang-kadang dengan jelas menafsirkan undang-undang tidak sesuai dengan
maksud dan tujuan pembuat undang-undang. Penghindaran pajak dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
a Menahan Diri, yang dimaksud dengan menahan diri yaitu wajib pajak tidak melakukan sesuatu yang bisa dikenai pajak.
b Pindah Lokasi, yaitu memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi yang tarif pajaknya tinggi ke loksi yang tarif pajaknya rendah.
c Penghindaran Pajak Secara Yuridis
Perbuatan dengan cara sedemikian rupa sehingga perbuatan-perbuatan yang dilakukan tidak terkena pajak. Biasanya dilakukan dengan memanfaatkan
kekosongan atau ketidak jelasan undang-undang. Hal inilah yang memberikan dasar potensial penghindaran pajak secara yuridis. Celah undang-undang
merupakan dasar potensial penghindaran pajak secara yuridis. Suatu undang- undang dirumuskan tidak jelas karena kesengajaan maupun ketidaksengajaan
pembuat Undang-Undang. Kesengajaan pembuat undang-undang terjadi karena latar belakang pembuat undang-undang tersebut adalah pemerintah dan parlemen,
di mana parlemen mewakili berbagai kepentingan yang berbeda dan bisa saling bertolak belakang antara satu dan yang lainnya. Dua kepentingan yang paling
dominan di parlemen adalah anggota parlemen yang mewakili kelompok buruh dan pemilik modal. Apabila diajukan undang-undang yang menyinggung dua
pihak tersebut, diusahakan dicarikan jalan kompromi terhadap substansi masalahnya. Namun ini sulit dilakukan kaena menyangkut kepentingan yang
berbeda. Lalu dicarilah jalan kompromi terhadap perumuasn yang bisa diterima oleh semua pihak. Masing-masing pihak bebas menafsirkan undang-undang
tersebut sesuai dengan kepentingan masing-masing pihak. Pada akhirnya, undang- undang tersebut mengambang. Bisa saja wajib pajak menafsirkan sesuai
kepentingannya dan fiscus menafsirkan sesuai dengan kepentingan negara.
2 Pengelakan Pajak Tax Evasion
Pengelakan pajak dilakukan dengan cara-cara yang melanggar Undang- Undang. Pengelakan pajak terjadi sebelum SKP dikeluarkan. Hal ini merupakan
pelanggaran terhadap undang-undang dengan maksud melepaskan diri dari pajakmengurangi dasar penetapan pajak dengan cara menyembunyikan sebagian
dari penghasilannya. Wajib pajak di setiap negara terdiri dari wajib pajak besar berasal dari multinational corporation yang terdiri dari perusahaan-perusahaan
penting nasional dan wajib pajak kecil berasal dari profesional bebas yang terdiri dari dokter yang membuka praktek sendiri, pengacara yang bekerja sendiri, dll.
Secara umum tindakan yang dilakukan untuk mengelakkan diri dari pajak adalah sebagai berikut
22
22
Hilarious Abut, Perpajakan, Diadit Media, Jakarta, 2005, hlm. 24-25
:
a Pergeseran, yaitu menggeserkan beban pajak kepada pihak lain seperti yang berlaku dalam Pajak Pertambahan Nilai PPN dengan sistem mekanisme kredit
pajak.
b Kapitalisasi, yaitu pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli seperti yang berlaku dalam
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB.
c Transformasi, yaitu pengelakan pajak yang dilakukan oleh perusahaan industri dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya.
Penghindaran ini lebih dikenal dengan mekanisme transfer pricing pemindahan hak dimana harga jual diturunkan sesuai dengan kepentingannya sehingga pajak
dikenakan terhadapnya. Penghindaran ini lebih dikenal dengan mekanisme transfer pricing pemindahan hak dimana harga jual diturunkan sesuai dengan
kepentingannya sehingga pajak yang dibayar oleh pembeli menjadi lebih kecil
d Tax avoidance, yaitu penghindaran pajak dengan cara-cara yang legal dan diperbolehkan menurut peraturan perpajakn melalui celah-celah atau peluang
dalam pelaksanaan peraturan perpajakan sehingga pajak yang dibayar menjadi kecil.
e Tax Evasion, yaitu penghindaran pajak dengan cara menghilangkan data- data keuangan serta pengecilan omset , memperbesar biaya sehingga lebanya
menjadi kecil,. Pengelakan seperti ini akan dikenakan dengan sanksi yang berat.
3 Melalaikan Pajak
Melalaikan pajak dilakukan dengan cara menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas yang harus terpenuhi. Melalaikan
pajak terjadi setelah SKP keluar. Melalaikan pajak adalah menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas-formalitas yang
harus dipenuhi oleh wajib pajak dengan cara menghalangi penyitaan.
Selain bentuk-bentuk perlawanan di atas, H. J. Hofstra, ahli hukum pajak dari Belanda, menambahkan bahwa salah satu bentuk perlawanan aktif pajak yaitu
pelimpahan pajak. Hal ini biasa dilakukan oleh wajib pajak dengan melimpahkan kewajiban pajak langsungnya ke pihak lain atau pihak ke tiga. Hal ini adalah
pelanggaran undang-undang karena pajak langsung dikenakan kepada wajib pajak untuk wajib pajak itu sendiri tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain. Karena
wajib pajak itu sendiri merupakan destinator.
Reaksi lain sebagai gejala perlawanan terhadap pajak yaitu kompensasi pajak secara negatif. Kompensasi pajak secara negatif yaitu melepaskan pekerjaan
sampingan untuk menghindari tarif pajak yang lebih tinggi. Kompensasi pajak secara positif bukan merupakan perlawanan terhadap pajak. Hal ini bahkan
menguntungkan bagi kas negara.
Adapun dalam pemungutan Pajak Hotel di Kota Rantau Prapat terdapat beberapa hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan pajak tersebut,
yaitu :
1. Banyak pemikiran Wajib Pajak kurang bisa memahami pentingnya
pemungutan pajak. 2.
Kurangnya sosialiasi tentang peraturan tentang pajak kepada masyarakat, yang membuat masyarakat tidak mengerti tentang peraturan perpajakan.
3. Kesadaran warga masyarakat dalam membayar pajak masih rendah,
sedangkan pajak adalah sumber Pendapatan Asli Daerah PAD. 4.
Adanya keberatan dari sebagian masyarakat atas tarif pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Partisipasi warga masyarakat sendiri dalam membayar pajak sangatlah
kurang. 6.
Sosialiasi yang kurang tentang peraturan tentang pajak kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak mengerti tentang peraturan perpajakan.
B. REALISASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DI KOTA RANTAU PRAPAT
1. Daftar Hotel