2.6.4. Ketangguhan Toughness
Ketangguhan adalah pengukuran sebenarnya dari energi yang dapat diserap oleh suatu material sebelum material tersebut patah.
2.7 Perilaku Thermoplastik Saat Diuji Tarik
Perilaku mekanika polimer thermoplastik sebagai respon terhadap
pembebanan secara umum dapat dijelaskan dengan mempelajari hubungan antara struktur rantai molekulnya dan fenomena yang teramati.
Gambar 2.13 Spesimen Uji Tarik dan Perilaku Polimer Termoplastik pada saat mengalami pembebanan pada Mesin Uji Tarik
sumber: http:diajengsekar.blogspot.com201308dasar-tegangan-dan-regangan.html
Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut
“Ultimate Tensile
Strength” disingkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik
maksimum.
Menurut Hukum Hooke
Hooke’s Law, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan
panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
rasio tegangan stress dan regangan strain adalah konstan. Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan
dan strain adalah pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan
.
Universitas Sumatera Utara
Stress:
σ =
� �
Dimana F adalah gaya tarikan N ; A luas penampang mm
2
; σ adalah tegangan
MPa. Nilai F didapat dengan menggunakan rumus F=Load x 9,807N dimana
Load adalah beban atau gaya yang diberikan pada saat benda putus break.
Strain:
ε
=
∆� ��
� ΔL adalah pertambahan panjang mm ; Lo adalah panjang awal mm ; ε adalah
regangan Maka hubungan antara stress dan strain dapat dirumuskan:
E =
� �
; dimana E adalah Modulus Elastisitas Untuk memudahkan pembahasan, grafik pada gambar 2.13 kita modifikasi
sedikit dari hubungan antara gaya tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara tegangan dan regangan stress vs strain. Selanjutnya kita dapatkan gambar
2.14, yang merupakan kurva standar ketika melakukan eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, dimana
perbandingan tegangan σ dan regangan
ε selalu tetap. E diberi nama “Modulus Elastisitas” atau “Young Modulus”. Kurva
yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS SS curve.
Gambar 2.14 Kurva tegangan-regangan
sumber: http:diajengsekar.blogspot.com201308dasar-tegangan-dan-regangan.html
Gambar 2.14 menjelaskan beberapa hal sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Pada daerah linear dinyatakan apabila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik sebelum titik luluh, kemudian bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut
akan kembali ke kondisi semula tepatnya hampir kembali ke kondisi semula sehingga disebut dengan daerah deformasi elastis,
yaitu regangan ―nol‖ pada titik 0. Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik luluh, hukum Hooke
tidak lagi berlaku dan terdapat perubahan permanen dari bahan sehingga disebut dengan daerah deformasi plastis. Terdapat konvensi batas regangan
permamen permanent strain sehingga masih disebut perubahan elastis yaitu kurang dari 0.03, tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005. Tidak ada
standarisasi yang universal mengenai nilai ini. Titik luluh yield strength adalah batas atau titik atau daerah peralihan fase
elastis dan fase plastis Ultimate tensile strength adalah merupakan besar tegangan maksimum yang
didapatkan dalam uji tarik. Titik putus adalah merupakan besar tegangan di mana bahan yang
diuji putus atau patah. Modulus elastisitas young modulus adalah kecenderungan suatu benda untuk
berubah bentuk sepanjang sumbu ketika stress berlawanan diaplikasikan sepanjang sumbu itu; itu didefinisikan sebagai rasio tegangan tarik terhadap
regangan tarik. Perilaku mekanik dari polimer thermoplastik secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu: 1 Perilaku Elastik, 2 Perilaku Plastik, dan 3 Perilaku Visko-Elastik.
Berikut Kurva Tegangan Regangan Suatu Polimer Thermoplastik:
Gambar 2.15 Kurva Tegangan Regangan Suatu Polimer Thermoplastik Rahmat Saptono, 2007
Universitas Sumatera Utara
Perilaku thermoplastik secara umum adalah elastik non-linear yang tergantung pada waktu time-dependent. Hal ini dapat dijelaskan dari 2 mekanisme yang terjadi
pada daerah elastis, yaitu: 1 distorsi keseluruhan bagian yang mengalami deformasi, dan 2 regangan dan distorsi ikatan-ikatan kovalennya. Perilaku elastik non-inear
atau non-proporsional pada daerah elastis terutama berhubungan dengan mekanisme distorsi dari keseluruhan rantai molekulnya yang linear atau linear dengan cabang.
Gambar 2.16 Perilaku Elastik Polimer Thermoplastik Rahmat Saptono, 2007 Perilaku plastis pada polimer thermoplastik pada umumnya dapat dijelaskan
dengan mekanisme gelinciran rantai chain sliding. Ikatan sekunder sangat berperan dalam mekanisme ini sebagaimana diilustrasikan dalam gambar. Mula-mula akan
terjadi pelurusan rantai liner molekul polimer yang keadaannya dapat diilustrasikan seperti ‗mie‘ dengan ikatan sekunder dan saling kunci mekanik. Selanjutnya akan
terjadi gelinciran antar rantai molekul yang telah lurus pada arah garis gaya. Ikatan sekunder dalam hal ini akan berperan sebagai semacam ‗tahanan‘ dalam
proses gelincir atau deformasi geser shear antar rantai molekul yang sejajar searah dengan arah garis gaya. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa ikatan sekunder
sangat menentukan ketahanan polimer thermoplastik terhadap deformasi plastik atau yang selama ini kita kenal dengan kekuatan strength dari polimer.
Gelinciran rantai molekul polimer thermoplastik dapat pula dilihat sebagai aliran viskos dari suatu fluida. Kemudahan molekul polimer untuk dideformasi secara
permanen dalam hal ini berbanding lurus dengan viskositas dari polimer.Dari persamaan umum dapat dilihat bahwa tegangan geser akan menyebabkan gradien
Universitas Sumatera Utara
kecepatan antar rantai molekul yang dapat menyebabkan deformasi permanen tergantung pada viskositasnya.
Gambar 2.17 Perilaku Plastik Polimer Thermoplastik Rahmat Saptono, 2007 Perilaku penciutan necking dari polimer thermoplastik amorphous agak
sedikit berbeda dengan perilaku penciutan logam pada umumnya. Hal ini disebabkan karena pada saat terjadi penciutan akan terjadi kristalisasi yang menyebabkan
penguatan lokal pada daerah tersebut dan penurunan laju deformasi.
Gambar 2.18 Penciutan dan Kristalisasi Polimer Thermoplastik Amorphous pada Pengujian Tarik Rahmat Saptono, 2007
Visko-elastisitas berhubungan perilaku polimer thermoplastik saat dideformasi yang terjadi dengan deformasi elastis dan aliran viskos ketika beban diaplikasikan
pada bahan. Hal ini berhubungan dengan ketergantungan perilaku bahan terhadap
Universitas Sumatera Utara
waktu pada saat deformasi elastis dan plastis. Secara sederhana perilaku viskoelastis dapat disimulasikan dengan mengkombinasikan persamaan Pegas Hooke dan
Dashspot. Regangan, misalnya, dapat diasumsikan seri atau paralel, menggunakan Elemen Maxwell dan Elemen Voight-Kelvin.
Gambar 2.19 Deformasi pada polimer setelah pengujian tarik Callister
Keterangan Gambar 2.17: A. Elastis
– Getas B. Elastis
– Plastik C. Elastisitas tinggi
2.8 Makrostruktur Pada Polimer