Fungsi Label Label Kemasan .1 Fungsi Kemasan

tersebut. Cara pencantuman tanggal kadaluwarsa dan peringatannya adalah sebagai berikut : a. Tanggal kadaluwarsa dinyatakan dalam tanggal, bulan, tahun, untuk pangan yang daya simpannya sampai 3 bulan. b. Untuk yang lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun. c. Tanggal kadaluwarsa dicantumkan pada tempat yang jelas dan mudah terbaca, serta tidak mudah rusak atau terhapus. 2. Label Halal Berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang label halal dan iklan pangan menyebutkan label adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan. Label dimaksud tidak mudah lepas dari kemasannya, tidak mudah luntur atau rusak, serta, terletak pada bagian kemasan pangan yang mudah dilihat dan dibaca. Menurut Peraturan Pemerintah Pasal 10 Nomor 69, setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untik diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label. 3. Izin BPOM Izin BPOM berarti makanan itu telah mendapat izin dari badan pengawas obat dan makanan dan memenuhi persyaratan keamanan produk serta tidak mengandung bahan-bahan berbahaya. 4. Petunjuk Cara Penyimpanan Pangan olahan dalam kemasan yang tidak mungkin dikonsumsi dalam satu kali makan harus mencantumkan cara penyimpanan setelah kemasan dibuka. 5. Isi Bersih Isi Bersih merupakan jumlah isi atau kuantitas isi produk di dalam kemasan yang telah di takar oleh perusahaan untuk memberikan keterangan kepada konsumen. Sebab, selain memperhatikan kualitas produk, sebagian konsumen juga mempertimbangkan kuantitas produk di setiap kemasan makanan. Berikut ini gambar-gambar label yang dijelaskan di atas. Gambar 2.1 Contoh label makanan 1 isi bersih 2 Izin Badan POM 3 Tanggal Kadaluarsa,4 label halal, 5 Petunjuk Cara penyimpanan

2.6. 3 Undang-undang kemasan dan pelabelan

Undang-undang kemasan dan pelabelan menunjuk komisi perdagangan federal FTC dan badan pengawas makanan dan obat-obatan FDA untuk menerbitkan peraturan yang menentukan bahwa semua “komoditas konsumsi” diberi label yang menyebutkan isi bersih, identitas komoditas, dan nama serta tempat bisnis produsen, pengemas, atau distributor. Undang-undang tersebut memberi wewenang bagi peraturan-peraturan tambahan bila diperlukan untuk mencegah penipuan terhadap konsumen atau untuk memfasilitasi perbandingan nilai terhadap deskripsi komposisi produk, pengisian kemasan yang tidak penuh, “pengurangan berat” atau label harga yang lebih murah, dan karakterisasi ukuran kemasan. Kantor urusan penimbangan dan pengukuran badan standar dan tekhnologi nasional, departemen perdangan AS, diberi wewenang untuk mempromosikan keseragaman peraturan negara bagian dan federal mengenai pelabelan komoditas konsumsi Mariane dan Sandra, 2007: 24.

2.6.4 Informasi Produk

Informasi produk bisa hadir dalam beberapa bentuk. Dalam satu pengertian, seluruh komponen kemasan sebelumnya seperti desain dan warna memberi informasi pada konsumen atau membawa makna tentang apa yang tersirat dalam kemasan. Namun, saat digunakan dalam pengertian yang lebih terbatas, informasi produk merujuk kata-kata kunci pada kemasan, informasi pada panel atau permukaan dibagian belakang, bahan-bahan, peringatan, gambar-gambar, serta ilustrasi. Suatu contoh efektifitas informasi yang tercakup dalam kemasan datang dari bidang pengalaman yang mengukur penjualan roti mingguan. Ketika pernyataan “dibuat dengan 100 persen bahan-bahan alami: tanpa bahan adiktif senyawa tambahan” ditambahkan pada kemasan, volume penjualan meningkat. Ketika pesan tersebut diganti, penjualan kembali ke level sebelumnya. Kata-kata baru, disempurnakan, dan bebas, secara frekuentif muncul pada berbagai kemasan. Kata-kata tersebut menstimulasi pembelian uji coba yang segera atau menyimpan kembali pola pembelian merek bagi konsumen sebelumnya yang telah berganti ke merek lainnya. Lebih jauh, kata-kata kunci tersebut kiranya menawarkan perubahan konsumen, kebaruan, dan kegembiraan. Terdapat pernyataan manakala kata-kata kunci tersebut terlalu banyak dipakai di pasar. Salah satu studi mengarahkan bahwa klaim-klaim baru dan disempurnakan pada kemasan tidak secara signifikan berpengaruh pada evaluasi konsumen atas produk-produk rumah tangga dan perawatan pribadi. Riset kelanjutan diperlukan untuk mendukung atau menolak poin ini. Barang kali, disana terdapat kebutuhan untuk memotivasi kata-kata baru. Beberapa contoh bisa jadi menggunakan angka, seperti dalam Gleem II pasta gigi dan Clorox 2 pemutih cucian. Nama-nama tersebut memberi informasi pada konsumen bahwa terdapat produk baru dan versi pengembangan dari merek lama tanpa secara langsung menggunakan kata-kata yang sudah basi semacam itu. Dalam beberapa contoh, penempatan slogan yang pendek dan mudah diingat pada suatu kemasan adalah taktik pemasaran yang bagus. Slogan-slogan pada kemasan paling baik digunakan ketika suatu asosiasi yang kuat telah terbangun diantara merek dan slogan melalui periklanan yang efektif dan ekstensif. Slogan pada kemasan merupakan pengingat iklan merek yang kongkrit yang bisa memfasilitasi pencarian ulang isi iklan dan oleh karenanya meningkatkan berbagai peluang pembelian uji coba Shimp, 2003: 311-312.

2.7 Keefektifan Iklan

Keefektifan berasal dari bahas inggris “effectiveness”, keefektifan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 284 berarti “keberhasilan tentang usaha, tindakan”. Kata effectiveness dalam Webster’s New Twentith Century Dictionary berarti “the quality of being effective” yang merujuk pada pengertian seberapa besar sesuatu hal itu efektif Webster, 1979: 577. Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keefektifan iklan layanan sosial yang merujuk pada seberapa besar sebuah iklan itu efektif apakah respon masyarakat yang muncul sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh pembuat iklan atau belum. Sebuah iklan yang tidak memperoleh perhatian dari konsumen tidak akan dibaca, kecuali oleh calon konsumen yang memerlukan produk tertentu dan mencari adanya produk tersebut melalui iklan. Dengan demikian untuk dapat efektif sebuah iklan haruslah menarik agar diperhatikan konsumen. Iklan yang tidak menarik pada prinsipnya merupakan pemborosan Kasali, 1992: 83. Jika iklan tidak menarik dan tidak dibaca oleh masyarakat pastilah iklan tersebut tidak akan bisa menibulkan reaksi beli masyarakat pada produk yang diiklankan. Jika iklan telah dibuat tidak bisa menimbulkan reaksi beli masyarakat seperti yang diharapkan, besarnya biaya yang telah dihabiskan perusahaan dalam pembuatan iklan akan terbuang sia-sia, bahkan mungkin perusahaan akan menderita kerugian. Menurut Kenneth E. Anderson dalam Rakhmat 2007: 52 perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita konsentrasi pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan- masukan melalui alat indera yang lain. Informasi yang mendapatkan perhatian seseorang akan disimpan dalam memori jangka pendek orang itu. Memori jangka pendek adalah tempat penyimpanan informasi untuk waktu yang terbatas Sumarwan, 2003: 87. Perhatian merupakan bagian dari proses pengolahan informasi. Pada tahap pertama pengolahan informasi, produsen memaparkan stimulus pada konsumen. Stimulus adalah input apapun yang datang dari pemasar yang disampaikan kepada konsumen melalui berbagai media, stimulus bisa berupa iklan, merek, kemasan atau hadiah. Stimulus akan dirasakan oleh satu atau lebih panca indera konsumen. Tapi tidak semua stimulus yang dipaparkan dan diterima konsumen akan mendapat perhatian dan berlanjut pada pengolahan stimulus tersebut. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi perhatian konsumen terhadap stimulus yang diterimanya Sumarwan, 2003: 75. Dua faktor utama yang mempengaruhi perhatian konsumen adalah faktor pribadi dan faktor stimulus. Faktor pribadi adalah karakteristik konsumen yang muncul dari dalam diri konsumen. Faktor pribadi ini meliputi motivasi, kebutuhan dan harapan konsumen. Konsumen yang merasa lapar tentu akan sangat cepat memperhatikan stimulus yang berkaitan dengan makanan. Konsumen akan dengan sengaja memberikan perhatian kepada stimulus yang memberikan solusi pada rasa laparnya. Faktor lain yang mempengaruhi perhatian konsumen adalah