Konsep Daerah Kebudayaan SEJARAH KEBUDAYAAN dan PERADABAN MANUSIA

kebudayaan yang lebih “beradap” oleh para petani di desa-desa itu, dan mnjadi pedoman dan idaman mereka. Hampir semua masyarakat pedesaan di Indonesia, dan khususnya di Jawa, merupakan peasant societies yang berdasarkan bercocok tanam dengan irigasi secara tradisional dan penduduk yang orientasi kebudayaannya merupakan golongan pegawai kebudayaan priyayi di kota-kota administratif. Kebudayaan perkotaan yang kompleks telah menjadi objek perhatian para ahli antropologi, tetutama sesudah Perang Dunia II. Pada masa itu timbul banyak negara baru bekas jajahan, dengan penduduk yang biasanya terdiri dari banyak suku bangsa, golongan bahasa, atau golongan agama, dalam wadah satu negara nasional yang merdeka. Dalam usaha membangun ekonominya secara cepat, kemakmuran diperoleh secara mendadak terutama di kota-kota besar, menarik jutaan penduduk daerah-daerah dari berbagai latar belakang kebudayaan suku bangsa ke kota-kota itu sehingga timbul suatu gejala baru, yaitu gejala hubungan interaki antar suku bangsa di kota-kota besar di negara-negara yang sedang berkembang. Masalah-masalah yang berhubungan dengan gejala tersebut dan juga beberapa masalah yang menjadi pokok perhatian antropologi spesialis, sebagian besar juga timbul di kota-kota menyebabkan ada perhatian luas dari para ahli antropologi terhadap masyarakat kota, dan timbulnya sub ilmu antropologi spesialis yang disebut “antropologi perkotaaan” urban anthropology.

b. Konsep Daerah Kebudayaan

21 Suatu “daerah kebudayaan” culture area merupakan suatu penggabungan atau penggolongan yang dilakukan oleh ahli-ahli antropologi dari suku-suku bangsa yang beragam kebudayaannya, tetapi mempunyai beberapa unsur dari ciri mencolok yang serupa. Demikian suatu sistem penggolongan daerah kebudayaan sebenarnya merupakan suatu sistem klasifikasi yang mengkelaskan beragam suku bangsa yang tersebar di suatu daerah atau benua besar, ke dalam golongan-golongan berdasarkan persamaan unsur kebudayaannya. Hal ini untuk memudahkan gambaran menyeluruh dalam dalam hal penelitian analisis 21 Dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi oleh Prof. Dr. Koentjaraningrat hlm: 214-248 17 atau penelitian komparatif dari suku-suku bangsa di daerah atau benua yang bersangkutan tadi. Saran-saran pertama perkembangan sistem culture area berasal dari seorang pendekar ilmu antropologi di Amerika, F. Boas, walaupun para pengarang dari abad ke-19 tentang kebudayaan dan masyarakat suku- suku bangsa Indian pribumi Amerika telah mempergunakan sistem klasifikasi berdasarkan daerah-daerah geografi di Benua Amerika yang menunjukan banyak persamaan dengan sistem culture area di Amerika Utara yang kita kenal sekarang. Walau benih-benih untuk sistem klasifikasi culture area itu sudah lama ada pada para pengarang etnografi di Amerika Serikat, tetapi murid Boas bernama Clark Wissler yang membuat konsep itu popler dengan bukunya The American Indian 1920. Buku tersebut membicarakan bebagai suku bangsa India Amerika Utara berdasarkan atas sembilan buah culture area. Penggolongan beberapa kebudayaan dalam suatu daerah kebudayaan ditentukan berdasarkan atas persamaan ciri-ciri yang mencolok. Ciri-ciri tersebut tidak hanya berwujud unsur kebudayaan fisik misalnya alat-alat berburu, alat-alat bertani, alat-alat transportasi, senjata, bentuk-bentuk ornamen perhiasan bentuk-bentuk dan gaya pakaian, bentuk-bentuk tempt kediaman dan sebagainya, tetapi juga unsur-unsur kebudayaan yang lebih abstrak dari sistem sosial atau sistem budaya misalnya unsur-unsur organisasi kemasyarakatan, sistem perekonomian, upacara-upacara keagamaan unsur cara berpikir, dan adat- istiadat. Biasanya hanya beberapa kebudayaan di pusat dari suatu culture area itu menunjukan persamaan-persamaan besar dari unsur- unsur alasan tadi, semakin kita manjauh dari pusat, makin berkurang pula jumlah unsur-unsur yang sama, dan akhirnya persamaan itu tidak ada lagi, dan kita masuk ke dalam culture area tetangga. Dengan demikian garis-garis yang membatasi dua culture area itu tidak pernah jelas karena pada daerah perbatasan unsur-unsur dari kedua culture area selalu tampak tercampur. Sifat kurang eksak dari metode klasifikiai culture area tadi telah menimbulakan banyak kritik dari kalangan antropologi sendiri. 18 Kelemahan-kelemahan dari metode itu memang telah lama dirasakan oleh para sarjana, dan suatu verifikasi yang lebih mendalam rupa- rupanya tidak akan mempertajam batas-batas dan culture area, tetapi malah mengaburkannya. Sungguh pun demikian, metode klasifikasi ini diterapkan oleh para sarjana lain terhadap tempat-tempat lain di muka bumi, dan masih banyak dipakai sampai sekarang karena pembagian ke dalam culture area itu memudahkan gambaran keseluruhan dalam hal menghadapi suatu daerah luas dengan banyak beragam kebudayaan di dalamnya. Daerah-daerah kebudayaan penduduk pribumi di berbagai belahan dunia akan disebut atau satu demi satu dengan sedikit keterangan dan contoh dalam sub-sub bab berikut. Daerah-daerah kebudayaan di Amerika dibahas lebih dulu karena sistem klasifikasi culture area, seperti yang telah diuraikan dikembangkan oleh Clark Wissler mengkelaskan beragam kebudayaan penduduk Indian pribumi di Amerika Selatan, Oseania, Afrika, dan Asia, semuanya juga dengan sedikit keterangan dan contoh. Adapun daerah kebudayaan di Asia Tenggara dan Indonesia akan kita beri perhatian khusus, terutama semua suku bangsa yang tersebar di daerah itu.

c. Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Utara