kemajuan-kemajuan ilmiah yang telah dapat dicapai oleh umat manusia, maka kita akan lebih yakin lagi akan kebenaran-kebenaran yang telah diajarkan oleh Sang
Buddha kepada kita. Pokok ajaran Hinayana : a
Segala sesuatu bersifat fana serta hanya berada untuk sesaat saja. Apa yang berbeda untuk sesaat saja itu disebut dharma. Oleh karena itu tidak ada
sesuatu yang tetap berada. Tidak ada aku yang merasa, sebab yang ada adalah perasaan, demikian seterusnya.
b Dharma-dharma itu adalah kenyataan atau relasi yang kecil dan pendek,
yang berkelompok sebagai sebab dan akibat. Karena pengaliran dharma yang terus-menerus maka timbullah kesadaran aku yang palsu atau
ada”perorangan” yang palsu. c
Tujuan hidup ialah Nirwana, tempat kesadaran ditiadakan. Sebab segala kesadaran adalah belenggu karena kesadaran tidak lain adalah kesadaran
terhadap sesuatu. Apakah yang tinggal berada di dalam Nirwana itu, sebenarnya tidak diuraikan dengan jelas.
d Cita-cita yang tertinggi ialah menjadai arhat, yaitu orang yang sudah
berhenti keinginannya, ketidaktahuannya, dan sebagainya, dan oleh karenanya tidak ditaklukkan lagi pada kelahiran kembali.
b. Aliran Mahayana
Mahayana merupakan Aliran Buddha yang memperkenalkan unsur mistik dan kemungkinan semua orang dapat menikmati nirvana yang utuhGillian,
2000:5. Penganut aliran Mahayana mengembangkan sebuah anggapan bahwa
ajaran mereka lebih meluas, superior dan memiliki doktrin yang lebih tinggi dari pada Hinayan. Doktrin terbaru menempatkan Buddha sebagai pusat dan pencipta
ajaran Buddha dengan pemahaman yang lebih meluas terhadap BuddhaSimkins dkk, 2000:29
Seorang raja yang yang terkenal sebagai pelindung Buddha adalah Kaniska abad peretengahan tarikh masehi dari Agama Buddha terpecah menjadi
dua yaitu golongan Sthawirawada dan golongan Mahasangghika keluarga Kusana suku bangsa caka yang memerintah di daerah Punjab. Dibawah pimpinannya telah
54
dilangsungkanya Muktamar di Jalandara, tetapi yang berkumpul hanyalah mereka dari golongan MahasangghikaSoekmono 2002:25.
Perbedaan antara golongan golongan Sthawirawada dan golongan Mahasangghika yang sudah sedemikian lebar, sehingga masing-masing telah
menempuh jalan sendiri dan mengalami perkembangan sendiri pula.Dalam abad ke-2 Masehi tampillah Nagarjuna yang berhasil membulatkan aliran-aliran
Mahasangghika, sehingga kini menjadi bentuk baru yang memakai nama Mahayana sebagai lawan yang tegas dari golongan Sthawirawada yang mereka
sebut HinayanaSoekmono 2002:25. Mahayana terdiri dari dua kata yakni maha besar dan yana kendaraan,
jadi secara etimologis berarti kendaraan besar. Ide maha merujuk pada tujuan religius seorang buddhis yaitu menjadi Bodhisatva Samasamboddhi Buddha
sempurna. Mahayana berasal dari bahasa Sansekerta: , mahāyāna yang secara harafiah berarti Kendaraan Besar adalah satu dari dua aliran utama Agama
Buddha dan merupakan istilah pembagian filosofi dan ajaran Sang Buddha. Mahayana, yang dilahirkan di India.
Bagi pengikut Mahayana diyakini, bahwa setiap umat Budha hanya dapat mecapai Nirwana kalau mendapat bantuan para orang suci yang telah mendahului
mereka dan lelah menempati kedudukan baik di nirwana tersebutAbu Su’ud 2006:57.
Sutra Teratai merupakan rujukan sampingan penganut Buddha aliran Mahayana. Tokoh Kwan Im yang bermaksud maha mendengar atau nama
Sansekertanya Avalokiteśvara merupakan tokoh Mahayana dan dipercayai telah menitis beberapa kali dalam alam manusia untuk memimpin umat manusia ke
jalan kebenaran. Dia diberikan sifat-sifat keibuan seperti penyayang dan lemah lembut. Menurut sejarahnya Avalokitesvara adalah seorang lelaki murid Buddha,
akan tetapi setelah pengaruh Buddha masuk ke Tiongkok, profil ini perlahan- lahan berubah menjadi sosok feminin dan dihubungkan dengan legenda yang ada
di Tiongkok sebagai seorang dewi. Penyembahan kepada Amitabha Buddha Amitayus merupakan salah satu
aliran utama Buddha Mahayana. Sorga Barat merupakan tempat tujuan umat Buddha aliran Sukhavati selepas mereka meninggal dunia dengan berkat
55
kebaktian mereka terhadap Buddha Amitabha dimana mereka tidak perlu lagi mengalami proses reinkarnasi dan dari sana menolong semua makhluk hidup yang
masih menderita di bumi. Mereka mempercayai mereka akan lahir semula di Sorga Barat untuk
menunggu saat Buddha Amitabha memberikan khotbah Dhamma dan Buddha Amitabha akan memimpin mereka ke tahap mencapai Buddhi tahap
kesempurnaan dimana kejahilan, kebencian dan ketamakan tidak ada lagi. Ia merupakan pemahaman Buddha yang paling disukai oleh orang Tionghoa.
Seorang Buddha bukannya dewa atau makhluk suci yang memberikan kesejahteraan. Semua Buddha adalah pemimpin segala kehidupan ke arah
mencapai kebebasan daripada kesengsaraan. Hasil amalan ajaran Buddha inilah yang akan membawa kesejahteraan kepada pengamalnya.
Menurut Buddha Gautama , kenikmatan Kesadaran Nirwana yang dicapainya di bawah pohon Bodhi, tersedia kepada semua makhluk apabila
mereka dilahirkan sebagai manusia. Menekankan konsep ini, aliran Buddha Mahayana khususnya merujuk kepada banyak Buddha dan juga bodhisattva
makhluk yang tekad committed pada Kesadaran tetapi menangguhkan Nirvana mereka agar dapat membantu orang lain pada jalan itu.
Antara agama Budha aliran HinayanaTheravada dan Mahayana memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain:
Perbedaan Antara Ajaran Buddha Theravada dan Mahayana TOPIK
AJARAN THERAVADAHINAYAN
A AJARAN
MAHAYANA
1 Buddha
Hanya Buddha Sakyamuni dalam sejarah dan para
Buddha masa lampau juga diterima
Terdapat Buddha lain selain Buddha
Sakyamuni, pada saat ini Buddha Amitabha
dan Buddha Baisyajaraja Obat
sangat terkenal.
2 Para
Bodhisattva Hanya menerima
Bodhisattva Maitreya. Terdapat Bodhisattva
Avalokitesvara, Mansjuri, Ksitigarbha
and Samanthabadra disamping Bodhisattva
56
Maitreya. 3
Tujuan Pelatihan
Mencapai Arahat dan pacceka-buddha.
KeBuddhaan melalui pelaksanaan
bodhisattva.
4 Pengorganisa
sian Sutra Buddhis
Sutra Pali dibagi menjadi 3 keranjang Tipitaka:
Vinaya Pitaka 5 buku, Sutta Pitaka 5 koleksi banyak
sutta dan Abhidhamma Pitaka 7 buku.
Sutra Ajaran Mahayana juga terdiri dari
Tripitaka disiplin aturan, ceramah
sutras dan analisa dharma. Pada
umumnya dikumpulkan menjadi
12 divisi topik seperti Penyebab Dan
Kondisi-Kondisi Dan SajakAyat. Itu berisi
hampir semua Theravada Tipitaka dan
banyak sutra yang tidak terdapat dalam
Theravada Tipitaka.
5 Konsep
Bodhicitta Penekanan utama adalah
pembebasan diri. Kepercayaan penuh pada
diri sendiri untuk membasmi semua
kekotoran. Di samping
pembebasan diri sendiri, adalah penting
bagi para penganut Mahayana membantu
mahluk lain.
6 Konsep
Trikaya Penekanan yang sangat
terbatas pada 3 badan seorang Buddha. Acuan
sebagian besar pada nirmana-kaya dan dharma-
kaya. Hal terbaik didalam
ajaran Mahayana dilengkapi dengan
Samboga-kaya atau badan
melengkapi;melengkap i konsep Trikaya
7 Rute
Penyebaran Rute Selatan: Sri Lanka,
Thailand, Myanmar, Laos Dan Kamboja dan bagian-
bagian dari Asia Tenggara. Rute Utara : Tibet,
China, Taiwan, Jepang, Korea, Mongolia and
Bagian dari Asia Selatan.
8 Bahasa
pembabaran Dharma
Tipitaka mutlak dalam bahasa Pali. Dharma
diajarkan dalam bahasa Pali yang dikombinasi-kan
dengan bahasa lokal. Ajaran Budha
diterjemahkan ke dalam bahasa lokal
kecuali yang 5 tak dapat
57
diterjemahkan,antara lain: Tibet, Cina dan
Jepang. Bahasa terjemahan itu
berdasarkan bahasa Sansekerta.
9 Nirvana
Nibbana dalam bahasa
Pali Tidak ada pembedaan antara
Nirvana yang dicapai oleh seorang Buddha dan dari
seorang arahat atau pacceka buddha.
Juga mengenal sebagai pembebasan dari
Samsara, ada pembedaan sulit
dipisahkan di dalam tingkatan pencapaian
untuk ke tiga situasi..
10 Pengikut
Buddha Sakyamuni
Para murid utama dalam sejarah, apakah itu arahat
atau pengikut biasa. Banyak bodhisattva
diperkenalkan oleh Sakyamuni Buddha.
Kebanyakan bukanlah figur historis.
11 Upacara
agama dan Doa
Ada beberapa upacara agama tetapi tidak ada
penekanan seperti di Mahayana.
Dipengaruhi budaya lokal oleh karena itu
terdapat penekanan yang lebih berat atas
penggunaan upacara agama seperti Upacara
agama untuk yang meninggal, memberi
makan Peta, formalitas tantric di dalam
Vajrayana.
12 Penggunaan
Mantra dan Mudra
Beberapa digunakan didalam Paritta
Pelatihan yang berat di Vajrayana Mahayana
Buddhism. Sekte lain juga telah memasukkan
beberapa mantras di dalam doa sehari-hari
mereka.
13 Aspek
kematian Sangat sedikit riset dan
pengetahuan atas proses sekarat dan kematian. Pada
umumnya, orang yang sekarat dinasehatkan untuk
bersemadi atas sifat tak kekal, menderita dan
kehampaan. Sekte Vajrayana sangat
meneliti mengenai hal ini. Ada banyak tanda
eksternal dan internal yang dialami oleh
orang sebelum meninggal. Penekanan
terberat adalah pada
58
proses pemindahan jasa kebajikan dalam
beberapa minggu yang mengikuti kematian
untuk membantu proses kelahiran
kembali.
14 Bardo
Mengenai hal ini antara tahapan setelah meninggal
dan sebelum kelahiran kembali diabaikan oleh
sekte Theravada. Semua sekte Mahayana
mengajarkan mengenai aspek ini setelah
kematian.
15 Pelaksanaan
Makan hanya sekali sehari.
Ini adalah aturan di dalam Sangha Theravada
Ini adalah suatu praktek yang sangat
terhormat tetapi ini tergantung dari sifat
setiap individu didalam Sangha.
16 Vegetarian
Aspek ini tidaklah perlu. Tempat seperti negara
Thailand, dimana perakte sehari-hari sangatlah sulit
menentukan secara tegas makanan apa yang akan
didermakan. Dilaksanakan secara
baik di semua sekte Mahayana kecuali di
Tibet dalam kaitan dengan
geografis.Bagaimanap un, aspek ini tidaklah
wajib.
17 Fokus
Pemujaan didalam Kuil
Bentuk tata letak yang sederhana dengan gambar
Buddha Sakyamuni sebagai fokus utama di altar.
Dapat menjadi rumit; dengan sebuah ruangan
untuk Buddha Sakyamuni Buddha
dan kedua muridnya, satu hallaula untuk
yang 3 Buddhas mencakup Amitabha
dan Buddha Baisayjaraja dan satu
hallaula untuk yang 3 Bodhisattva utama;
disamping pelindung dan lain-lain.
18 Sekte atau
Tradisi Hanya satu sekte utama
yang selamat setelah beberapa tahun yang
mengurangi jumlah dari 18 8 sekte utama Cina
yang berdasarkan pada bagian doktrin
sutras, sastras atau
59
atau lebih sekte. vinaya tentang
pengajaran. Yang empat sekte lebih
menitikberatkan pada praktek Tanah Suci
Tanah Amitabha, Chan, Vajrayana dan
Vinaya Bukan untuk umat biasa sangat
terkenal dibandingkan dengan sekte filosofi
seperti Tien Tai, Avamtasaka, Yogacara
dan Madhyamika
19 Pengaruh
ajaran lain Sebagian besar ajaran
sebelum Buddhism seperti ajarna Hindu Brahmin
mempengaruhi. Banyak terminologi seperti karma,
sangha, dll sudah berlaku ketika Buddha Sakyamuni
hidup. Acuan telah dibuat dari Vedas dan Upanishads.
Selama pengintegrasian dan
adopsi oleh orang- orang di dalam
peradaban lain, ada pengaruh timbal balik
yang kuat. Di dalam Negeri China, kedua-
duanya Confucianism dan Taoism
menggunakan beberapa yang
mempengaruhi Buddhism yang mana
pada gilirannya mempunyai sebuah
dampak pada kepercayaan yang
berasal dari penduduk setempat. Hal ini telah
diulangi di Jepang dan Tibet.
20 Buddha Sejati Tidak terdapat dalam ajaran
Theravada Penekanan yang kuat
terhadap hal ini, semua sekte melaksanakan
praktek ini.
TH.Stcherbatsky, Ph.D. di dalam bukunya The Conception of Buddhist Nirvana With Sanskrit Text of Madhyamaka-Karika, menjelaskan perbedaan
antara Hinayana dan Mahayana secara garis besar sebgai berikut:
60
1 Perbedan di dalam interpretasi mengenai Pratiyasamutpada
2 Perbedaan di dalam konsep mengenai Nirvana
3 Perbedaan di dalam tujuan akhir
4 Perbedaan yang berhubungan dengan usaha untuk pencapaian Nirvana
5 Perbedaan yang berhubungan dengan penghapusan mengenai avaranas atau
rintangan 6
Perbedaan di dalam konsep mengenai Dharma 7
Perbedaan di dalam konsep mengenai Buddhology 8
Hinayana intelektual, Mahayana intelektual juga bakti-puja 9
Hinayana pluralistic, Mahayana non-dualistik 10
Hinayana rasionalistik, Mahayana gaib Di samping terdapat perbedaan antara Aliran Hinayana dengan Mahayana,
keduanya juga memiliki persamaan, yaitu: Persamaan antara Hinayana dan Mahayana
1 Memusnahkan kemelekatan, kebencian, dan khayalan ataun ilusi raga,
dvesa, moha. 2
Dunia tiada permulaan atau awal anamaggo-ayam-samsaro begitu juga akhir.
3 Empat Kesunyataan Mulia atau Kebenaran Utama, dukha, samudaya,
nirodha, marga, dan 8 Jalan Utama. 4
Semua makhluk dunia dan obyek adalalah tidak kekal anatiya, bersifat sebentar ksanika dan di dalam keadaan terus-menerus berubah Santana,
dan tanpa adanya sesuatu substansi nyata anatmakam. 5
Hukum Sebab-Akibat yang saling bergantungan pratitya-samutpada adalah berlaku secara universal.
Agama Hindu disebut pula Hinduisme merupakan agama
dominan di Asia Selatan
—terutama di India
dan Nepal
—yang mengandung aneka ragam tradisi. Agama ini meliputi berbagai aliran—di antaranya
Saiwa ,
Waisnawa , dan
Sakta —serta suatu pandangan luas akan
hukum dan aturan tentang moralitas
sehari-hari yang berdasar pada karma
, darma
, dan norma
kemasyarakatan. Agama Hindu cenderung seperti himpunan berbagai pandangan filosofis atau
intelektual, daripada seperangkat keyakinan yang baku dan seragam. Agama Hindu disebut sebagai agama tertua di dunia yang masih bertahan
hingga kini, dan umat Hindu
menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātana-
61
dharma Dewanagari
: सननातन धरर, artinya
darma abadi atau jalan abadi” yang
melampaui asal mula manusia. Agama ini menyediakan kewajiban kekal untuk diikuti oleh seluruh umatnya—tanpa memandang
strata ,
kasta , atau
sekte —seperti
kejujuran, kesucian, dan pengendalian diri. Para ahli dari
Barat memandang Hinduisme sebagai peleburan atau
sintesis dari berbagai tradisi dan kebudayaan di India, dengan pangkal yang beragam dan
tanpa tokoh pendiri. Pangkal-pangkalnya meliputi Brahmanisme
agama Weda Kuno, agama-agama masa
peradaban lembah Sungai Indus , dan tradisi lokal
yang populer. Sintesis tersebut muncul sekitar 500–200 SM, dan tumbuh berdampingan dengan agama Buddha hingga
abad ke-8 . Dari
India Utara ,
sintesis Hindu tersebar ke selatan
, hingga sebagian Asia Tenggara
. Hal itu didukung oleh
Sanskritisasi . Sejak
abad ke-19 , di bawah dominansi
kolonialisme Barat
serta Indologi
saat istilah Hinduisme mulai dipakai secara luas, agama Hindu ditegaskan kembali sebagai tempat berhimpunnya aneka tradisi yang
koheren dan
independen . Pemahaman populer tentang agama Hindu digiatkan
oleh gerakan modernisme Hindu
, yang menekankan mistisisme
dan persatuan tradisi Hindu. Ideologi
Hindutva dan
politik Hindu muncul pada
abad ke-20 sebagai kekuatan politis dan jati diri
bangsa India .
Praktik keagamaan Hindu meliputi ritus sehari-hari contohnya puja
[sembahyang] dan pembacaan doa, perayaan suci pada hari-hari tertentu, dan penziarahan. Kaum petapa yang disebut
sadu orang suci memilih untuk
melakukan tindakan yang lebih ekstrem daripada umat Hindu pada umumnya, yaitu melepaskan diri dari kesibukan duniawi dan melaksanakan
tapa brata selama
sisa hidupnya demi mencapai moksa
. Susastra Hindu
diklasifikasikan ke dalam dua kelompok:
Sruti apa yang terdengar dan
Smerti apa yang diingat.
Susastra tersebut memuat teologi
, filsafat
, mitologi
, yadnya
kurban , prosesi
ritual, dan bahkan kaidah arsitektur Hindu
. Kitab-kitab utama di antaranya adalah Weda
, Upanishad
keduanya tergolong Sruti, Mahabharata
, Ramayana
, Bhagawadgita
, Purana
, Manusmerti
, dan Agama
semuanya tergolong Smerti. Kata Hindu melalui
bahasa Persia berasal dari kata Sindhu dalam
bahasa Sanskerta
, yaitu nama sebuah sungai
di sebelah barat daya subbenua India
, yang dalam
bahasa Inggris disebut
Indus . Menurut
Gavin Flood , pada mulanya istilah
62
hindu muncul sebagai istilah geografis bangsa Persia untuk menyebut suku bangsa yang tinggal di seberang sungai Sindu. Maka dari itu, awalnya istilah
Hindu merupakan istilah geografis dan tidak mengacu pada suatu agama
. Kata Hindu diserap oleh bahasa-bahasa Europa dari istilah
Arab al-Hind,
dan mengacu kepada negeri bagi bangsa yang mendiami daerah sekitar sungai Sindu. Istilah Arab tersebut berasal istilah Persia Hindū, yang mengacu kepada
seluruh suku di India. Pada abad ke-13
, Hindustan
muncul sebagai nama alternatif India
yang acap disebutkan, yang memiliki arti Negeri para Hindu. Istilah agama Hindu kemudian sering digunakan dalam beberapa teks
ber bahasa Sanskerta
seperti Rajatarangini
dari Kashmir
Hinduka, kr. 1450 dan beberapa teks mazhab
Gaudiya Waisnawa dari
abad ke-16 hingga
ke-18 yang
ber bahasa Bengali
, seperti Caitanyacaritamerta
dan Caitanyabhagawata
. Istilah itu digunakan untuk membedakan Hindu dengan
Yawana atau
Mleccha . Sejak
abad ke-18 dan seterusnya, istilah Hindu digunakan oleh para kolonis dan pedagang dari
Eropa untuk menyebut para penganut agama tradisional India
secara umum. Istilah Hinduism diserap ke dalam bahasa Inggris
pada abad ke-19
untuk menyebut tradisi keagamaan, filasat, dan kebudayaan asli India. Perkembangan pengaruh Hindu-Buddha yang penting meliputi tiga hal,
yakni : • Dengan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha, maka bangsa Indonesia
memasuki zaman Sejarah • Kesenian yang bercorak Hindu-Buddha berkembang di Indonesia
• Di Indonesia berdiri kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha Tersebarnya pengaruh Hindu dan Buddha di Indonesia menyebabkan
terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan itu terlihat dengan jelas pada kehidupan masyarakat
Indonesia di berbagai daerah di Indonesia. Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia menimbulkan perpaduan budaya antara budaya
Indonesia dengan budaya Hindu-Buddha. Perpaduan dua budaya yang berbeda ini dapat disebut dengan akulturasi, yaitu dua unsur kebudayaan bertemu dan dapat
hidup berdampingan serta saling mengisi dan tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut.
63
Namun, sebelum masuknya pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat di wilayah Indonesia telah memiliki kebudayaan yang cukup maju.
Unsur-unsur kebudayaan asli telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke
Indonesia diterima dan diolah serta disesuaikan dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia, tanpa menghilangkan unsur-unsur asli.
Oleh karena itu, Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Hal ini disebabkan :
Masyarakat di Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup
tinggi, sehingga masuknya kebudayaan asing menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
Masyarakat di Indonesia memiliki kecakapan istimewa yang disebut dengan
local genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan
kepribadiannya. Munculnya pengaruh Hindu-Buddha India di Indonesia sangat besar dan
dapat terlihat melalui beberapa hal seperti :
Seni Bangunan. Seni Bangunan yang menjadi bukti berkembangnya pengaruh Hindu Buddha di Indonesia pada bangunan Candi. Candi Hindu maupun Candi
Buddha ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Bali pada dasarnya merupakan perwujudan akulturasi budaya lokal dengan bangsa India. Pola dasar candi
merupakan perkembangan dari zaman prasejarah tradisi megalitikum, yaitu bangunan punden berundak yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga
menjadi wujud candi, seperti Candi Borobudur.
Seni Rupa. Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan telah ditemukannya arca Buddha berlanggam Gandara di
kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng Sulawesi Selatan. Seni rupa India pada Candi Borobudur ada pada
relief-relief ceritera Sang Buddha Gautama. Relief pada Candi Borobudur pada umumnya lebih menunjukkan suasanan alam Indonesia, terlihat dengan adanya
lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu, juga terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan lukisan
64
asli Indonesia, karena lukisan seperti itu tidak pernah ditemukan pada candi- candi yang ada di India. Juga relieef Candi Prambanan yang memuat ceritera
Ramayana.
Seni Sastra. Seni sastra India turut memberi corak dalam seni sastra Indonesia. Bahasa sansekerta sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra
Indonesia. Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat,
Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Dalam perkembangan bahasa Indonesia dewasa ini, pengaruh bahasa
Sansekerta cukup dominan terutama dalam istilah-istilah pemerintahan juga kitab-kitab kuno di Indonesia banyak yang menggunakan bahasa Sansekerta.
Contohnya adalah :
Arujunawiwaha, karya Empu Kanwa pada zaman pemerintahannya Airlangga.
Bharatayudha, karya Empu Sedah dan Empu Panuluh pada zaman
kerajaan Kediri.
Gatutkacasraya, karya Empu Panuluh pada zaman Kerajaan Kediri.
Arjunawijaya, kerya Empu tantular pada zaman Kerajaan Majapahit
Kalender. Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di Indonesia
merupakan wujud dari akulturasi, yaitu dengan penggunaaan tahun Saka. Di samping itu, juga ditemukan Candra Sangkala atau kronogram dalam usaha
memperingati peristiwa dengan tahun atau kalender Saka. Candra Sangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat atau gambaran kata. Bila berupa
gambar harus dapat diartikan kedalam bentuk kalimat.
Kepercayan dan Filsafat. Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia. bangsa Indonesia telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu
pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat animisme dan dinamisme. Kemudian, masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia
mengakibatkan terjadinya akulturasi. Masuk dan berkembangnya pengaruh
65
terutama terlihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan dewa-dewa alam.
Pemerintahan. Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha, bangsa Indonesia
mengenal sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan kepala suku berlangsung secara demokratis, yaitu salah seorang kepala suku merupakan pemimpin yang
dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki kelebihan dari anggota kelompok suku lainnya. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu-
Buddhha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem kepala pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala pemerintahan bukan lagi seorang
kepala suku, melainkan seorang raja, yang memerintahkan kerajaannya secara turun-temurun. Bukan lagi ditentukan oleh kemampuan, melainkan oleh
keturunan. Agama Hindu dan Budha yang masuk ke Indonesia menyumbang pengaruh
di berbagai bidang yang ada di Indonesia. Pengaruh Hindu Budha di Indonesia.
1. Pengaruh di Bidang Bahasa
Kini masih sering ditemukan nama atau kata seperti pustaka, karya, guru, sastra, indra, wijaya, ataupun semboyan-semboyan seperti Kartika Eka
Paksi ataupun Jalesveva Jayamahe. Kata-kata tersebut berasal dari bahasa Sanskerta. Penggunaan kata dari bahasa tersebut merupakan bukti hingga
kini pun pengaruh India masih terasa di bumi Indonesia. Salah satu penyebabnya, budaya India merupakan budaya asing pertama yang oleh
moyang Indonesia dinilai progresif. Proses asimilasi dan akulturasi budaya India durasinya paling lama di Indonesia. Hasil asimilasi dan akulturasi
tersebut lalu diakui sebagai bagian dari budaya Indonesia. Jika bukti tertulis yang hendak dikedepankan dalam masalah bahasa,
maka prasasti Muara Kaman, yang berlokasi di Kalimantan Timur, 150 kilometer ke arah hulu Sungai Mahakam, dapat diambil selaku titik tolak
tertua. Prasasti tersebut dicanangkan tahun 400 Masehi. Hal yang menarik adalah, prasasti menyuratkan hadirnya dua budaya berbeda: Asli Indonesia
dan pengaruh India. Indikatornya adalah nama-nama raja yang terpahat.
66
Prasasti Muara Kaman menceritakan Raja Kudungga punya putra bernama Açwawarman. Açwawarman punya tiga putra dan yang paling sakti di
antara ketiganya adalah Mulawarman. Nama Açwawarman dan Mulamarman berasal dari bahasa Sanskerta, sementara Kudungga bukan.
Kudungga kemungkinan besar adalah nama yang berkembang di Kutai sebelum datangnya pengaruh India dan agama Hindu.
Sanskerta adalah bahasa yang dibawa oleh orang-orang India, sementara Pallawa adalah huruf untuk menuliskannya. Secara genealogis,
Sanskerta termasuk rumpun bahasa Indo Eropa. Termasuk ke dalam rumpun ini bahasa Jerman, Armenia, Baltik, Slavia, Roman, Celtic, Gaul, dan Indo
Iranian. Di Asia, rumpun bahasa Indo Iranian adalah yang terbesar, termasuk ke dalamnya bahasa Iranian dan Indo Arya. Sanskerta ada di kelompok Indo
Arya. Mengenai fungsinya, Sanskerta merupakan bahasa utama disiplin
agama Hindu dan Buddha. Dari sana, Sanskerta kemudian meluas penggunaannya selaku bahasa pergaulan dan dagang di nusantara, sebelum
digantikan Melayu. James T. Collins mencatat signifikansi penggunaan bahasa Sanskerta di nusantara. Menurutnya, bauran antara bahasa sanskerta
dengan melayu sebagai cikal-bakal bahasa Indonesia sudah berlangsung ratusan tahun. Ini terbukti sejak abad ke-7 para penganut agama Buddha di
Tiongkok sanggup berlayar hanya untuk mengunjungi pusat ilmu Buddha di Sriwijaya Sumatera Selatan.
Menurut Collins, kunjungan ini akibat masyhurnya nusantara sebagai basis pelajaran agama Buddha dan bahasa Sanskerta. I-Ching, seorang biksu
Buddha dari Tiongkok, bahkan menulis dua buku berbahasa Sanskerta di Palembang. Ia menasihati pembacanya untuk terlebih dahulu singgah di Fo-
shih Palembang untuk mempelajari bahasa dan tata bahasa Sanskerta sebelum mereka melanjutkan ziarah ke kota-kota suci Buddha di India.[4] I-
Ching juga mengutarakan bahwa di Palembang sendiri terdapat 1000 orang sarjana Buddha.
Posisi Sriwijaya saat itu sebagai transit perdagangan penting di Selat Malaka sekaligus basis pendidikan bahasa Sanskerta membuat pengaruh
67
bahasa ini jadi signifikan. Sanskerta terutama terdiseminasi lewat perdagangan. Seperti diketahui, Sriwijaya adalah kerajaan yang basis
ekonominya perdagangan. Dalam perdagangan interaksi antarorang asing yang menggunakan bahasa berbeda sangat tinggi. Situasi ini membutuhkan
sebuah bahasa mediator antarorang dan Sanskerta menjalankan perannya. Namun, lambat-laun bahasa Sanskerta menjadi eksklusif karena berkelindan
pula dengan gagasan kasta yang berkembang dalam agama Hindu. Penggunaan Sanskerta lalu terbatasi hanya pada dua kasta pengguna,
Brahmana dan Ksatria. Setelah masuk Indonesia, bahasa Sanskerta dari India, tidak murni
lagi. Di Jawa misalnya, muncul bahasa hasil asimilasi Sanskerta dengan budaya lokal yang dikenal dengan Kawi. Bahasa Kawi atau juga dikenal
sebagai Jawa Kuna kemudian menyebar ke pulau lain. Di Sumatera Barat bahasa ini berkembang lewat kekuasaan raja-raja vassal Jawa semisal
Adityawarman. Pada kurun ini pula, di nusantara dikenal penggunaan tiga bahasa
dengan fungsi spesifik. Pertama Jawa Kuna sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Kedua, Melayu Kuna sebagai bahasa perdagangan di Sumatera
dan Semenanjung Malaya. Ketiga, Sanskerta sebagai bahasa keagamaan. Di era kebudayaan India jadi mainstream di nusantara, Sanskerta merupakan
kelompok bahasa elit yang hanya dipakai dalam urusan keagamaan maupun formal pemerintahan. Akibatnya, tidak banyak orang yang menguasai,
terlebih kalangan wong alit. Pengaruh bahasa Sanskerta terhadap bahasa Melayu pun terjadi.
Bahasa Melayu – pada perkembangan kemudian – merupakan lingua-franca hubungan dagang antarpulau nusantara menggantikan Sanskerta. Bahasa
Melayu juga kelak menjadi dasar dari kelahiran bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Sebab itu, dapat pula dikatakan bahasa Sanskerta ini
sedikit atau banyaknya punya pengaruh pula terhadap bahasa Indonesia. Penelusuran pengaruh bahasa Sanskerta terhadap Melayu dicontohkan
prasasti Kedukan Bukit, Palembang.[5] Prasasti tersebut ditemukan 29 Nopember 1920 dan diperkirakan dibuat tahun 683 Masehi. Jejak lain
68
penggunaan bahasa Sanskerta juga ditemukan di Talang Tuwo, Palembang 684 M, huruf Pallawa, prasasti Kota Kapur, Bangka 686 M, huruf
Pallawa, prasasti Karang Brahi, Meringin, Hulu Jambi 686 M, huruf Pallawa, prasasti Gandasuli, Jawa Tengah 832 M, aksara Nagari, dan
prasasti Keping Tembaga Laguna, dekat Manila, Filipina. Sebagian bahasa Sanskerta diserap ke dalam Melayu. Kemungkinan
ada 800 kosa kata bahasa Melayu merupakan hasil penyerapan dari bahasa Sanskerta. Ada pula kosa kata yang sudah digunakan dalam prasasti-prasasti
berbahasa Sanskerta sejak tahun 1303 M di wilayah Trengganu sekarang Malaysia. Kosa kata tersebut adalah: derma, acara, bumi, keluarga, suami,
raja, bicara, atau, denda, agama, merdeka, bendara, menteri, isteri, ataupun seri paduka. Selain bahasa, huruf Pallawa yang digunakan untuk menulis
kosa kata Sanskerta pun turut menyumbangkan pengaruh para huruf-huruf yang berkembang di Indonesia seperti huruf Bugis, Sunda, ataupun Jawi.
3. Pengaruh India di Bidang Arsitektur
Arsitektur atau seni bangunan ala masa India juga bertahan hingga kini. Meski tampilannya tidak lagi identik dengan bangunan Hindu-Buddha
candi yang asli India, tetapi pengaruh Hindu-Buddha tersebut membuat arsitektur bangunan yang ada di Indonesia menjadi khas. Salah satu ciri
bangunan Hindu-Buddha adalah berundak tiga. Sejumlah undakan umumnya terdapat di struktur bangunan candi yang ada di Indonesia.
Undakan tersebut terlihat paling jelas di Candi Borobudur, bangunan peninggalan Dinasti Syailendra yang beragama Buddha.
Ciri khas arsitektur candi adalah adanya 3 bagian utama yaitu kepala, badan dan kaki. Ketiga bagian ini melambangkan triloka atau tiga dunia,
yaitu: bhurloka dunia manusia, bhuvarloka dunia orang-orang yang tersucikan, dan svarloka dunia para dewa.
Struktur Candi
69
Pengaruh sistem tiga tahap kehidupan spiritual manusia bertahan cukup lama. Bahkan ia banyak diadaptasi oleh bangunan-bangunan yang
dibangun pada masa yang lebih baru. Bangunan-bangunan yang memiliki ciri seperti ini beranjak dari bangunan sakral spiritual semisal masjid
maupun bangunan profan biasa semisal Gedung Saté di Bandung. Arsitektur candi lalu mempengaruhi bangunan-bangunan lain yang
lebih modern. Misalnya, Masjid Kudus mempertahankan pola arsitektur bangunan Hindu. Masjid yang aslinya bernama Al Aqsa, dibangun Jafar
Shodiq Sunan Kudus tahun 1549 M. Hal yang unik adalah, menara di sisi timur bangunan masjid menggunakan arsitektur candi Hindu. Selain bentuk
menara, sisa lain arsitektur Hindu terdapat pada gerbang masjid yang menyerupai gapura sebuah pura. Juga tidak ketinggalan lokasi wudhu, yang
pancurannya dihiasi ornamen khas Hindu. Terdapat dua hipotesis yang menjelaskan mengapa Jafar Shodiq
menyematkan arsitektur Hindu ke dalam masjidnya. Hipotesis pertama mengasumsikan proyek pembangunan masjid hasil akulturasi budaya Hindu
yang banyak dipraktekkan masyarakat Kudus sebelumnya oleh Islam yang tengah berkembang. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi cultural shock yang
mengakibatkan alienasi para pemeluk Islam baru sebab tiba-tiba tercerabut budaya asal mereka. Hipotesis kedua menyatakan penempatan arsitektur
Hindu akibat para arsitek dan tukang yang membangun masjid hanya menguasai gaya bangunan Hindu. Hasilnya, bangunan yang kemudian
berdiri jadi bercorak Hindu. Pengaruh arsitektur Hindu pun terjadi pada bangunan yang lebih
kontemporer semisal Gedung Saté yang terletak di Kota Bandung. Gedung Saté didirikan tahun 1920-1924 dengan arsiteknya Ir. J. Gerber. Jika diamati
lebih dekat, maka bagian bawah dinding Gedung Saté memuat ornamen- ornamen khas Hindu. Termasuk pula, menara yang terletak di puncak atas
gedung yang mirip menara masjid Kudus atau seperti tumpak yang ada di bangunan suci Hindu di daerah Bali. Tentu saja, arsitektur Gedung Saté
tidak semata mendasarkan diri pada arsitektur Hindu. Ia merupakan perpaduan antara arsitektur Belanda dengan Lokal Indonesia.
70
Bangunan modern lain yang memiliki nuansa arsitektur Hindu ditampakkan Masjid Demak. Arsitektur Hindu pada masjid yang didirikan
tahun 1466 M ini misalnya tampak pada atap limas bersusun tiga, mirip candi, yang bermaknakan bhurloka, bhuvarloka, dan svarloka. Namun, tiga
makna tersebut diakulturasi kearah aqidah Islam menjadi islam, iman, dan ihsan. Ciri lainnya bentuk atap yang mengecil dengan kemiringan lebih
tegak ketimbang atap di bawahnya. Atap tertinggi berbentuk limasan ditambah hiasan mahkota pada puncaknya. Komposisi ini mirip meru,
bangunan tersuci di setiap pura Hindu.[7] 4.
Pengaruh India di Bidang Kesusasteraan Salah satu peninggalan sastra India yang terkenal diantaranya
Ramayana, Mahabarata, dan kisah perang Baratayudha. Sastra India cukup berpengaruh atas budaya asli Indonesia yaitu wayang. Wayang tadinya
digunakan sebagai media pemberi nasihat tetua adat terhadap keluarga yang salah satu kerabatnya meninggal dunia. Pada perkembangannya, wayang
digunakan sebagai basis pengajaran etika, agama, dan budaya. Tokoh-tokoh India yang terkenal dalam wayang misalnya Pandawa
Lima Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula-Sadewa, Kurawa Duryudana dan keluarganya, Ramayana Hanoman, Rama, Sinta, ataupun kisah
Bagavadgita wejangan Sri Kresna atas Arjuna sebelum perang. Local genius Indonesia mengimbangi dominasi tokoh-tokoh wayang asal India
dengan menciptakan punakawan. Selain Semar, tokoh-tokoh punakawan Indonesia pun memainkan peran sentral dalam kesenian wayang. Tokoh-
tokoh seperti Petruk, Gareng, atapun Bagong berperan selaku pengimbang dalam sejumlah lakon wayang Indonesia. Bahkan, para punakawan
seringkali bertindak secara satir sebagai penakluk sekaligus pemberi wejangan atas para tokoh asal kesusasteraan India.
Dengan varian tokoh Indianya, kini wayang diakui sebagai budaya asli Indonesia. Local genius Indonesia memperkaya budaya aslinya wayang
baik dengan tokoh kesusasteraan India maupun tokoh racikan mereka sendiri. Di masa perkembangan Islam, wayang juga digunakan Sunan
71
Kalijaga untuk menyebarkan ajaran baru ini. Lakon semisal Jamus Kalimasada, yang menceritakan kalimat syahadat dengan Semar selaku
tokoh yang memberikan pengajaran kepada Pandawa yang berasal dari India, diciptakan. Cerita-cerita yang terkandung dalam kesusasteraan India
memiliki nilai moralitas tinggi. Ia menceritakan pertempuran antara kebaikan melawan kejahatan, kelemahan-kelemahan manusia, dan bakti
terhadap orang tua serta Negara. Tradisi sastra India justru memperkaya khasanah cerita wayang lokal Indonesia. Berkas peninggalan India Hindu
paling jelas terlihat di Bali dan sebagian masyarakat Tengger di Jawa Timur. Bali bahkan menjadi semacam daerah konservasi pengaruh India yang
pernah berkembang di kepulauan nusantara. Di Bali, seni bangunan, seni ukir, seni rupa dan tari masih kental nuansa pengaruh peradaban India, di
samping tentunya budaya lokal Bali sendiri.
E. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
a. Dilihat dari Sudut Kebutuhan Primer Manusia