Pembangunan Berkelanjutan Di Pulau Enggano

Habitat dengan ciri-ciri ekologik tersebut umumnya dapat ditemukan di daerah-daerah pantai yang dangkal, muara-muara sungai dan pulau-pulau yang terletak pada teluk.

C. Pembangunan Berkelanjutan Di Pulau Enggano

Pembangunan berkelanjutan adalah upaya peningkatan kualitas manusia secara bertahap dengan memperhatikan faktor lingkungan.Pada prosesnya, pembangunan berkelanjutan ini mengoptimalkan manfaat sumber daya alam, sumber daya manusia, dan iptek dengan menserasikan ketiga komponen tersebut, sehingga dapat berkesinambungan. Pembangunan berkesinambungan ini dikenal dengan pembangunan berkelanjutan, yaitu: pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, efisiensi, dan memperhatikan pemanfaatannya baik untuk generasi masa kini maupun generasi yang akan datang WCED, 1987: 59. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan global yang dihasilkan oleh KTT Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Di dalamnya terkandung dua gagasan penting, yaitu: a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup, di sini yang diprioritaskan adalah kebutuhan kaum miskin. b. Gagasan keterbatasan, yakni keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa kini maupun masa yang akan datang. Hal ini berarti, upaya peningkatan kualitas manusia yang dilakukan pada masa ini harus mempertimbangkan juga kualitas manusia pada masa yang akan datang. Dalam memanfaatkan lingkungan sebagai penopang pembangunan harus pula memperhitungkan keterbatasannya, sehingga tidak boleh serakah agar tidak habis pada saat ini. Hal yang penting dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan adalah: a. Proses pembangunan hendaknya berlangsung terus menerus dengan ditopang oleh kualitas lingkungan dan manusia yang berkembang secara berkelanjutan. b. Lingkungan hidup memiliki keterbatasan sehingga dalam pemanfaatannya akan mengalami pengurangan dan penciutan. c. Semakin baik kualitas lingkungan maka semakin baik pula pengaruhnya terhadap kualitas hidup yang tercermin antara lain pada meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya tingkat kematian. d. Penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dilakukan sehemat mungkin dan dicari sumber daya alternatif lainnya, sehingga dapat digunakan selama mungkin. e. Pembangunan yang dilakukan memungkinkan meningkatkan kesejaheraan genarasi sekarang tanpa mengurangi kesejahteraan generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan memiliki karakteristik yang khas yang berbeda dengan pola pembangunan lainnya yang selama ini dilaksanakan. Ciri ciri tersebut antara lain: a. Menjamin pemerataan dan keadilan; strategi pembangunan yang berkelanjutan dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan dan faktor produksi, lebih meratanya kesempatan perempuan, dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan. b. Menghargai keanekaragaman hayati; keanekaragaman hayati merupakan dasar bagi tatanan lingkungan. Pemeliharaan keanekaragaman hayati memiliki kepastian bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berlanjut untuk masa kini dan masa yang akan datang. c. Menggunakan pendekatan integratif; dengan menggunakan pendekatan integratif, maka keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan lingkungan dapat dimungkinkan untuk masa kini dan yang akan datang. d. Menggunakan pandangan jangka panjang; untuk merencanakan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang mendukung pembangunan agar secara berlanjut dapat digunakan dan dimanfaatkan. Dari gambaran di atas dapat kita kemukakan bahwa pembangunan berkelanjutan berusaha menyatukan tiga dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi suatu sinergi dalam meningkatkan kualitas manusia. Dimensi ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan tetap memfokuskan kepada pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas serta menyertakan eko- efisiensi di dalamnya. Dimensi sosial mencakup pemberdayaan, peranserta, kebersamaan, mobilitas, identitas kebudayaan, pembinaan kelembagaan, dan pengentasan kemiskinan. Dimensi ekologi itu sendiri bertujuan untuk integritas ekosistem, ramah lingkungan dan hemat sumber daya alam, pelestarian keanekaragaman hayati, dan tanggapan isu global. Dalam gambaran tentang kondisi umum mengenai pengelolaan Sumber daya alam dan lingkungan hidup, Tap MPR No. IVMPR1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004 menyebutkan bahwa Konsep Pembangunan Berkelanjutan telah diletakkan sebagai kebijakan, namun dalam pengalaman praktek selama ini, justru terjadi pengelolaan sumber daya alam yang tidak terkendali. Karena itu pembangunan berkelanjutan adalah sebuah harapan yang harus kita wujudkan dan dalam upaya mewujudkannya itu peranan hukum menjadi sangat relevan. Selain pasal 33 UUD 1945 yang merupakan ketentuan pokok juga kita mempunyai seperangkat Undang-Undang yang mengatur tentang hal tersebut Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria, Undang-Undang No. 5 tahun 1967 tentang ketentuan pokok Kehutanan, kemudian dicabut dan digantikan dengan Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Secara umum, pulau enggano memiliki potensi sumberdaya pembanngunan yang cukup menonnjol, khususnya dibidang sumber daya alam, yaitu maritim dan pariwisata. Kedua sektor unggulan ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi leading sektor yang mampu menarik dinamika sektor-sektor lai, sekaligus mampu mendorong dinamika ekonomi kawasan. Potensi maritim terlihat pada sektor perikanan. Sektor perikanan memiliki potensi sumberdaya ikan yang dapat dimanfaatkan pada jarak 12 mil dari pulau enggano adalah sekitar 4.754 tontahun, sedangkan potensi sumberdaya ikan di perairan ZEEI belum diketahui secara pasti. Sampai saat ini potensi sumberdaya ikan baru mencapai 76,8 ton 16tahun, yang berarti masih memungkinkan peningkatan produksi sekitar 4000 tontahun. Potensi sumberdaya hayati perikanan lainya yang cukup potensial di perairan laut pulau enggano adalah rumput laut, kepiting bakau dan gurita. Jenis-jenis ikan yang terdapat di perairan laut sekitar pulau enggano cukup beragam, meliputi ikan-ikan plagis bessar dan kecil maupun demersal., baik yang ekonomis penting maupun yang kkurang bernilai ekonomis penting. Ekosistem terumbu karang juga turut serta dalam menjaga melimpahnya sumber ikan. Ekosistem terumbu karang terdapat di sekeliling pulau enggano. Lokasi terumbu karang sekeliling pulau enggano yaitu di perairan tanjung lakoaha, tanjung kioyeh, tanjung keramai, tanjung labuha, tanjung kahabi, teluk harapan dan koana, sekeliling pulau dua, pulau merbau dan pulau satu. Komponen pembangun ekosistem pembangun terumbu karang di sekitar pulau dua antara lain adalah coral, Acropora, Non-Acropora, soft coral, sponges dan gorgonian, coraline, algae, marco algae, alga asseblage, sand dan ruble. Titik pertemuan antara ekosistem laut dan darat salah satunya ada di ekosistem mangrove. Ekosistem hutan mangrove di pulau enggano memiliki ketebalan antara 50-1500 meter, dan merupakan ekosistem hutan mangrove yang relatif masih utuh karena belum banyak intervensi dari luar. Sebaran hutan mangrove di pulau enggano terutama dapat dijumpai di bagian selatan tenggara seperti kaana, kahyapu, hingga kawasan sekitar teluk harapan-teluk labuho, dan sedikit dibagian utara barat daya seperti di sekitar banjar sari. Berdasarkan interprestasi citra satelit pengideraan jauh tahun 2000, luas hutan mangrove pada bagian timur pulau enggano adala 448,33 Ha, sedangkan hutan mangrove yang terdapat sebelah timur menghadap ke daratan bengkulu adalah seluas 966,45 Ha. Komposisi vegetasi mangrove yang ditemukan di Desa Kahyapu sebanyak 16 enam belas jenis, 8 delapan jenis mangrove sejati yaitu jenis Acrostichum speciosum, Avicennia lanata, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Lumnitzera littorea, Rhizopora apiculata, Sonneratia alba,Xylocarpus granatum dan 8 delapan jenis tumbuhan mangrove asosiasi yaitu jenis Barringtonia asiatica, Hibiscus tiliaceus L, Ipomea pes-caprae, Morinda citrifolia, Nypa fruticans, Pandanus tectorius, Pandanus odoratissimus L.f. dan Thespesia populnea. Zonasi mangrove diataslah yang secara alami menjaga ekosistem dan keberadaan pulau enggano sehingga bisa bertahan sampai sekarang. Potensi selain diatas yang ditawarkan di pulau enggano berupa potensi pariwisata. Sumberdaya pariwisata yang ada di pulau enggano, antara lain wisata alam dan berburu. Wisata alam daratan lebiih banyak berupa kegiatan penjelajahan hutan-hutan wisata hutan suaka alam yang masih asli. Ada beberapa obyek wisata alam, berupa kawasan konservasicagar alam yang cukup potensial dikembangkan dipulau enggano, salah satunya adalah taman buru gunung Nanu’a seluas 7.271 Ha. Kawasan taman buru gunung Nanu’a merupakan hutan tropika tanah rendah hingga pantai. Kawasan ini cocok untuk sapi dan kerbau liar. Pembangunan pulau enggano secara berkelanjutan diharapkan mengacu pada data-data diatas. Supaya pemanfaatan potensi sumber daya alamnya bisa lebih optimal. D.Pembangunan Kehutanan Dipulau Enggano Dari luasan pulau enggano 40.060 Ha, tersedia lahan untuk kehutanan seluas 14.377 Ha dan untuk perutanan lainya APL seluas 25.682 Ha. Menurut perda No 12 Tahun 1993, arahan penggunaan lahan makro terdiri dari kawasan budidaya 73 dan sisanya adalah kawasan lindung termasuk lindung setemppat yaitu 27 . Pebangunan sumberdaya hutan menurut dinas kehutanan Provinsi Bengkulu, rincian peruntukan sumberdaya lahan kehutanan di pulau enggano mengacu kepada UU 41 tahun 1999. Yakni terdiri dari : 1. Hutan produksi seluas 2.191,78 Ha, terletak di Hulu Malakoni 2. Hutan lindung seluas 3.450 Ha, teretak di Koko Buwa-buwa 3. CA kioyo 1 dan 2 305 Ha, tanjung laksana 333,28 Ha, sungai bahewo 495,06 Ha, dan talang Klowe 331,23 Ha 4. Taman buru seluas 7.271 Ha, terletak di Gunung Nanu’a Dari seluruh peruntukan lahan untuk kehutanan seluas 14.377,35 Ha. Yang dalam tata laksananya memerlukan pengawsan dari pemerintah dengan dinaungi oleh payung hukum. Realisasi perangkat hukum dilapangan dapat menjaga kesinambungan pemanfaatan pembangunan kehutanan di pulau enggano. Pembangunnan dibidang kehutanan berdasarkan fungsinya dapat menjaga sumberdaya air. Sumber daya air berupa sungai yang cukup besar di pulau enggano antara lain seperti sungai air merah, air kinono, air apiko, air malakoni, air kuala kecil, air meok dan air moona. Air merupakan aspek yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan makhluk hidup yang ada di pulau enggano. Karena air merupakan sumber kehidiupan bagi masyarakatnya. Dengan adanya hutan mangrove di pulau enggano membuat aerasi tanah dalam siklus hidroorologinya tetap terjaga sampai sekarang. Pemanfaatan yang dibentengi dengan peraturan adat-istiadat budaya setempat juga berperan penting dalam menjaga kelestarian sumber daya alam di pulau enggano.

E. Kendala Pembangunan Di Pulau Enggano