PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Secara geografis, Pulau Enggano berada di wilayah Samudera Indonesia yang posisi astronomisnya terletak antara 102,05°- 102,25° Bujur Timur dan 5,17°- 5,31° Lintang Selatan. Kecamatan Pulau Enggano mempunyai luas daratan ± 40,060 Ha Senoaji dkk., 2006. Pulau Enggano terdiri dari enam desa yaitu Desa Banjarsari, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana,dan Kahyapu. Kawasan Enggano memiliki beberapa pulau-pulau kecil, yaitu Pulau Dua,Merbau, Bangkai yang terletak di sebelah barat Pulau Enggano, dan Pulau Satu yang berada di sebelah selatan Pulau Enggano. Pulau enggano memiliki potensi wisata, perikanan, perkebunan , pertanian dan kegiatan industry lainya. Aksessibilitas ke pulau enggano bias ditempuh menggunakan kapal feri dari pelabuhan pulau bai kota Bengkulu. Sebagai salah satu pulau terluar di Indonesia, pulau enggano memiliki ekosistem yang unik dan sangat rentan terhadap gangguan. Keunikan pulau enggano terbukti dengan ditemukan beberapa spesies flora dan fauna baru yang endemik. Salah satu ekosistem yang ada di pulau enggano adalah ekosistem mangrove. Keadaan ekosistem mangrove di Pulau Enggano masih tergolong alami, hal ini dikarenakan Pulau Enggano merupakan salah satu pulau terdepan yang masih jarang dijumpai oleh banyak orang. Keadaan wilayah pesisirnya pun masih sangat terjaga dengan baik, sehingga pulau ini sangat potensial untuk dikembangkan khususnya pada wilayah ekosistem mangrove yang banyak memiliki fungsi ekologis terhadap lingkungan Agustini. T.N dkk. 2016. Berdasarkan keputusan gubernur No. 408 tahun 2003 tanggal 23 april 2003 tentang program pengembangan pulau enggano secara terpadu dan berkelanjutan dan kebijakan departemen kelautan dan perikanan tentang strategi pengembangan ekonomi wilayah berbasis kelautan dan perikanan, pemerintah provinsi bengkulu menyusun kebijjakan zona pengelolaan kawasan pesisir dan laut termasuk pulau enggano. Rencana zonasi di pulau enggano terbagi menjadi: 1. Zona pemanfaatan umum perikanan, pariwisata, pemukiman dan ikutanya 2. Zona konservasi perlindungan daratan dan laut 3. Zona khusus pelabuhan 4. Zona alur alur pelayaran Sedikit gambaran terhadap wilayah eosistem mangrove di pulau enggano yaitu pada wilayah pesisir di Desa Kahyapu ditumbuhi oleh ekosistem mangrove yang memiliki luas wilayah mangrove sebesar ± 250 Ha Pemda Kabupaten Bengkulu Utara, 2012. Komposisi vegetasi mangrove yang ditemukan di Desa Kahyapu sebanyak 16 enam belas jenis, 8 delapan jenis mangrove sejati yaitu jenis Acrostichum speciosum, Avicennia lanata, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Lumnitzera littorea, Rhizopora apiculata, Sonneratia alba,Xylocarpus granatum dan 8 delapan jenis tumbuhan mangrove asosiasi yaitu jenis Barringtonia asiatica, Hibiscus tiliaceus L, Ipomea pes-caprae, Morinda citrifolia, Nypa fruticans, Pandanus tectorius, Pandanus odoratissimus L.f. dan Thespesia populnea. Zonasi mangrove diataslah yang secara alami menjaga ekosistem dan keberadaan pulau enggano sehingga bisa bertahan sampai sekarang. Pemanfaatan potensi SDA sumberdaya alam pulau enggano haruslah diimbangi dengan ketersediaan SDM sumber daya manusia. Dengan demikian penyusunan RTRWK rencana tata ruang kabupaten di Kabupaten Bengkulu Utara diharapkan bisa secara berkelanjutan menopang ekonomi tanpa harus mengorbankan kondisi lingkungan pulau enggano.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk :mengetahui potensi-potensi yang ada di pulau enggano dan untuk mengetahui aspek-aspek penting dalam upaya pemanfaatan dalam bidang pembangunnan salah satunya bidang pembangunan kehutanan yang ada di pulau enggano.

BAB II ISI A. Pulau Enggano Dan Ancaman