Interaksi simbolik Kerangka Pemikiran

perdagangan, perang atau kebaktian digereja terdiri atas sebuah interhubungan interlinkage dan interaksi-interaksi yang lebih kecil. Blumer mencatat bahwa dalam sebuah masyarakat maju, bagian terbesar dari tindakan kelompok terdiri atas pola-pola yang stabil dan selalu berulang yang memiliki makna yang umum dan tetap bagi anggota masyarakat mereka. Dikarenakan frekuensi pola-pola tersebut dan stabilitas maknanya, para peneliti cenderung menganggap mereka sebagai susunan-susunan, melupakan asal usul mereka dalam percakapan. Seperti yang dikemukakan oleh Mead, interaksi yang terjadi antar inividu berkembang melalui simbol simbol yang mereka ciptakan, begitu juga dalam adat pernikahan Batak Karo, ketika pesta adat berlangsung maka adanya interaksi yang berkembang terjadi didalamnya. Orang Batak Karo yang ada di Kota Bandung juga menyadari ketika perkembangan budaya itu terjadi maka sudah menjadi hal yang biasa. Setiap terjadinya konteks komunikasi dalam pesta adat pernikahan Batak Karo akan memiliki simbol dan makna tersendiri bagi masyarakatnya dan akan disempurnakan ketika proses interaksi sedang berlangsung. Dari pemaparan diatas dapat digambarkan tahapan-tahapan model penelitian, seperti gambar dibawah ini : Gambar 2.1 Model Al ur Kerangka Pemikiran “Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung” Sumber : Data Peneliti, 2014 Upacara Adat Pernikahan Suku Batak Karo Etnografi Komunikasi Situasi Komunikatif Tindakan Komunikatif Interaksi Simbolik Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung Peristiwa Komunikatif Keterangan : Komunikasi sebagai prilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai makhluk sosial, ketiga keterampilan itu terdiri dari keterampilan bahasa, keterampilan komunikasi, dan keterampilan budaya. Bahasa hidup dalam komunikasi, bahasa tidak akan mempunyai makna jika tidak dikomunikasikan. Pada etnografi komunikasi terdapat pemaknaan terhadap simbol-simbol yang disampaikan secara verbal maupun nonverbal, sehingga menimbulkan sebuah interaksi yang didalamnya terdapat simbol-simbol yang memiliki makna tertentu. Upacara adat di dalam pernikahan adat Batak Karo yang di Bandung, sama halnya dengan yang digunakan suku Batak Karo pada umumnya, di dalamnya terdapat peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula sehingga aktivitas komunikasinya tetap menghasilkan peristiwa yang khas dan berulang. Prilaku yang ditunjukkan dalam acara adat pernikahan Batak Karo ini adalah dengan adanya prilaku prilaku yang khas dalam masyrakatnya seperti keluarga dan kedua mempelai harus menggunakan pakaian adat serta simbol simbol lainnya. Peristiwa komunikatif merupakan unit dasar dari tujuan deskriptif. Suatu peristiwa tertentu diartikan sebagai seluruh unit komponen yang utuh. Dimulai dari tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama, partisipan yang sama, varietas bahasa umum yang sama, tone yang sama, kaidah-kaidah yang sama untuk melakukan interaksi dalam setting yang sama. Secara konseptual, upacara pernikahan dalam adat Batak Karo dilakukan secara berulang ulang untuk melestarikan nilai nilai budaya yang ada sejak dahulu. Untuk medeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi, maka diperlukan sebuah unit-unit diskrit aktivitas komunikasi tersebut, seperti yang dikatakan oleh Hymes yaitu dengan mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif. 50

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian 3.1.1. Pernikahan Adat Batak Karo Sistem kekerabatan patrilineal atau garis keturunan yang ditentukan dari jalur laki-laki dan tata-aturan perkawinan pada orang Batak Karo lahir dalam alam pengetahuan masyarakat yang sederhana. Meski sistem sosial dan tata-aturan ini tidak empiris, tidak nampak dan cukup rumit dipahami, namun adat-istiadat itu nyata sekaligus penting dalam praktik keseharian masyarakat Batak Karo hingga kini. Batak Karo adalah satu dari enam suku bangsa Batak, seperti Toba, Simalungun, Pakpak, Angkola, dan Mandailing. Orang asli Karo tinggal di dua kawasan berbeda di utara Danau Toba, yaitu Dataran Tinggi Karo dan Dataran Rendah Karo, yang mereka sebut Taneh Karo. Diketahui bahwa kelompok keturunan descent group dalam masyarakat Batak Karo terbagi ke dalam lima klen merga, yaitu merga Perangin-angin, Sembiring, Tarigan, Ginting, dan Karo-karo. Merga ini masih dipilah lagi ke dalam sub-subklen, seperti klen Ginting mempunyai subklen Ajartambun, Munthe, dan seterusnya. Selain klen, orang Karo mengenal jabu “keluarga” untuk unit yang lebih kecil. Jabu tak hanya mewakili keluarga batih inti, namun juga menunjuk pada kelompok kekerabatan yang lebih besar, yaitu sada bapa satu kakek dan sada nini satu buyut. Dua kelompok ini masih dianggap sekeluarga dan saudara sekandung karena keturunan satu kakek. Dari situ, dikenal pula istilah jabu sada bapa dan jabu sada nini yang merupakan kelompok kekerabatan terluas setelah klen. Hal ini mirip dengan fenomena trah pada masyarakat Jawa, pembagian kelompok keturunan yang demikian membuat orang Batak Karo dianggap menganut sistem aliansi prescriptive dalam pernikahannya lantaran menampakkan struktur hubungan pernikahan yang asimetris asymmetrical connubium stucture atau dalam praktik pernikahannya tidak terjadi pertukaran gadis yang boleh dinikahi antarklen. 1 Pernikahan pada masyarakat adat Batak Karo adalah tanggungjawab keseluruhan kerabat kedua belah pihak calon mempelai yang pelaksanaannya sesuai dengan falsafah Rakut Sitelu sehingga pernikahan adat Batak Karo mempunyai aturan yang lengkap mulai dari meminang, pemberian jujur sampai upacara perkawinan. Salah satu ciri khas dari masyarakat adat Batak Karo adalah merantau dan tetap memegang teguh adat istiadat dimanapun dia berada, karena umumnya masyarakat Batak mempunyai ikatan lahir dan batin yang sangat kuat terhadap tanah leluhur. Pernikahan dalam adat Batak Karo pada asasnya bertujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal untuk mendapatkan anak sebagai penerus garis keturunannya yaitu dari anak laki-laki. Pernikahan juga 1 http:iidmarsanto.wordpress.com20101230sangkep-sitelu-harmoni-dalam-kekerabatan-orang- batak-karoyang diunduh pada tanggal 9 Maret 2014 Pukul 23.40 mempertahankan kehidupan persekutuan setempat masyarakat desa dan persekutuan wilayah selaku kesatuan tata susunan rakyat. Pentingnya inisiasi masa peralihan dan peran-peran yang terlibat, pernikahan juga menyangkut aspek ekonomi dengan segala macam kepentingan di dalamnya, termasuk dalam hal perencanaan pesta pernikahan yang akan dilaksanakan. Peranan dasar aspek ekonomi ini, misalnya, tampak jelas dalam menetapkan jumlah uang, pembayaran, pengembalian pembayaran: harga pengantin cinamet, pembayaran para pelayanan pengantin selama upacara pernikahan berlangsung. Konsep “pembayaran” dalam pernikahan adat mencakup “pembayaran” oleh pihak pengantin laki-laki. Pembayaran ini bahkan merupakan bagian utama dari pengesahan pernikahan menurut adat Batak Karo. Bila pertukaran ini sudah terpenuhi, maka pernikahan itu menjadi sah dan keluarga yang baru itu sudah mandiri; dan bila sebaliknya yang terjadi, maka pengantin pria harus membaktikan diri untuk keluarga wanita sampai tuntutan nikah ini terpenuhi, artinya yaitu pengesahan suatu pernikahan mencakup seluruh rangkaian “prestasi” : suatu tindakan membayar apa yang dituntut adat tuntutan adat untuk membayar sesuatu yang berasal dari usaha atau kemampuan seseorang. Dalam upacara pernikahan adat Batak Karo, hal ini dijelaskan dalam tindakan simbolik pembagian makanan, ulos, uang, dan diatas semuanya itu ada tata cara yang dilakukan.

Dokumen yang terkait

Upacara Adat Peutron Anuek (Studi Etnografi Mengenai Adat Peutron Anuek Pada Masyarakat Aceh Di Desa Perlak Asan Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie)

9 149 113

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

1 30 90

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung)

2 23 79

Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba di Kota Bandung)

5 44 112

Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung)

2 70 112

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)

3 27 88

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

6 39 90

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung)

2 6 1

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adata Moponika (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika Di KOta Gorontalo)

0 37 82

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarita (studi etnografi komunitas mengenai aktivitas komunikasi dalam upacara adat babarit Di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan)

7 65 99