144
yang memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 30 orang 63,8 dan yang memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 17 orang 36,2. Kemudian
dari 39 orang akseptor dengan peran petugas kesehatan kurang baik yang memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 13 orang 33.3 dan yang
memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 26 orang 66,7. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan petugas kesehatan
dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor p=0,005. 8.
Hasil analisis hubungan antara dukungan suami dengan jenis alat kontrasepsi diperoleh bahwa dari 49 orang akseptor yang mendapat dukungan suami yang
memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 32 orang 65,3 dan yang memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 17 orang 34,7. Kemudian
dari 37 orang akseptor yang tidak mendapatkan dukungan suami yang memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 11 orang 29,7 dan yang
memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 26 orang 70,3. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan suami
dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor p=0,001.
4.4 Analisis Multivariat
Berdasarkan hasil uji chi-square pada analisis bivariat diketahui seluruh variabel 8 variabel yaitu umur, pengetahuan, jumlah anak, ketersediaan alat
kontrasepsi, petugas kesehatan, media informasi, biaya pemasangan dan dukungan suami memiliki nilai p0,25, maka kedelapan variabel tersebut dapat dimasukkan
ke dalam analisis multivariat. Analisis multivariat merupakan analisis untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen serta
Universitas Sumatera Utara
145
mengetahui variabel dominan yang memengaruhi. Berdasarkan hasil analisis
multivariat dengan metode Backward LR diperoleh bahwa faktor jumlah anak, biaya pemasangan, pengetahuan, petugas kesehatan dan dukungan suami
berpengaruh terhadap jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor. Untuk melihat pengaruh jumlah anak, biaya pemasangan, pengetahuan,
petugas kesehatan dan dukungan suami terhadap jenis alat kontrasepsi dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Pengaruh Jumlah Anak, Biaya Pemasangan, Pengetahuan, Petugas Kesehatan dan Dukungan Suami terhadap Jenis Alat
Kontrasepsi yang Digunakan Akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung
Variabel Independen Nilai B
Nilai p
Exp B 95 CI for Exp B
Lower Upper
Jumlah anak 1,427
0,046 4,166
1,027 16,903
Biaya pemasangan 3,220
0,0001 25,019
5,110 122,503
Pengetahuan 2,638
0,001 13,981
2,857 68,417
Petugas kesehatan 1,468
0,034 4,342
1,117 16,877
Dukungan suami 1,647
0,018 5,192
1,329 20,284
Constant -5,815
0,0001 Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh hasil analisis regresi logistik
menunjukkan bahwa faktor jumlah anak p=0,046, biaya pemasangan p=0,0001, pengetahuan p=0,001, petugas kesehatan p=0,034 dan dukungan
suami p=0,018 berpengaruh terhadap jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap jenis alat kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas
Sering Kecamatan Medan Tembung adalah variabel biaya pemasangan dengan nilai koefisien regresi nilai B tertinggi yaitu 3,220 dan nilai Exp B sebesar
Universitas Sumatera Utara
146
25,019 yang dapat diartikan bahwa akseptor yang mendapatkan pemasangan alat kontrasepsi gratis akan mempunyai kemungkinan 25,019 kali menggunakan alat
kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan akseptor yang harus membayar sendiri pemasangan alat kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung jika biaya pemasangan alat kontrasepsi gratis meningkat. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada Tabel 4.8 maka diperoleh
bahwa: 1.
Variabel jumlah anak memiliki nilai Exp B sebesar 4,166 dengan 95 Confidence Interval 1,027-16,903 sehingga dapat disimpulkan bahwa akseptor
yang memiliki jumlah anak 2 orang akan mempunyai kemungkinan 4,166 kali menggunakan alat kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan akseptor yang
memiliki jumlah anak 2 anak . 2.
Variabel biaya pemasangan diperoleh nilai Exp B sebesar 25,019 pada 95 Confidence Interval 5,110-122,503 sehingga dapat disimpulkan bahwa
akseptor yang mendapatkan pemasangan alat kontrasepsi gratis akan mempunyai kemungkinan 25,019 kali menggunakan alat kontrasepsi MKJP
dibandingkan dengan akseptor yang harus membayar sendiri pemasangan alat kontrasepsi.
3. Variabel pengetahuan memiliki nilai Exp B sebesar 13,981 dengan 95
Confidence Interval 2,857-68,417 sehingga dapat disimpulkan bahwa akseptor yang memiliki pengetahuan baik akan mempunyai kemungkinan 13,981 kali
menggunakan alat kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan akseptor yang memiliki pengetahuan kurang baik.
Universitas Sumatera Utara
147
4. Variabel petugas kesehatan memiliki nilai Exp B sebesar 4,342 dengan 95
Confidence Interval 1,117-16,877 sehingga dapat disimpulkan bahwa akseptor yang mendapatkan peran baik dari petugas kesehatan akan mempunyai
kemungkinan 4,342 kali menggunakan alat kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan akseptor yang mendapatkan peran kurang baik dari petugas kesehatan.
5. Variabel dukungan suami memiliki nilai Exp B sebesar 5,192 dengan 95
Confidence Interval 1,329-20,284 sehingga dapat disimpulkan bahwa akseptor yang mendapatkan dukungan suami akan mempunyai kemungkinan 5,192 kali
menggunakan alat kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan akseptor yang tidak mendapatkan dukungan suami.
Dari hasil analisis regresi logistik pada Tabl 4.8 tersebut, maka dapat ditentukan model persamaan regresi logistik yaitu:
647 ,
1 468
, 1
638 ,
2 220
, 3
427 ,
1 815
, 5
5 4
3 2
1
1 1
X X
X X
X
e y
p
Keterangan: py
: probabilitas jenis alat kontrasepsi = 88,4 e
: Bilangan Konstanta = 2,71828 α
: Konstanta -5,815 X
1
: jumlah anak, koefisien regresi 1,427 X
2
: biaya pemasangan, koefisien regresi 3,220 X
3
: pengetahuan, koefisien regresi 2,638 X
4
: petugas kesehatan, koefisien regresi 1,468 X
5
: dukungan suami, koefisien regresi 1,647
Universitas Sumatera Utara
148
Nilai probabilitas sebesar 88,4 berarti bahwa perbedaan jenis alat kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor dipengaruhi oleh kelima variabel yaitu
jumlah anak, biaya pemasangan, pengetahuan, petugas kesehatan dan dukungan suami sedangkan sisanya sebesar 11,6 100-88,4 dipengaruhi oleh faktor
lain di luar dari kelima faktor tersebut. Koefisien regresi sebesar 1,427 pada variabel jumlah anak menunjukkan
bahwa, jika jumlah anak meningkat 1 satuan dan variabel lain bernilai konstan, maka pemakaian jenis alat kontrasepsi MKJP meningkat 1,427 kali lipat.
Koefisien regresi sebesar 3,220 pada variabel biaya pemasangan menunjukkan bahwa, jika biaya pemasangan gratis meningkat 1 satuan dan variabel lain bernilai
konstan, maka pemakaian jenis alat kontrasepsi MKJP meningkat 3,220 kali lipat. Koefisien regresi sebesar 2,638 pada variabel pengetahuan menunjukkan bahwa,
jika pengetahuan meningkat 1 satuan dan variabel lain bernilai konstan, maka pemakaian jenis alat kontrasepsi MKJP meningkat 2,638 kali lipat. Koefisien
regresi sebesar 1,468 pada variabel petugas kesehatan menunjukkan bahwa, jika sikap petugas kesehatan meningkat 1 satuan dan variabel lain bernilai konstan,
maka pemakaian jenis alat kontrasepsi MKJP meningkat 1,468 kali lipat. Koefisien regresi sebesar 1,647 pada variabel dukungan suami menunjukkan
bahwa, jika dukungan suami meningkat 1 satuan dan variabel lain bernilai konstan, maka pemakaian jenis alat kontrasepsi MKJP meningkat 1,647 kali lipat.
Universitas Sumatera Utara
149
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Jumlah Anak, Biaya Pemasangan, Pengetahuan, Petugas Kesehatan dan Dukungan Suami Terhadap Jenis Alat Kontrasepsi yang
Digunakan Akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015
Berdasarkan hasil analisis multivariat diperoleh bahwa faktor jumlah anak, biaya pemasangan, pengetahuan, petugas kesehatan dan dukungan suami
berpengaruh terhadap jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015, dan faktor
yang paling dominan berpengaruh adalah biaya pemasangan yang dijabarkan sebagai berikut:
5.1.1 Pengaruh Jumlah Anak Terhadap Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan Akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2015
Salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan pasangan suami istri dalam gerakan Keluarga Berencana adalah banyaknya anak yang dimilikinya.
Dimana diharapkan pada pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak, kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan pada pasangan
usia subur yang mempunyai anak lebih sedikit. BKkbN 2012 menerangkan bahwa yang dimaksud dengan keluarga kecil adalah keluarga yang jumlah
anaknya paling banyak 2 dua orang, sedangkan keluarga besar adalah suatu keluarga dengan jumlah anak lebih dari dua 2 orang anak.
Hasil penelitian tentang variabel jumlah anak mayoritas responden memiliki 2 anak yaitu sebanyak 45 orang 52,3. Hasil tabulasi silang antara jumlah anak
dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor diperoleh bahwa dari 45
Universitas Sumatera Utara